Sabtu, 28 Desember 2019

kamu sudah menang,
dengan tetap tersenyum, dengan tetap berbahagia, dengan tetap menjaga sopan santun,
sungguh, kamu sudah menang.

kamu sudah melakukan yang terbaik yang kamu bisa, memang hati manusia tak ada satupun yang tau, tak ada satupun yang mengerti. dan kamu sudah jelas tau, bahwa hati manusia bukan urusanmu. urusanmu adalah segala sesuatu tentangNya.

sedari langkah pertama, kamu tau bahwa dengan senyuman terbaik itu yang akan kamu hadirkan sepanjang waktu.

memang ini bukan soal menang atau kalah, ini soal mengalahkan egomu dan memenangkan hatimu.
dan kini, kamu sudah menang. atas segala sesuatu yang bisa saja membuatmu marah, kamu sudah menang dan aku ingin mengucapkan selamat.

semoga kemenangan berikutnya mengantarkanmu kepada sebuah kisah yang lebih panjang!
kita hanya bisa berencana, tapi Allah Maha memutuskan segalanya.

besok lusa, rasa sakit akan jadi kenangan.
kesulitan jadi kenangan,
kemudahan akan jadi kenangan.

apapun, semuanya sama, menjadi kenangan.

barangkali kita akan bisa mengingat rasanya, kesulitannya, kesakitannya dan kemudahannya. tapi ketika mengingat perasaan itu, rasanya tak pernah bisa benar-benar sama.

bersama kenangan yang kembali teringat dan terasa, terselip rasa bersyukur.

ya Allah, terimakasih atas rencanaMu yang maha luar biasa.
barangkali tanpa rasa rasa itu, aku tidak akan sekuat sekarang.
tidak akan sehebat sekarang dan tidak akan setegar sekarang.

terimakasih atas segala aturan dan kisah yang Engkau tuliskan.

:)
We've been going this far.
And it'll just hurt a lot if we're not giving it back to Allah. We've already done what we can do and that's enough. Let our pray touches the sky and let Allah see our honesty.

At the end of the day,
Have we learned about ikhlas?
Now is the time to apply.


:)

Kamis, 26 Desember 2019

Dear me,

agaknya, emm bukan, ya kita akan selalu diuji dengan apa yang kita sampaikan, kita dengarkan dan kita akan diuji dengan apa yang akan kita lakukan.

gue, mungkin gegara pas S1 kemaren lulus cepet, akhirnya sekarang diuji dengan apa yang telah gue sampein ke orang orang mengenai tips gimana lulus cepet.

ujian banget si sebenernya. seharusnya emang gue gaperlu ngomong apa apa, gaperlu cerita kemana mana, gausah berbagi ke siapa siapa. biar tips itu jadi milik gue seorang sehingga gak ada yang perlu dituntut ketika gue mengalami posisi yang sama.

gini loh maksudnya, kebanyakan dari kita paham betul apa sebenernya yang jadi masalah dalam hidup kita, contoh: gue belom ngerjain tugas karena belom pengen. nah masalahnya adalah gue belom pengen ngerjain tugas, coba kalo semua di dunia kaya gitu. siapa yang bakalan ngerjain tugas-_-

terus gue gitu. kerjaan tu banyak, maunya ngerjain sesuatu yang gak perlu mikir berat, dan kalo ngerjain tugas itu perlu mikir berat banget wkwk. jadi ngeentar-entarin sampe akhirnya gue stress sendiri. bayangin dong, lagi ngobrol santai sama temen temen dan ketika bahasan mereka nyerempet tentang apa yang lagi gue hindarin, kepala gue bisa langsung pusing. dan itu gak seru sama sekali.

lagi asik asik main terus pusing.

dan, gue kebanyakan sesumbar 2020Bahagya. ya padahal bahagia mah bahagia aja, gaperlu nunggu taun depan. ya tapi gue gemes gitu loh, ada yang sangat ingin gue kejar sebenernya wkwk. dan harus di 2020 gaboleh diundur dan gabisa dimajuin juga heu.

jadi, mohon doanya, untuk melawan musuh terbesar gue: diri sendiri.

Minggu, 22 Desember 2019

Berjuang Sekali Lagi

Kemarin kamu terpuruk dahsyat, menangis tiada henti seolah bumi berhenti berputar. Berharap semua berakhir bahagia sambil mengambil lembar lembar tisu yang kian tipis.

Pagi tadi kamu bangkit, aku suka sekali bagian "kamu tidak bisa tidur terlalu lama sampai siang menjelang" karena hal tersebut yang membuatmu sadar bahwa kamu harus bangkit.

Pagi tadi, duniamu masih kacau, airmatamu masih mengalir, emosimu masih terlihat. Tapi kamu pilih bergerak. Dengan airmata terlihat, kamu tak mundur. 

Aku suka sekali. 

Ku lihat seisin rumah menjadi rapi, kamar mu lebih berbentuk, dan tumpukan tisu tadi malam sama sekali tidak terlihat. 

Jika tidak melihat matamu yang masih bengkak, ku pikir kamu sudah bangkit sepenuhnya, melihat seisi rumah yang bersih bersinar seperti tanpa cela. 

Aku suka sekali. 

Sampai kamu berpikir keras apalagi yang bisa dikerjakan, apalagi yang bisa dilakukan.

Malam ini kamu terlihat lebih hidup. 
Aktifitasmu di luar rumah membuat mu hidup, perjalanan keliling bekasi jakarta membuatmu bergerak dan bersyukur. Melihat lingkungan sekitar membuat mu bahagia dan bersyukur. 

Kamu hebat!

Karena barusan ku dengar kamu membuat keputusan:

Apa yang kamu rasakan tadi malam hanya tentang rasa. Dan itu tak membuat hidupmu sekalipun berakhir. Hidupmu tak sesulit yang lain, lalu kamu pilih bangkit dan berjuang :)

Aku senang sekali, karena kali ini, setelah masalah yang bertubi tubi, kamu memilih untuk bangkit dan berjuang sekali lagi. 

Pesanku, untuk kegagalan berikutnya, mari berjuang sekali lagi, sekali lagi, sekali lagi, sampai tak terasa bahwa sudah ratusan dan ribuan sekali lagi yang terjadi. 
padamu yang patah untuk kali kesekian,
hancur untuk kali kesekian,
jatuh, kecewa, segala rupa kesakitan yang terus berulang kali terulang,

tak apa menangis.
sampai airmata mau habis,
sampai mata sulit sekali terbuka,
sampai raga sulit digerakkan.

tak apa terpuruk,
tak apa kecewa,
tak apa kesakitan,
tidak apa apa.

semua yang kamu rasakan itu tidak salah.
perasaanmu hanya perlu disalurkan,
dikeluarkan hingga tak adalagi tenaga untuk kecewa.

hidupmu harus terus dilanjutkan hingga tak ada lagi yang perlu diperjuangkan kecuali masa depan.
hingga masa lalu tak perlu sekalipun kamu tengok.
hingga satu helaan nafas panjang sudah cukup mengeluarkan semua keluhan.

aku ikut tersenyum bersamamu.
mari kita pilih bahagia :)

Kamis, 19 Desember 2019

matahari terang bukan karena sinarnya kuat, lebih karena disekitarnya tak ada cahaya tandingan. bintang terlihat kelap kelip bukan karena sinarnya yang demikian, tapi karena terlalu jauh, akhirnya cahaya seolah meredup dibeberapa waktu. pelangi terlihat indah bukan karena dia yang paling cantik dari segala bentuk ciptaan Tuhan di langit, tapi lebih karena dalam mendungnya setelah hujan, tak ada campuran warna terang namun serasi seperti pelangi.

apalagi, yang seringkali terlihat indah namun sebenarnya hanya soal perspektif?

barangkali kita juga begitu, terlihat hebat hanya karena kita agak hebat dibandingkan lingkungan kita yang biasa saja. terlihat lebih menonjol karena orang disekitar kita semuanya pendiam. terlihat paling jago menggambar, padahal mereka hanya tidak memahami estetika dan keindahan lukisan yang tingkat kesulitannya lebih tinggi.

orang-orang hanya belum paham, kamu juga begitu.

Jangan Berhenti

Langkahmu, katamu suatu hari, terasa semakin berat. Kamu semakin menggila dan dunia terasa lebih cepat menuju hari akhir.

Lelah, letih, lemah, lunglai, lemas, semua jadi satu. Tapi mereka masih menuntut lebih. 

Katamu, itu semua tak masalah. Tak ada yang rugi dari bekerja maksimal dan memberikan yang terbaik. 

Sampai, 
Kamu bertanya tanya tentang tujuan. 

