Senin, 26 November 2012

lima tahun


aku menatap keluar jendela, jakarta yang diguyur hujan menambah macetnya jalanan. ku tarik nafas panjang, berusaha melepaskan semua beban yang ada di pundak ku. hari hari ku begitu panjang. panjaaaaaang sekali. aku lelah. selain pekerjaan yang menuntut banyak hal, ada seseorang yang sering mengganggu pikiran ku belakangan ini.
teh hangat yang baru saja ku buat tidak lagi menggoda. aku duduk di kursi malas ku menatap jalanan, melamun.
rasanya begitu sakit. tidak bisa digambarkan seperti apa rasanya. merindukan seseorang yang tidak merindukanku, memmikirkan seseorang yang tidak memikirkan ku, dan... menyayangi seseorang yang tidak menyayangiku.
tidak ada kata lain selain bodoh yang tepat untuk diriku.
sudah hampir lima tahun. pertama kali aku melihatnya, hampir lima tahun yang lalu. menjadi secret admire nya, sudah hampir lima tahun. kakak tingkat ku di kuliah dulu. dan sekarang menjadi manager di perusahaan tempat ku bekerja. aku sama sekali tidak menyangka bisa bertemu lagi dengannya setelah dua tahun tidak melihatnya. dan setelah aku mulai mengalihkan pikiran ku darinya.
sudah lima tahun, hanya menjadi secret admire...
tidak mungkin bisa mengenalnya, tidak mungkin bisa lebih dekatnya, dan tidak akan pernah lebih lagi.
tidak akan pernah mungkin...
aku, harus mengambil keputusan...
melupakannya atau berusaha mendekatinya...

Jumat, 23 November 2012

aku kamu dan hujan

rintikan hujannya mulai membasahi bumi...
kamu ingat dulu kita pernah duduk disana, memandang warna langit yang berubah menjadi kelabu.
dulu kita bertanya tanya sendiri, kenapa hujan itu identik dengan warna langit yang kelabu.
sampai sekarang kita masih belum menemukan jawabannya.
aku ingat, saat langit sudah semakin gelap, orang orang pergi mencari tempat yang tidak memungkinkan mereka terkena hujan. tapi saat itu, kita masih duduk menatap langit dan terus bertanya tanya berbagai macam hal bodoh. hal bodoh yang membuat kita tertawa. aku masih dapat tersenyum jika mengenang hal itu.
tes.... tes..... tes....
rintikan hujan itu membasahi hidung ku. lalu, satu satu rintik rintik hujan itu datang membasahi pipi, mata, dan kita mulai tersadar ini bukan gerimis, tapi ini hujan deras. tersadar dari lamunan, kita mulai panik mencari tas, memakai jaket, mencari payung, tapi ternyata kita tetap saja basah semua. akhirnya kita tertawa melihat seluruh tubuh kita yang sudah tersiram air hujan itu.
tidak peduli semua orang memperhatikan tingkah kita yang seperti orang bodoh yang menertawakan diri sendiri, kita mulai berlari, tertawa, bermain air ditengah hujan. semuanya begitu indah.
aku, kamu, dan hujan.
tawa bahagia yang begitu lepas, senyum yang begitu menawan, hujan yang begitu deras, dan aku yang begitu bahagia.
kita dan hujan.
aku mulai kedinginan setelah berlama lama bermain hujan, tanpa ku katakan, kau sudah mengerti.
kau tarik diriku dari tetesan hujan itu mencari tempat teduh.
sayang sekali, semua barang bawaan kita basah. aku hanya duduk mulai menggigil kedinginan, berusaha tersenyum menatapmu, yang saat itu aku tidak tau kau sedang melakukan apa. sibuk sendiri.
tapi dapat kulihat jelas, kau begitu panik, kau memeras jaket mu, kau keluarkan semua barang dari tas mu, dan aku masih ingat dengan jelas senyum kemenangan mu saat menemukan handuk kecil yang selalu kau bawa kemana mana itu masih kering.
aku menyenderkan kepala ku kedekat tiang, aku mulai mengantuk, aku mulai merasa lemas, aku tidak bisa merasakan tangan ku. semuanya begitu dingin.
tiba tiba ada kehangatan yang datang. kepala ku mulai di kompress, tangan ku merasakan air yang begitu hangat. aku bisa merasakan diriku lagi.
samar samar aku mendengar komentar penjaga warung itu, "kalo gampang sakit jangan main ujan ujanan mbak...." kau tertawa mendengar nasihatnya. "iya pak, abis tadi tanggung, udah basah semua, ujan ujanan aja sebentar, haha. lagian ada saya, saya akan jaga dia terus"
aku tersenyum, kata katanya itu.... aku tau banyak wanita di sekeliling ku yang iri mendengar perkataannya.
aku membuka mata ku, dan tersenyum menatapnya. "gombal, hahaha"
"biar gombal kamu seneng kan? hahaha" kami tertawa bersama.
minum teh, sambil terus menatap hujan.
"kamu tau kenapa tadi aku memperhatikan perubahan warna langit menjadi kelabu?"
aku menggeleng mendengar pertanyaanmu. ku minum teh ku, dan kembali menatap wajahmu.
"langit cerah, lalu mendung, lalu gerimis, lalu hujan deras, hujan berhenti, langit tidak terlalu mendung, lalu ada pelangi." dia menatap ku. "mengerti?" aku menggeleng.
"semua perubahan itu, pada akhirnya akan menjadi pelangi. aku suka pelangi karena pelangi begitu indah. aku yakin, semua tahapan tahapan perubahan itu akan menjadi pelangi yang indah. karena semua itu akan indah pada waktunya."
aku tersenyum mendengar kata katamu.
aku tersenyum mengenang semua kejadian itu.
dulu, di hari itu, aku percaya semua akan indah pada waktunya, aku percaya semua perubahan akan menjadi pelangi yang indah, dan aku percaya, saat kau mulai berubah, kau sedang menciptakan pelangi mu sendiri. dan aku belajar untuk percaya, pelangi indah yang kau ciptakan ternyata bukan bersama ku.
pelangi ku dan pelangi mu ternyata berbeda.