Katamu dikali berikutnya, dunia terasa aneh. Kebaikan tulus tanpa niat tersembunyi dianggap aneh, sedang kamu selalu berkhusnudzon pada ketulusan tanpa pamrih. 

Kamu membantu tanpa niat lain, sedang mereka membantumu dengan tujuan terselip yang disampaikan beberapa saat setelahnya. 

Kamu jadi bertanya tanya tentang, sejak kapan utang budi orang lain dijadikan alat untuk mencapai tujuan kita sendiri? 

Kamu makin bertanya tanya, 
Dunia sedang kenapa?

Lantas, keanehan model apa yang lagi perlu ditambah agar dunia semakin aneh warnanya. 

Tengokanmu ke arah kanan, kiri, atas, bawah, menyeluruh memandangi isi bumi. 

Ternyata yang jahat itu adalah ketika ketulusan seseorang dibalas dengan niat untuk menjatuhkan. Kamu geleng geleng tanda tidak mengerti.

Saling menjatuhkan tidak pernah ada dalam kamusmu. Bahkan seambisius apapun dirimu, tak pernah sekalipun kamu berniat menjatuhkan.

Kamu hanya suka merendahkan dirimu, untuk dipandang sebagai manusia normal. Lalu orang lain memandang ketika kamu sedang merendah, maka jatuhkan sekalian. 

Wah. 
Kamu tak habis pikir. 
Apalagi yang masih disembunyikan oleh dunia.

Sampai, kamu bercerita kepadaku dengan selembar kertas. Haruskah ini dilanjutkan atau kita cukupkan mengarungi buminya sampai disini?

***

Aku tersenyum. 
Sejak aku adalah dirimu, maka ku kenal betul bahwa berhenti bukan pilihan jika kamu tidak tau apa yang akan kamu lakukan setelah melangkah. 

Dan, kamu terlalu menyayangi apa yang akan kamu tinggalkan. Karenanya, jangan berhenti. 

Dunia mungkin lebih jahat, lebih kejam, lebih aneh dan tidak ada ruang untuk orang yang tidak mengambil untung dari kehidupan orang lain. Tidak ada tempat bagi orang orang yang tulus. Tidak diberikan ruang untuk manusia manusia tanpa pamrih.

Apapun yang terjadi, jangan berhenti. 
Sejatinya, kamu melangkah sampai disinipun, jelas karena Allah satu satunya yang kamu tuju. Yang kamu inginkan, yang kamu rindukan. Bukan yang lain. 

Kamu tau kenapa terus berjuang karena satu hal, disini memang bukan tempatmu dan kamu sedang menuju ke langkah tempat sebaik baik manusia tinggal. 

Sesulit apapun, jangan berhenti. 
Jangan, 
Berhenti. 

Ada hati yang menanti kedatanganmu, hati mereka yang belum tau bahwa dunia cukup jahat untuk kita yang terus merasa seperti anak anak. 

Rabu, 18 Desember 2019

Sekarang biarkan ragamu beristirahat, pikiran mu tenang sejenak. Bukankah kamu sudah cukup lelah dengan segala aktivitas?

Kemarin katanya kamu ingin sebenar benar istirahat walau hanya sejenak. Katanya kamu lelah bermimpi tentang hal yang menakuti kehidupan mu. Kamu pikir tidur adalah istirahat terbaik hingga akhirnya mimpi mimpi itu datang lebih rutin, membuat pola pola yang bisa kamu tebak lalu istirahat mu tak lagi berkualitas. 

Aku paham betul rasanya, bahkan istirahat ketika tidur mengkhianati kita. 

Sampai, kini, kita telah memilih. 
Membuat keputusan besar. 
Berpengaruh bagi jiwa dan raga. 

Kita, aku dan kamu sama. 
Suka beristirahat dalam aktivitas, namun seringkali istirahat ini tak berkualitas. 

Sekarang, keputusan kita sama. 
Tak perlu lagi istirahat, karena sejatinya kehidupan ini tentang menyelesaikan kerja kerja yang telah kita mulai.

Beristirahat sejenak boleh, tapi bukan untuk berlama lama. Karena kerja kita terus menanti untuk diselesaikan, bukankah Allah Maha Adil?

Dia tak ingin kamu dzolimi orang lain, maka dibuatnya kamu tak nyaman istirahat, agar kerjamu segera diselesaikan. Agar tak ada yang menanti hasil kerjamu sambil merasa disakiti.

Bukankah pemahaman ini jauh lebih indah?

Ah, satu lagi. 

Kerja kita selesai bukan karena kita yang mengerjakannya, tapi karena kita terus meminta Allah mendampingi kita berjuang dan Allah mengizinkan kita bekerja sampai akhir.

***

Padaku yang sering kali tertidur sebelum jam 9, yuk bergerak. Hasil kerjamu menanti dipanen, barangkali bukan sekarang dan bukan kamu yang menantinya. Tapi menanam benih dan merawatnya sejak dini akan lebih berbuah hasil.

Maka, nanti malam tetap bertahan dengan mata terbuka, ya :) 

Sabtu, 14 Desember 2019

Bersabar

Besok lusa, ujian mu masih akan tetap sama. Kesabaran. Karena hari ini kamu juga belum mampu lulus ujian. 

Bersabar, 
Karena kamu belum lulus ujian kesabaran. 
Bersabar, karena ujianmu masih tentang kesabaran. 

:)

Aku tau tidak mudah, memang besok lusa akan berbuah tangis, perasaan tak adil bahkan didzolimi. 

Tak apa, 
Ujianmu tentang kesabaran belum selesai. 

"...dan Allah bersama orang orang yang sabar..." 

Jumat, 13 Desember 2019

Menjadi Waras

Pada satu titik roda kehidupan, keinginan untuk terus melanjutkan berputar mungkin lebih sulit. Kita bertemu jalanan yang datar, lurus, tanpa kerikil, tanpa bolongan, tanpa tanjakan, tanpa turunan, bahkan tanpa polisi tidur sebagai penghambatnya.

Dengan kestabilan, kekonstanan bahkan keyakinan bahwa kamu akan terus berputar layaknya roda dengan nyaman justru menghasilkan beberapa pertanyaan. 

"apa ini yang kamu cari?"

Kamu berpikir akan sangat menyenangkan apabila memiliki tantangan. Hidup yang dinamis akan berbuah keyakinan optimis. 

Tapi meninggalkan kenyamanan bukanlah hal yang mudah. Kamu kembali mengingat banyaknya keluhan yang muncul dari lisan tentang seberapa lelahnya akan kehidupan. 

Gapapa. 

Diusia berapapun, kita akan tetap labil,. 
Ingin mencoba berbagai hal tapi tetap ingin berada di zona nyaman. 

Bukan kah bermain aman tidak pernah adil?
Jika ingin dinamis, maka buatlah hal hal yang diluar nalar. Tapi jika merasa cukup dengan yang ada sekarang, yasudah, dirimu hanya sampai disitu. Dalam titik itu dan silakan menghentikan langkah. Kita atur sedemikian rupa agar putaran rodamu tidak bergeser sesenti pun. 

Jika tak mau, maka, ayo ikut denganku.
Berlalu menuju ketakutan setiap waktu, menghampiri kegagalan, menemui bangkit dari segala kejatuhan samapi memetik buah dari perjuangan.

Yuk. 

Kamis, 12 Desember 2019

menjadi guru adalah tentang mendidik dengan bentuk perwujudannya adalah perubahan perilaku dan karakter. kita, guru, tidak akan pernah bisa mengubah masa depan anak. itu yang paling harus disadari sebagai seorang guru, tapi bagi saya itu juga bagian yang paling sulit dari menjadi guru. peduli akan masa depan mereka adalah suatu keharusan, tapi kemampuan mengubah garis takdir yang sudah Allah tuliskan tidak akan pernah bisa dilakukan.

Selasa, 10 Desember 2019

Setiap orang berhak berdoa, tapi Allah yang memilih doa yang mana dan doa siapa gilirannya kali ini untuk diberikan anggukan tanda persetujuan terwujud.

Kita diwajibkan berdoa untuk mengiringi ikhtiar agar tak mendapatkan gelar sombong. 

Kita juga butuh berdoa karena kekuatan diri kita tak cukup untuk mengubah apapun di dunia ini kecuali dengan seizinNya. 

Maka amat sombong kiranya manusia sekali dua kali sempat terlintas di kepalanya tentang keberhasilan atas usaha sendiri. 

Terpeleset obsesi pribadi, terlalu banyak dengar kata motivasi dari orang yang tidak islami, yakin dengan kekuatan diri sendiri, seringnya akan berujung pada kesombongan hingga mengecilkan peran kuasa diluar diri. 

Padahal, ada yang lebih besar, kuat, hebat bahkan Maha Segalanya diluar diri kita. 

Ada yang mengatur agar bumi dan mars tak bertabrakan jalurnya. Agar matahari tak tiba tiba mendekat sesenti kepada bumi. 

Yang Dia atur sedemikian besar, lalu dengan sombongnya terlintas dipikiran bahwa nilai 100 adalah hasil ikhtiar belajar semalaman. 


Ah, membuang Pluto dari kategori Planet Tata Surya saja mudah bagiNya, apalagi sekedar menghapus angka satu dari nilai 100? Bukankah 100 tak ada artinya tanpa angka satu di depannya?

Cobalah, dikurangi sedikit sampai nanti habis semua kesombongan yang sering muncul dalam benak. Seringkali yang tersembunyi lebih mematikan dari sekedar yang terumbar. 

Senyum malu malu namun dengan hati sedemikian membesar karena bangga akan pujian dari orang. Lupa, barangkali dia cuma basa basi. 

Rabu, 04 Desember 2019

Review Receh: The time keeper


Buku ini udah sekian bulan ngendep di rak, karena yakin gue hari ini cukup punya waktu untuk baca, akhirnya dipilihlah buku ini sebagai bahan baca. Yak dalam sehari selesai. 

Gak tebel, cuma 300an, gak rapet juga tulisannya, santai.

Nah, buku ini menurut gue bagus, bikin mikir diawal.

Nyeritain tentang Dor yang pengen tau tentang pola. Jadi dia banyak ngukur sesuatu, kalo dibuku bahasanya banyak ngitung. Ribuan tahun kemudian dia baru tau kalo yang dia ukur itu punya nama yaitu waktu. 

Dibagian awal agak ribet si sebenernya karena ada tiga kehidupan, Dor, Victor sama Sarah. Dengan kehidupannya masing masing akhirnya mereka dipertemukan.

Dor yang paling beda hidupnya, dia lebih awal 6000 tahun dan karena obsesinya terhadap waktu akhirnya dia dihukum menjadi penjaga waktu. Sarah dan Victor adalaah orang terpilih untuk Dor berikan penjelasan terkait waktu.

Ini mungkin macem the alchemist kali ya, inspiratif tapi mikir juga. Tapi memang diawal baca buku ini, for the first time in forever gue mempertanyakan "gimana bisa ada seseorang yang menciptakan satuan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan tahun.apa ukurannya? Dan kok bisa sampe disepakati dunia.

Gue sebelumnya sempet baca beberapa blog ngomongin kalender, tapi gak segereget baca buku ini yang nyeritain kalo Dor adalah bapaknya para waktu. Karena dia yang pertama menciptakan waktu. 

Ceritanya bagus, inspiratif, keren, buat mikir. 

Gak nyangka hsmarganya cuma 10rb wkwk. 
Sebenernya buku ini baru ganti cover dan gue dapet cover lama jadi harganya murah. Kalo cover baru, udah say goodbye duluan deh wkwk

Selasa, 03 Desember 2019

Review Receh: Vagabond

I can't wait any longer but to lazy to open up my laptop. So I'll write apa adanya by phone wkwk.

Yak, jadi review receh kali ini akan ngomongin vagabond. Duh, deg degan. Gimana si ni drama maunya apa hahaha. 

Kita mulai darimana ya?
Jadi gini, memang vagabond ini udah mulai rame sejak tahun lalu. Gue juga gangerti kenapa bisa tau tapi Instagram gue tu rame banget sama info korea. Padahal gue gak follow satu pun account korea koreaan. Nah salah satu yang rame itu tentang drama vagabond.

Udahnya lee seung gi baru beres wamil eh langsung main drama vagabond yang ngegambarin tugas dia pas wamil. Wah!

Belum lagi drama vagabond ini adalah drama reoni antara Lee seung gi sama suzy. Menarik banget si dan gue cukup suka sama acting mereka di drama sebelumnya, Gu Family Book. Ya udah lupa gitu si sebenernya hehehe

***

Ceritanya memang udah beberapa minggu lalu gue pengen banget nonton vagabond cuma gatau nonton dimana sampe pas main di kelas, ada anak yang ngasih tau gue nonton vagabond bisa di drakor.id, dua hari kemudian gue mulai nonton dan dalam dua hari drama vagabond beres gue tonton wkwk.

Sebelum mulai bahas filmnya, sebenernya spoileran di ig itu udah banyak berseliweran dan itu ngeganggu banget sebenernya. Gue jadi memutuskan untuk gak berpihak karena emang dari potongan film bahkan review caption yang gue baca kebanyakan ngomongin tentang gajelas siapa pelaku yang jahatnya. 

Apalagi emang diawal Go Hae ri dibuat keliatan jahat dan baru terungkap dibagian akhir sampe di episode 14 kayanya gue baru merasa berdosa karena memutuskan hanya untuk percaya sama ca dal geon.

Oke kita masuk ke filmnya. 

Gue emang tipe orang yang mudah mengapresiasi dan vagabond ini terlalu keren dan gue bahkan di episode 15 udah mulai kepikiran mau nulis apa buat review receh disini wkwk.

****

Film ini konflik nya umum, politik, uang kekuasaan, tapi gue seolah ngeliat bentuk nyata dari konspirasi pemerintahan. Efeknya sebesar itu. 

Gue, kebiasaan emang, sering ngerasa bahwa Indonesia lagi gak baik. Nah selanjutnya dari vagabond ini, gue ngerasa itu adalah contoh nyata dari konspirasi pemerintah. Rakyat bisa apa kalo pemerintah yang buat ulah?

Bahkan pekerja Badan Inteligen sendiri yang gabisa dipercaya. Indonesia mungkin ada dikondisi kaya gitu, bahkan gue yakin dunia punya konspirasi semesta model gini. 

Duh daya imajinasinya nongol wkwk. 
Nah, di episode terakhir, gue mulai ngerasa kok ini mirip kaya bukunya Tere Lite Negeri Para Bedabah sama apa tu yang di ujung tanduk, lupa. 

Kondisi kacaunya dunia itu subhanallah barangkali memang direncanakan oleh orang orang yang mengambil kepentingan..

***
Dan semalem gue tidur tiba-tiba tanpa sadar. Bahkan gak sadar sama tulisan paragrf terakhir. Baik lanjut. 
***

Ekonomi, politik, semua akan dikuasai oleh para pemilik modal karena bagi mereka kelanggengan kekuasaan akan memudahkan untuk mengumpulkan modal berikutnya hingga akhirnya gak ada yang bisa menghentikan perbuatan mereka. 

Di drama ini, dal geon yang hanya orang biasa, karena ketulusan rasa sayang pada keponakan mampu membuatnya berbuat banyak hal hingga akhirnya dia banyak mengungkapkan kebenaran. 

Gue pikir di episode 12 ketika mereka berhasil bawa kim woo gi ke pengadilan, konfliknya beres. Ternyata tidak semudah itu ferguso. 

Konfliknya malah bertambah besar. Masuknya orang orang yang bersalah dari John n Mark ternyata gak menyelesaikan masalah. Gue suka banget statement nya jessica yang bilang 

"bagaimana jika kebenaran yang kita percaya, ternyata tidak benar?" 

Yuhuuu. 
Sebagai penganut paham benar itu relatif sesuai kesepakatan bersama, gue juga bertanya jadi kebenaran itu apa? 

Hehehe. 

Di filsafat ilmu pernah bahas kaya ginian, benar itu adalah intersubjektif. Kita memutuskan sesuatu itu benar karena orang orang tanpa sadar mengatakan bahwa itu benar, jadi sesungguhnya kebenaran itu sifatnya relatif. 

Tapi catetan penting kita punya agama dan Allah yang maha benar jadi untuk kebenaran mutlak lahir dan kita amalkan sesuai aturan Allah. Kebenaran yang disampaikan sebelumnya hanyalah kebenaran yang bersifat umum. 

Baik, balik lagi ke vagabond. 

Gue suka drama dan alurnya, cuma banyak hal yang jadi pertanyaan seperti setau gue dal geon ini miskin kok ya bisa ganti ganti hape ke luar negeri, bisa ganti mobil, beli tiket pesawat ke maroko dan seterusnya. Dia jadi gak keliatan miskin gitu kan wkwk. 

Kemudian, di era begini, masih aja mereka make hape yang bisa dibuka tutup belakangnya. Itu kan lumayan tua ya, sedangkan sekarang kebanyakan orang make hape yang batre tanem jadi kalo untuk sadap dengan alat kayanya agak sulit. Tapi di film itu emang gak dijelasin latar tahunnya si, jadi ya gapapa kita bisa prediksi masing masing.