aku, akan terus mengenangmu disini, bersama hujan.
aku, kamu dan hujan.

Rabu, 21 November 2012

Dear John - Taylor Swift

Long were the nights when my days once revolved around youCounting my footsteps praying the floor won't fall through againAnd my mother accused me of losing my mindBut I swore I was fine
You paint me a blue sky and go back and turn it to rainAnd I lived in your chess game, but you changed the rules everydayWondering which version of you I might get on the phone tonightWell, I stopped picking up and this song is to let you know why
Dear John, I see it all now that you're goneDon't think I was too young to be messed with?The girl in the dress cried the whole way homeI should've known
Well, maybe it's just me and my blind optimism to blameOr maybe it's you and your sick need to give love then take it awayAnd you'll add my name to your long list of traitors who don't understandAnd I'll look back and regret how I ignored when they said run as fast as you can
Dear John, I see it all now that you're goneDon't you think I was too young to be messed with?The girl in the dress cried the whole way home
Dear John, I see it all now it was wrongDon't you think nineteen's too young to be played with?Your dark twisted games when I loved you soI should've known
You are an expert at sorry and keeping lines blurryNever impressed by me acing your testsAll the girls that you've run dry have tired, lifeless eyes'Cause you've burn them out
But I took your matches before fire could catch meSo don't look nowI'm shining like fireworks overYour sad, empty town
Dear John, I see it all now that you're goneDon't you think I was too young to be messed with?The girl in the dress cried the whole way home
Dear John, I see it all now it was wrongDon't you think nineteen's too young to be played with?The girl in the dress wrote you a songYou should've known
You should've knownDon't you think I was too young?
You should've known

Sabtu, 10 November 2012

Bu Ihat


Perjuangan guru yang satu ini benar benar tidak bisa dibilang mudah, seorang diri mengajar lebih dari 30 orang makhluk makhluk kecil yang baru belajar mengenal dunia luar. Bu Ihat, salah satu guru yang mengajar siswa kelas 1 sekolah dasar. Setiap hari datang paling duluan, menyiapkan semua bahan ajaran, mencoba mendeskripsikan huruf agar mudah diingat murid muridnya.

“ayooo, huruf ‘a’ seperti apa bentuknyaa?” bu ihat dengan penuh semangat memulai pengenalan huruf a.
“ada perutnya buu, di depan….” Beberapa murid menjawab asal.
“nah, apa lagi hayoooo? Tadi kata temennya ada perutnya tuu di depan”
“gagang payung terbalik buuu”
“naaah, coba sekarang kita sama sama buat yaaa, gagang payung terbalik dulu, nih… seperti ini.” Bu ihat mulai menulis di papan tulis kapur tua itu. “terus kita buat perut gendutnya di depan, jadi deh” bu ihat tersenyum melihat huruf ‘a’ kecil yang dibuatnya di papan tulis.
Murid murid dengan semangat membuat huruf a itu.
Pengenalan huruf terus berlanjut, berbagai metode bu ihat gunakan agar murid muridnya bisa mengenal huruf dengan mudah dan dapat menguasai dunia dengan membaca.
Murid murid tersebut tidak tau apa yang sedang mereka pelajari. Seiring berjalannya waktu, murid murid itu juga melupakan bahwa bu ihat lah yang telah mengajari mereka membaca. Sama seperti bu ihat yang lupa siapa saja murid yang telah dia ajari membaca.
Semua orang tau, jika satu kata yang setiap manusia baca dibayar hanya dengan satu rupiah, semua guru yang telah mengajar membaca akan menjadi billionare. Tapi, semua orang juga tau, seorang guru tidak akan meminta balasan atas apa yang telah mereka ajarkan. Itulah guru, pahlawan tanpa tanda jasa.