Drama ini termasuk yang sedikit romance nya tapi ada, cuma gak banyak. Menurut gue pas, karena kita tetep fokus sama apa yang jadi permasalahan. Gak bucin bucin ya walopun pada akhirnya gue makin kagum sama acting lee seung gi yang totalitas banget di episode awal pas di Maroko. Keren dan bahaya. Untung dia gapapa wkwk. 

Berikut nya barangkali jam terakhir, gue mau mengomentari dengan yakin bahwa dalam dua atau tiga tahun lagi akan ada sequel nya vagabond dua. Karena ini  cerita belom selesai atau sengaja dibuat gantung. Bahkan diakhir malah jadi makin seru karena dal geon berusaha mengubah sesuatu menjadi lebih baik dengan semangat di dirinya sendiri. 

***

Well in the end itu drama. 
Gue suka tapi kita gabisa samain dengan realita politik hari ini. Tere liye di bukunya nulis tentang dunia yang dikuasai oleh segelintir orang, mafia mafia besar dst. 

Gue percaya gak percaya sama yang begituan tapi kenyataannya memang masuk akal. Seseorang yang baik pada akhirnya bisa menjadi gila karena aturan yang luar biasa diluar kehendak dirinya. 

Kampanye positif namun tak bisa ditepati karena kepentingan segelintir orang. 

Vagabond seolah mau ngebongkar rahasia kehidupan dunia, gue gatau, beneran, tapi riset di drama ini rasanya cocok untuk dunia masa kini. Kalo nengok ke sejarah memang dari dulu pemilik modal selalu berhasil jadi penguasa. Dan mereka yang tertindas akan ngeberontak namun selalu yang kuat yang menjadi pemimpin. 

That's life. 
Drama is drama, 
Kalo kata mba Taylor Swift, this life is sweeter then fiction. 

Minggu, 01 Desember 2019

1 Desember

Pagiku harus dimulai dengan sebuah kisah,
Lima tahun lalu disebuah tempat baru. 

Tak ada yang tau akan jadi apa kita di tempat itu, 
Tapi Allah Maha Tau bahwa lingkungan baik mampu mendorong pada kebaikan.

Jazaakumullah Khoiron Katsir sudah memilih saya diantara orang sholeh lainnya. Telah mengizinkan saya menjadi sebuah bata dalam benteng kekokohan dakwah. Bisa jadi bata ini adalah bata paling rapuh, paling buruk kualitasnya, paling rendah kebermanfaatannya, tapi terimakasih untuk terus percaya bahwa bata ini tetap punya fungsi kebaikan. 

Terimakasih sudah mengizinkan saya yang lalai, penuh dosa, cinta dunia, terus berjuang dalam barisan kokoh yang ingin mengubah wajah kekufuran menjadi keindahan islam. 

Terimakasih sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk merasakan menjadi sebaik baik pasukan Alfatih yang terus kokoh mengusahakan kemenangan Islam, mewujudkan bukti nyata hadits Rasulullah. 

Tak ada yang bisa saya sampaikan selain syukur tak berujung. 

Dan Allah selalu Maha Baik, ditutupnya aib hingga barisan kokoh tadi menerima diri ini yang compang camping imannya. Yang tak paham apa apa sampai khawatir disatu titik akan menjadi duri dalam daging.

***

Sebuah kebersamaan selama lima tahun dalam barisan kebaikan adalah prestasi yang tidak pernah terduga. Bahwa dalam segala kelelahan, ukhuwah dan persaudaraan selalu jadi pengobatnya. Bahwa saling menyemangati, menguatkan, mendoakan selalu jadi bumbu bumbu penyedap perjuangan. 

***

Tak apa sekarang jalan kita tak lagi bersama. Rupanya persimpangan jalan ini segera memaksa kita untuk mencari langkah berikutnya. Ternyata hasil didikan selama ini "memaksa" kita untuk berjuang di tempat yang tak lagi sama.

Tidak apa apa, 
Dimanapun kamu, barangkali selalu di surgaNya lah optimisme reoni kita hadir. 
Kita masih bisa bertegur sapa melalui media, kita mampu bercerita lisan via media, kita bahkan bisa bertatap muka melalui media. 

Memang tak ada yang seindah perjumpaan, namun kenangan akan kebersamaan selalu berbuah kebahagiaan.

Guys fillah, 
Semoga segala kebaikan selalu ada pada diri kalian..
Sampai jumpa di sebaik baik tempat berkumpul. 
Jangan lupa absen kehadiran nama nama kita di jannahNya. Tak baik kalian reoni duluan tanpa aku di dalamnya. Maka, tengoklah sedikit, barangkali bata lemah dan banyak dosa ini masih terselip di neraka. Dan sudilah kiranya untuk menjemput dan mengundang reoni bersama di surga. 

:) 

Selasa, 26 November 2019

(Tak) Merasa Perlu Bersyukur

Sebuah tulisan yang berangkat dari perasaan campur aduk karena sudah hampir seminggu ini tiap malam bangun untuk konser (batuk).

Saya berusaha membandingkan lebih baik batuk atau pilek, ternyata diantara keduanya tak ada yang lebih baik. Batuk ini saya biarkan awalnya, namun karena tak juga merasa baikan justru makin kacau, akhirnya minum jeruk nipis + kecap. Belom sembuh juga, akhirnya beli obat.

Beli obat bener bener opsi terakhir karena saya yakin akan sembuh tanpa minum obat hee. Bahkan, beli obat dilakukan gegara ternyata efek batuk itu segitu bahayanya. Sampe ujung ulu hati, diafragma, pada sakit. Gapunya tenaga untuk batuk.

Ya Allah. 

Tau gak, 
Gegara batuk dan sakitnya sampe ke ulu hati, akhirnya saya paham bahwa oh ternyata ada bagian yang perlu disyukuri ya ketika kita sehat. Bagian ulu hati, diafragma ini. Kalo aja gak batuk, saya gatau nikmatnya berada dalam kondisi gapapa.

Waktu itu pernah radang tenggorokan dan akhirnya paham bahwa ternyata sesederhana bisa nelen itu perlu disyukuri. 

Dan kita, seringkali merasa tidak perlu untuk bersyukur atas hal hal yang normal dalam hidup kita. Yang kita anggap wajar dan memang seharusnya begitu. Sampai akhirnya Allah kasih tau, "kamu itu harus bersyukur karena sehat." dan kita tidak pernah benar-benar paham bagian kesehatan yang mana yang perlu disyukuri sampai akhirnya Allah hadirkan rasa sakit. Atau barangkali sampai akhirnya kita gagal mempertahankan kesehatan karena hidup sesuka hati. Dan ketika rasa sakit itu hadir, seharusnya kita temukan bahwa alasan untuk bersyukur itu banyak. Ada terlalu banyak kasih sayang Allah yang lupa kita syukuri atau bahkan kita rasa tak perlu disyukuri sekedar karena itu terasa normal atau tidak ada yang spesial. 

Sekarang, dari sakit batuk yang berlangsung sekian waktu ini saya menemukan satu hal lagi yang bisa disyukuri. Dan saya, mengajak kalian semua, netizen yang budiman untuk bersyukur karena tidak perlu merasakan batuk sampai diafragma dan ulu hati sakit. Kita benar-benar perlu selalu bersyukur atas rasa sehat ini. 

Barakallaahu fiikum, semoga selalu menjadi manusia yang pandai bersyukur ya:) 

Rabu, 20 November 2019

Gaza diserang. 
Begitu kebanyakan isi media sosial dan grup grup whatsapp. 

Aneh ya, coba ngecek di media mainstream macem detik, tempo gada berita tentang gaza di highlight. Terus kok isinya Instagram dan grup wa gue kebanyakan tentang gaza?


Hahaha. Iyalah, gue radikal. Following nya account islam radikal yang fokus sama isu isu islam kontemporer. Kalo ngomongin sejarah pun paling sejarah kejayaan islam. Kurang radikal apa?

Akibatnya sekarang gue jadi jauh lebih kenal sama Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa sallam daripada Soekarno yang katanya berjuang untuk kemerdekaan indonesia.

Ah gue radikal. 
Tapi gue bangga nih. 

Karena kenal sama Rasulullah, cinta sama Rasulullah, bisa bikin gue masuk surga. Silakan aja kalian kalian yang terhormat untuk cinta sesuatu selain Allah dan RasulNya kemudian tuai sendiri akibatnya. 

***

Cukup cukup. 
Ngomongin radikal yang mengalami peyorasi bikin emosi. Gak pernah denger pidato soekarno gitu tu. Sok sok-an paling Indonesianis, pancasilais tapi gapernah baca pidato soekarno, gak dengerin pidato soekarno. Kocag.

Belajar sejarah buat sbmptn doang gitu emang. 

***

Balik lagi ke Gaza, mari kita berduka bersama. 

Berduka karena bukan kita yang dipilih untuk berjuang di Gaza.

Berduka karena amalan kita belum mampu membuat kita menjadi relawan di Gaza.

Berduka karena ujian kita masih tentang hawa nafsu, ujian sekolah, skripsi dan hal lain yang bersifat duniawi. 

Berduka karena kita tak semulia mujahid mujahidan Palestina. 

Berduka karena kita masih was was berapa lama akan dibersihkan di neraka karena sangat mustahil langsung masuk ke surga jika amalan remeh seperti lepas dari kasur saja belum mampu kita lakukan.

Berduka karena kita terlalu pelit untuk sedekah. Padahal, selain fisik yang bisa berangkat, harta titipan Allah bisa kita kirim demi membantu sodara kita disana. 

Kita perlu banyak banyak berduka karena ujian hidup kita dari Allah terlalu biasa sedangkan katanya kita adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia. 

Kita perlu lebih banyak lagi berduka karena walaupun dikatakan mulia, tak juga menjadikan ujian kita sebagai makhluk paling mulia menjadi ujian yang lebih sulit dan berarti. 

Ya Allah, 
Kita perlu berduka karena tak juga sedih melihat Gaza diserang. Perempuan mukmin dilecehkan, anak anak diperlakukan seenaknya. 

Kita perlu berduka karena tak peka nya hati.justru malah banyak bersyukur sambil bilang, "ya Allah, alhamdulillah bukan negriku yang diserang."

Ya Rabb... 
Padahal yang diserang sodaranya sesama muslim tapi masih terlintas rasa kesenangan karena bukan kita yang diserang.

Ya Allah, 
Udahnya seneng karena kita gak diserang, gamau infak, gamau nolong dikiiit aja buat sodaranya. 

Astaghfirullah.

Selasa, 05 November 2019

siapa yang suka nunda nunda sesuatu sampe mepet deadline?
i do.

siapa yang suka nge-entar entarin kalo ada sesuatu?
i do.

siapa yang kalo belom mepet deadline, belom ada semangat buat ngerjain?
i do.


duh, kayanya untuk urusan menunda sesuatu gue nih seolah jadi ahlinya. berbagai hal sudah diberikan oleh Allah sebagai bentuk teguran tapi kenyataannya dong masih juga mengulang kesalahan yang sama. kapoknya sehari dua hari setelah itu balik lagi kaya dulu. hee.

ini gak boleh dimaklumi dan gak boleh dibiarkan.

kejadiannya agustus kemaren, kelalaian, menunda kerjaan sampe akhirnya Allah seolah mau bilang, "rasain na!" gitu.

ceritanya, gue yakin banget bisa bayaran kuliah dengan santai tanpa harus izin ngajar, izin amanah, dan izin lainnya. alhasil gue entaran terus lah bayarannya. gue yakin pasti bisa, prediksi gue baik sekali gituloh sodara sodara. sok memperhitungkan dan merencanakan sampe lupa ada kuasa Allah.

astaghfirullah.

sampe di hari H bayaran, gue baru kepikiran "oiya belom bayaran, nanti abis selesai ngajar jam terakhir bayaran deh."

dan kemudian drama dimulai.

pertama, helm dipake temen tanpa izin, alhasil keliaran kemana-mana nyari bank bukopin tanpa helm. gue gak biasa banget pake helm, tapi karena yakin aman dan gada polisi, akhirnya ngeberaniin diri buat tetep berangkat bayaran.

masalah berikutnya adalah, gue engga tau bank bukopin pasti adanya dimana. bermodal gugel gitu loh. gue emang punya masalah sama arah, sering nyasar dan akhirnya pusing sendiri. terus, kemaren itu, didetik terakhir bayaran gue khusnudzon banget bayaran bakalan lancar. kalo ngeliat di maps si harusnya 30 menit doang beres. masalah berikutnya adalah gue sebenernya diajak ngobrol sama murid, mereka macem mo konsultasi gitu dan gue bilang, "saya mau bayaran, 30 menit lagi ya."

pede banget asli.

ternyata, di tengah perjalanan, gak satu pun bank bukopin berhasil gue temuin. gue bahkan sampe jauh ke pinang ranti dan gak liat satu pun bank bukopin.

sepanjang jalan udah istighfar aja sambil bete sama maps gegara boong terus, gabisa gitu ya gak bawa gue nyasar.

jam juga udah menunjukkan hampir jam 3, setau gue, di bank bukopin maksimal banget tu jam 3 sore. gue hopeless. akhirnya evaluasi diri hehehe. pasrah. tapi masih selow juga gegara sebenernya UNJ itu bukan kampus yang terlalu kaku. dia nih agak fleksibel. cukup pengalaman lah gue sama UNJ yang begitu. jadi masih bisa ketawa tawa. ya emang ketawa tawa aja si kalo kena masalah hehehe.

di perjalanan balik, gue udah ngomel ngomelin diri sendiri, istighfar, bahkan janji untuk gak ngulang kesalahan yang sama. ya Allah, php banget sama diri sendiri.

udah gitu, di tengah kepasrahan tingkat tinggi, ternyata gengs, beneran.

gue kayanya lupa baca doa naik kendaraan makanya bank bukopin jadi teralihkan. gataunya, bener, cuma 15 menit dari sekolah ada bank bukopin, tapi gak keliatan karena dia di sisi satunya. dititik pasrah, bank nya ketemu.

lari larian ke teller, terus kata emasnya.
"yah udah gabisa mba, ke pondok gede aja, disana bisa sampe setengah 4."

gue udah males banget balik ke pondok gede, drama drama nyari bank bukopin, dan yaudah balik ke sekolah sambil mikir strategi.

semua orang gue chat buat bantuin gue bayaran. ada yang mau bantu tapi gabisa, ada yang bisa, tapi alatnya gak ada. ya semua ada aja ujiannya. sampe akhirnya, temennya temen gue mau bantu. dan, gataunya ketika gue update status minta bantuan orang-orang, gue lupa banget kalo gue punya temen kuliah yang juga satu tempat ngajar! wkwkwk.

emang kalo udah lagi dimarahin sama Allah yagitu, semua serba ditutupin, biar kapok.

akhirnya, gue minta tolong sama temennya temen, dan dititik itulah selesai ikhtiar gue.

uang bayaran gue transfer ke temennya temen, berharap bisa bayaran, gataunya,.......

"husna, atm temen ku ternyata gabisa dipake, dia gapernah transaksi di atmnya,jadi atmnya ke blokir."

hehehe, gue ketawa aja sambil bilang, yaudah mau diapain lagi wkwk.

udah, selesai. ikhtiar gue selesai.

setelahnya, gue harus ngurus perpanjangan ke kampus yang biasanya perpanjangan ya tinggal bayar aja, ini perlu lapor diri dulu. terus juga harus ke kaprodi minta ttd dan segala macem urusan yang ribet.

gue banyak ketawa banget deh pas itu, mikir si sebenernya, betapa yang memiliki waktu adalah Allah, jadi jangan sampe menyia-nyiakan apa yang udah Allah kasih dengan baiknya: waktu.

disitu, gue bertekad untuk gak ngerjain sesuatu mepet deadline. kenyataannya? gue terus mengulangi kesalahan dengan bilang gak greget kalo gak mepet.

kenapa ya begitu banget. gak belajar dari pengalaman.

pun akhirnya ketika bisa bayaran, gue izin sebentar ketika sekolah lagi hectic dengan kegiatan kemudian dicariin sama beberapa orang dan itu kayanya gak boleh gitu sebenernya tuh.

***

banyak mikir banget ya, waktu itu emang berharga luar biasa. apalagi kalo udah kepepet. entah berapa kali gue udah kehilangan waktu karena kelalaian diri sendiri.
jangan diikutin ya guys.

Minggu, 03 November 2019

I'm starting wonder what to write......

*****

... Three hours later... 

*****

Ah ya, ada satu hal yang tadi tiba-tiba merasuk ke hidup gue tiba-tiba. Jadi, gue sedang dalam kondisi ingin selalu bersyukur. Rasa rasanya kalo lagi ngelakuin sesuatu tu suka tiba-tiba terilhami sendiri dengan sesuatu yang akhirnya ngebuat bersyukur. Dan rasanya sayang banget kalo bersyukur sendirian aja. Kudu banget ngajak orang orang buat bersyukur euy.

Jadi gini, gue, sebagai orang yang tidak lagi muda, memutuskan untuk ikut kegiatan yang namanya SPPI (Sekolah Pemikiran dan Peradaban Islam). Sebenernya gue masih muda si, since there are so many definitions of young.

Jadi singkatnya, setelah materi pertama, ghozwul fikri (perang pemikiran) itu selesai. Gue tiba-tiba bersyukur banget betapa Allah Maha Baik masih mengizinkan gue untuk memiliki keinginan untuk menuntut ilmu.

Iya gak?
Coba deh bayangkan, orang orang mungkin jenuh ya yang namanya belajar, cape, pusing, but i choose to still learning. Beda ya belajar otodidak sendirian sama berguru.

Buat gue, baca, gugling, diskusi, nonton itu adalah proses belajar. Dan berguru adalah bentuk belajar yang lebih serius lagi. 

Ditengah kegiatan yang banyak begini, keinginan untuk terikat dalam sebuah lembaga pendidikan semakin kuat. Karena rasanya ketika gak ada yang ngiket untuk terus belajar, bisa aja gue milih jadi generasi rebahan since i love rebahan so much. Ya gak sih?

Apalagi tadi, selesai kelas, ada yang bilang, "yampun udah jadi guru masih belajar aja."

Well sesungguhnya jarena gue adalah guru jadinya gue perlu terus belajar. Guru gue waktu SMK pernah jelasin, "akan ada masanya kamu sama murid itu saling menguasai ilmu. Kalo guru gak update ilmunya maka akan tertinggal dengan murid."

Huhuhu, syedih. 

Ditanyain murid sesuatu dan gue gabisa jawab aja rasanya sedih. Jadi bersyukur aja rasanya gitu masih terus belajar, di sebuah lembaga formal, dan semacemnya. 

Jazaakumullah Khoiron Katsir orang orang yang terus menginspirasi untuk belajar. Semoga pelajaran pelajaran yang diterima ini membuat Allah ridho ya ❤️

Jumat, 01 November 2019

Lucu banget,
As i try to say "ayok naaa semangat" then Allah trying to say "let's see how strong you are."

Bener bener, Allah yaaa. 
Kita itu emang bener-bener gatau apa yang kita akan hadapi di depan. Beneran deh, asli.

Dan, kalopun akhirnya kita tau, sok tau si sebenernya, ujung ujungnya juga gak pernah 100% sama. Satu dua jalan hidup emang sering bikin geleng geleng.

Kita tu macem manusia sok tau yang prediksi jalan hidup akan begini begini begini. Dan Allah dengan kuasaNya bilang, "enak aja ngatur hidup sendiri. Emang kamu udah sesholeh itu?" terus gue yang, wah ~

I always thought that life is hard 😭
Sometimes crying is the only way to show how your feeling is. But sometimes crying is not that easy since people need to see you're smiling :)

Iya gak?

Dan, barusan, dari obrolan sore, gue seolah-olah mau ditampar. Untuk seseorang yang termasuk sering ngeluh, gue tu kaya diomelin sama Allah. 

"heh, udah dikasih hidup enak, orang tua lengkap, hidup serba cukup, udah dikasih semua, teruuuus gak mau bersyukur juga. Mau dikasih hidup yang macem apa si dirimu biar bersyukur. Hah?"

Dan, pikiran itu bermula karena cerita ibu tentang anak muridnya yang kehilangan orang tua. Awalnya ibu, beberapa bulan kemudian bapaknya nyusul. Dan anak murid ibu gue sekarang yatim piatu. 

Tiga bersodara, yang paling tua gojek, yang kedua kelas 6 sd, yang ketiga kelas 1SD.

Gue berkali-kali tertampar karena diusia segini masih terus dibersamai dengan orang tua. Ah iya, gue gak dipilih menghadapi ujian itu karena Allah tau gue engga mampu:'

Ya Allah, 

Gue bener bener dalam kondisi, "apa yang bisa gue lakukan?"

Kenapa ya Allah ngasih ujian itu selalu gak pernah diduga, mo suudzon anak itu pasti gak siap ya gimana, Allah sendiri yang bilang gak akan ngasih ujian diluar batas kemampuan. 

Dan gimana dong, kira kira kita bisa apa? 

Welcoming Lovember

Katanya, gapapa bu gagal.

Kamu bukan manusia sempurna, bukan juga sang pengatur segalanya. Jadi, gapapa gagal. Katanya gitu. 

Tapi, menurutku, gagal tidak pernah sederhana. Mencoba sesuatu berarti sedang mempersiapkan jalan hidup selanjutnya setelah keberhasilan. Dan gagal, pernah ku buat rancangannya, tidak berhasil merubah apapun dihidupku.

Lalu katanya, gapapa. Gagal itu wajar, gagal itu normal. Buah dari ikhtiar tidak selalu keberhasilan. Bisa jadi ada pelajaran dibalik kegagalan itu kan. Jadi terus aja coba, ikhtiar. Sekali nyoba berhasil itu hebat, berkali kali nyoba baru berhasil itu normal, dan kamu gak sendirian yang seperti itu. 

Tapi gagal tidak pernah begitu mudah, ekspresi ku menolak semua pernyataannya. 

Dia kemudian senyum.

Kemudian, kami sama sama diam. Sedetik berikutnya dia menceritakan kegagalannya, aku mendengarkan. Lalu ku pikir sangat egois kegagalan yang sederhana ku alami dibandingkan dengan kegagalannya yang begitu besar.

Bu, it's ok to be not okay, and it's normal. 

Kesimpulannya. 

Yang penting kita tau gimana cara menghadapi kegagalan itu. 

***

And she's continuing her life try to heal each other who has mental illness. She's smiling while she's the one who got the most painful feeling ever. Her face going red, but she didn't let the tears drop on her face. 

I talked to myself then, 

Mereka yang gagal adalah mereka yang tidak pernah benar benar mencoba. Dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya adalah momen pembelajaran. Satu hal yang mungkin kita lupa bahwa sebuah kegagalan tidak merubah hidup kita secara langsung, tapi kegagalan mengubah pola pikir kita, gaya hidup, cara memperlakukan orang lain bahkan sampai cara mempersiapkan sesuatu. 

Those with high achievement is the one who'll get down easily. Katanya ketika ngebahas quarter life crisis. And it's ok. Try to be grateful, look back and see how far we've been going through this process and what we have this far. 

So, 

In this coming N(L)ovember, i love to call November as Lovember, do you ready to try harder and never stop doing? :) 


Kamis, 31 Oktober 2019

barakallaah shalihah :)

Pada satu titik, kita bisa aja ngerasa gak melakukan apapun. Belom ngapa ngapain and have no contribution for life. Tapi nyatanya, seringkali kita aja yang gatau bahwa yang kita lakukan itu memiliki impact untuk beberapa orang.

Yang saya suka dari menjadi guru SMA adalah anak anaknya yang sudah besar sangat mudah diajak bicara dari hati ke hati. Bantu mereka mempersiapkan masa depan. 

Saya sering nanya, what kind of future do you want to have?

Dan itu memang bukan pertanyaan mudah. Maka dengan pertemuan mingguan di kelas berikutnya, sesekali motivasi itu disampaikan ke mereka agar setidaknya persiapan menuju masa depan itu dilakukan.

Kemaren, giliran saya yang dapet motivasi. Seringnya memang karena terlalu sering ngasih nasehat, kebanyakan ngomong, banyak dosa juga, astagfirullah, berbuah sering lupa sama apa yang udah diomongin. 

Makanya, pas kemaren ketemu murid yang baru selesai hafalin qur'an nya, dia ngasih tau kalo dia inget betul dengan quotes yang saya sampein.

Ma syaa Allah :'

Dan ketika dia sampein nasehat saya ke saya lagi, sesungguhnya itu adalah nasehat murid saya untuk saya :'

Yang bikin gak karuan perasaan dari ngajar anak SMA adalah ketika murid ternyata memiliki ruhiyah yang lebih baik, kecerdasan yang lebih bagus, kemampuan yang lebih hebat dan saya sebagai guru gabisa memfasilitasi. 

This is not what I ever expect from being a teacher. 

Dan ketika ada hafidzoh di kelas itu rasanya ma syaa Allah, pengennya saya aja yang duduk di kelas dengerin materi. Hee. 

Tapi kan gak mungkin, saya guru sejarah, jadi yang harusnya ngajar sejarah adalah saya. Mungkin kalo saya guru tahfidz baru deh gak mungkin 😂

Anw, barakallaah sholihah atas pencapaiannya, doain biar gurunya segera nyusul ❤️

Minggu, 27 Oktober 2019

Aku juga sama, lelah, jenuh.
Aku juga, sesekali ingin sendiri, ingin dimengerti. 
Aku juga seperti kamu, sekali waktu ingin egois. 
Aku pun kaya kamu kok, bisa marah, bisa cape.

Jangan pernah berpikir kalo aku yang paling kuat kemudian kamu paling lemah. Jangan suka menganggap hidupmu paling menderita dan aku yang paling bahagia. Jangan. 

Percaya deh, kita sama sama menghadapi ujian dengan kadar kemampuan masing-masing. Ujiannya sama, semuanya pun sesuai dengan tingkat kemampuan kita masing-masing. Kalo kamu rasa ujianku mudah, maka bersyukur, Allah memandang kamu kuat. Kalo ternyata ujianku yang lebih susah, maka bersyukur juga, Allah gak mau kamu fokus dalam satu hal ngurus ini aja. 

Mungkin bedanya, aku gak sering ngeluh ke kamu makanya kamu taunya aku kuat. Percaya deh, aku sering banget ngeluh. Bahkan setiap waktu, minimal sehari lima kali. Kalo lagi cape aku bisa ngeluh setiap waktu. Cuma emang ngeluh nya bukan ke kamu, jadi kamu gatau kalo aku juga lemah. 

Bukan, bukannya gak percaya makanya gak ngeluh ke kamu. Tapi aku ngeluh hanya pada sesuatu yang bisa membuat aku merasa lebih baik dan mampu memberikan ku kekuatan dalam menghadapinya. 

Bahkan, aku suka banget, walaupun udah ngeluh pada tempatnya tapi tetep melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan segala sesuatu yang Allah kasih. Seneng banget aku tu ketika ngeluh tapi tetep berjuang. 

Aku, kadang, eh sering deng, kalo udah cape banget, butuh sekali di dengarkan dan ketika memilih kamu untuk mendengarkan tapi justru malah harus dengerin keluhan kamu, aku tu biasanya nulis. Kaya gini.

Sambil berharap besok lusa kamu paham. Aku juga butuh didenger, hehehe. Aku juga butuh di dengarkan, kita sama kok. Kan sama sama manusia hehehe. 

Jadi, intinya,

Aku ada disini kalo kamu mau ngeluh, mau ngomong, mau cerita. Tapi jangan pernah berpikir bahwa hanya kamu di dunia ini yang punya masalah. Kita perlu memandang dunia luas untuk bersyukur betapa beruntungnya dengan segala sesuatu yang ada. 

:) 

Jumat, 25 Oktober 2019

lantas kita harus apa?
dosa dosa dengan sadar sudah dilakukan.
bekasnya tak mungkin hilang.
air mata penyesalan tak juga keluar.

barangkali taubatnya belum sungguh-sungguh.

masih ada kebanggaan terhadap dosa
atau jangan jangan
masih terlintas sekali sekali keinginan untuk melakukan kembali dosa yang sama

lantas kita harus apa?

tak bisakah kita semulia Ka'ab yang berbuat dosa.
kemudian Allah berikan hukuman langsung melalui RasulNya

tak bisakah kita dihukum secara langsung agar dosa ini terhapuskan.
lalu kemudian Allah umumkan juga secara langsung bahwa dosa ini telah diampuni.

tak bisakah kita semulia Ka'ab?
tetap berjuang menjadi baik, memohon ampunan Allah

tak bisakah kita semulia Ka'ab?

dosa yang terlanjur menggunung
penyesalan yang tak tau apakah benar sudah sungguhan menyesal atau hanya pencitraan agar terlihat menyesal.

bingung apakah benar sudah menghamba atau hanya sekedar menyampaikan di media bahwa kita ini adalah seorang hamba.

perlukah kita diberikan hukuman sedini mungkin agar tobat menjadi sebenar benar taubat.
permohonan ampun menjadi sebenar benar permohonan ampun

tak bisakah kita menjadi manusia yang mulia setelah bertaubat?

jika dosa itu berwujud, berbentuk dan bisa dilihat semua orang, niscaya tak mungkin diriku melangkahkan kaki keluar rumah. tak sudi menampakkan diri pada wajah dunia. malu dan tak mampu menjadi bagian dari makhluk di bumi.

barangkali memang perlu seperti itu agar mampu bertaubat dengan sebenar benarnya hingga dapat menerima hidayah kembali lagi sebenar benarnya.


Kamis, 24 Oktober 2019

overthinking me

Gue mencoba mendefinisikan ada apa dengan diri gue. Ternyata, agak sulit. Butuh waktu lama. I'm a hundred percent fine. Tapi ada sesuatu yang ngeganjel. Sulit di definisikan. 

Gue pikir futur, mungkin iya, tapi ternyata setelah diukur, yaumiyah nya gajauh beda sama keadaan yang biasanya. Selesai tilawah masih ada aja yang ternyata gatau apa ini tapi ganggu sekali. 

Amalan amalan, amanah, semua bisa dijalankan dengan mudah mudahan baik. 

Tapi, 

Kenapa target pribadi, urusan pribadi sampe ke hal hal yang harusnya gue kerjain diwaktu waktu lalu, gada satu pun yang beres. Ngeliat ms word kosong, gue ikutan blank. Layout tulisan dan segala hal lainnya udah beres. Gue hanya cukup nulis. 

Atau gini, 

Gue nulis, tapi gak selesai. Gue bikin layout, dan gak gue kerjain. Sesungguhnya moment ini bener bener baru buat gue. Entah gue kenapa. 

Gue coba mendefinisikan gue lagi kenapa, dan kenapa bisa gitu, terus apa obatnya. 

Kesini sini, gue kayanya menemukan permasalahannya deh. Gue terlalu overthinking gitu.

Gue khawatir apa yang gue kerjain gak bagus, gue takut hasilnya jelek atau gak merepresentasikan kemampuan yang seharusnya sudah gue miliki. 

Gue, betul betul khawatir dengan hal tersebut. 

Kalian juga gak?

Gue bahkan gabisa nulis. Gue nulis deng, tapi gue simpen di draft. Asli. Sedih. 

Ketika pertengahan nulis tiba-tiba muncul pikiran, "emang itu penting? Emang itu nanti ada yang baca? Emang orang lain perlu baca itu?" kalo udah mikir kaya gitu, gue biasa langsung selesai nulis dan simpen di draft.

Gue, sekali waktu, pengen menghilang just to see dunia tanpa gue itu kaya apa. Tapi ternyata for someone who heals their self by sharing kaya gue, barangkali memang menghilang dan gak sharing itu bukan solusi. 

So, I'll keep on writing no matter what other people think. At least, that's my way to heal myself. Jangan sampe jadi the next joker wkwk. 

Btw, I'm literally fine, just trying to tell that overthinking is never a good thing for you. Just dk what makes you love happy. 

Rabu, 23 Oktober 2019

Tapi Allah Maha Tau,

Tak selamanya yang terlihat baik betul betul menjadi yang terbaik. Barangkali berpura-pura menjadi baik adalah jalan teraman yang bisa dipilih.

Minggu, 13 Oktober 2019

Terima kasih karena sudah terjaga selama 21 jam ini.
Terimakasih karena walaupun mengeluh ternyata tetap melanjutkan langkah.
Terimakasih karena tidak mempedulikan pikiran negatif mu sendiri.
Terimakasih karena biar lelah, biar malah, tetap terus berusaha menahan amarah.

Terimakasih atas segala sesuatu yang mungkin terlihat tidak bisa, semoga menjadi bisa.

Selasa, 08 Oktober 2019

Adab Sebelum Ilmu

Akhirnya, buku yang dibeli dari Juli pun selesai dibaca. Alhamdulillah.

Buku ini berisi jelas banget tentang pentingnya adab. Adab sebelum ilmu. Sebelum mulai nuntut ini itu ke guru, berkaca dulu, udah bener belom adabnya kurang lebih gitu.

Buku ini terdiri dari banyak bagian, dibagian awal menyandingkan beberapa buku dengan isi yang sama dengan buku ini. Beberapa judul buku dengan berbagai pengarang disebut dibagian awal.

Saya gatau, tapi ternyata buku terjemahan arab itu emang punya gaya bahasa dan penulisan yang ketika diterjemahkan ke bahasa indonesia masih butuh penjelasan. Alhamdulillah ada temen yang bisa jelasin beberapa bagian dari buku ini.

Selanjutnya, buku ini juga berisi banyak syair, di bilangnya syair, entah apakah bisa disamakan dengan quotes yang hari ini kita kenal.

Well, karena saya juga gangerti bahasa arab (tapi sekarang udah bisa nanya dimana kunci kamar mandi pake bahasa arab, alhamdulillah) akhirnya saya baca terjemahan dari setiap syair.

Dan, menurut saya,
Hee,
Gatau si ya,
Gangerti kaidah bahasa Arab,

Jadi menurut saya,
Syair nya biasa aja hehehehe

Memang bagus kalimat nya, tapi syair nya ya macem quote gitu dan isinya berisi tips. Atau mungkin emang saya yang akhirnya tingkat ketertarikan pada syair nya rendah.

Tapi pasti ada pengaruhnya si karena saya gabisa bahasa arab, gangerti kaidah bahasa arab dll.

Terus, selain itu, sebenernya ketika baca buku ini, saya lagi ngaca si, apa siap beneran kalo punya murid yang adabnya bener bener kaya orang orang terdahulu.

Duh saya mah apa, ngajar senengnya sambil ketawa tawa, hobinya marah marah bahkan sesekali ngecengin murid.

Saya juga jadi ngaca, apa saya udah pantes untuk punya murid yang adabnya baik baik kaya yang dibuku.

Gitu loh guys, banyak mikir si baca buku ini.

Enaknya, buku ini tipis. Cuma 160an halaman dan kaya cepet aja gitu bacanya, tau tau dah beres.

Cuma memang saya sendiri mungkin yang gak siap kalo punya murid yang adabnya model model yang dibuku. Iya, soalnya saya guru sejarah, mungkin kalo diterapkan ke guru diniyah, boleh lah. Tapi kalo ke saya, engga deh 😂

Banyak tips dan nasehat biar ilmunya awet. Tapi saya agak gak biasa dengan menghafal pelajaran. Jaman now gini, saya lebih mentingin pemahaman. Kalo gak hafal yang penting paham, selesai urusan.

Sejarah bukan kitab yang perlu pas titik koma, justru saya gak suka kalo ada yang jawabannya sama.

Kondisi sekarang sudah sangat jauh berbeda dengan masa lalu.

Jadi, gapapa,
Sesungguhnya niat awal baca buku ini adalah biar saya sopan sama guru saya dan biar saya bisa jadi guru yang akhirnya layak untuk diperlakukan secara baik oleh murid.

Sejauh ini, bukunya baik sekali untuk dibaca sambil pelan pelan diterapkan

Senin, 07 Oktober 2019

JOKER

well ini bukan review, tapi sebuah tulisan setelah nonton joker dan sebuah penyemangat untuk melanjutkan hidup gue berikutnya (ngerjain tugas tugas yang ditunda).

jadi, semesta itu berkonspirasi. gimana engga coba kan. gue pengen banget nonton joker karena postingan tirto.id yang ngomongin tentang Heath Ledger. jadi katanya kalo ngomongin joker pasti gajauh jauh dari dia. kepo dong gue emangnya dia kenapa. yak, ternyata beritanya udah dari 2008. 11 tahun lalu dan gue baru tau beritanya sekarang.

maafkan aku batman!

tapi emang gue seengga tertarik itu sama film action, baru belakangan ini aja gue mulai paham sama film action, entah kenapa. tapi kita gak bahas itu sekarang.

setelah tau kisahnya Heath Ledger ini, gue putuskan nonton The Dark Knight sambil ngerjain yang lain. gataunya filmnya seru. gue berusaha memahami sisi kerennya Ledger, tapi gue emang gaterlalu bisa bedain mana acting keren dan mana yang biasa aja gitu. jadi gue putuskan untuk menilai actingnya bagus, dan ledger bisa ngebuat joker begitu menyebalkan dan heartless.

belom sempet nonton film batman yang lain si, jadi gatau tau banget sebenernya tentang batman. bahkan gatau sama sekali. gue pikir tu batman yang nyuri buat rakyatnya biar pada bisa hidup makmur. eh gataunya itu robinhud, duh gatau juga gue sama dia. hee.

tapi setelah tau the dark knight, gue putuskan untuk nanti cari tau film film batman lebih jauh. macem waktu sama the avengers. oke skip.

setelah gue kira gak akan sempet nonton joker di bioskop, gataunya acara sore ini batal. gue cek jadwal film joker dan gataunya ada yang jamnya cocok. fix. pulang sekolah gas ke XX1 dan nonton. sendirian. sebelum nonton makan dulu menghindari hal hal yang tidak diinginkan.

selanjutnya, gue masuk ke bioskop, nungguin perasaan yang akan muncul ketika filmnya selesai, wkwk.

review darimana mana bener bener nyeremin guys, gue jadi penasaran. dan gabisa banget gue tu dibuat penasaran.

dan iya, sedari awal emang gue sama sekali gak diizinkan untuk berharap di film itu. maksudnya, joker sama sekali gak punya harapan untuk hidup yang lebih baik. bahkan dari detik detik awal. gue biasa nonton film terus nyari puncak konfliknya dan di joker itu gak ada. semua konflik, semua puncak dan endingnya adalah kita semua tau kenapa akhirnya arthur jadi joker.

perasaan gue sama film itu emang mungkin gak terlalu dalem ya karena alhamdulillahnya gue sehat wal afiat nih mentalnya. tapi emang ketika filmnya selesai dan gue keluar dari situ, gue beneran menemukan perasaan yang gue cari.

perasaan bingung, kalut, takut, uring uringan, ya kurang lebih gitu ketika ngebahas indonesia, ea. joker dengan gotham city, dan gue dengan indonesia wkwk.

beberapa orang nanya hikmah yang bisa diambil dari film ini, karena emang sebelum nonton gue ngasih pengumuman terus bilang kalo gue kenapa napa gaes, gue abis nonton joker. wkwk

lemah banget.

terus, akhirnya sepanjang perjalanan pulang, gue mikirin joker. kalimat dia di beberapa bagian itu bener-bener menyadarkan. sampe akhirnya gue sampe pada satu titik.

indonesia gak akan punya joker karena semiskin dan sehancurnya pemerintahan indonesia, kita masih punya orang yang peduli terhadap sesama.

bahkan di tirto.id atau media lain yang ngomongin joker selalu bilang, kalo tau ada temen yang depresi maka kabarin, biar dibantu pengobatannya. karena joker emang parah banget cuy, dia tu sakit jiwa dan gada orang yang peduli.

gue juga bisa bisanya lagi nyamain kondisi aksi masa besar besaran kaya reformasi 98. gangerti juga kenapa gue bisa mikir kesana, cuma emang kondisinya kurang lebih. se-chaos itu loh guys. tapi lagi lagi indonesia itu punya moral, makanya kita gak kaya gotham city.

pada akhirnya,

joker itu adalah apa yang selama ini kita coba untuk abaikan. ada orang orang yang gak peduli sama hidup orang lain, cuma mikirin diri sendiri sampe akhirnya ada yang memutuskan untuk jadi joker. sejahat joker. karena dia sepesimis itu sama dunia.

gue gatau apa joker masih bisa diselamatkan atau engga dari mental illness nya, tapi coba aja kalo kita lebih peduli dengan orang lain, mau menolong sesama dan gak sibung dengan urusan masing masing, pasti joker gak gitu.

pun juga, ketika kita memutuskan untuk menjadi baik, maka jangan sekalipun kebaikan itu jadi modus, satu lagi si sebenernya yang gue masih gatau bener apa engga, tentang siapa orangtua nya arthur. karena kita penonton pun gak dikasih kesempatan buat percaya sama yang katanya bapaknya joker ini atau kita percaya sama ibunya joker.

bener bener deh, ini film gada harapan sama sekali wkwk.

tapi bagus kok filmnya, tapi gue engga merekomendasikan untuk ditonton. karena film ini gak juga bisa dibilang cocok dan wajib ditonton buat para batman lovers. gak bisa banget. film joker ini gue rasa gak akan menciptakan ooo-moment ketika nonton serial batman lainnya, jadi kalian bisa banget ngeskip film ini kalo gamau punya perasaan campur aduk setelah selesai nonton.

Minggu, 06 Oktober 2019

Aku menulis,
Kemudian tidak selesai,
Lalu ku simpan di draft.

Kemudian sebelum tidur,
Aku sempatkan berdoa.

"semoga apa yang ingin ku sampaikan dapat tersampaikan walau tak terkatakan."

Kemudian aku tidur dan besok pagi ketika bangun kembali sadar, tak akan ada yang berubah jika tak diusahakan.

Maka kali ini ku tulis lagi, lalu ku upload agar semua orang bisa membaca.

Ku sampaikan,

"Aku hanya ingin menulis, di tengah malam, dipergantian waktu. Sekali waktu aku memang hanya ingin menulis, walau tak ada yang perlu diceritakan. Setelah posting sesuatu maka selesai."

Terima kasih sudah membaca, aku tau setiap tulisan pasti memiliki pembacanya. Walaupun tulisan ini tak bermakna.

Kamis, 19 September 2019

Bahagianya Menjadi Kamu

Kamu pasti sering dalam satu situasi merasa tercekam. Panik. Tidak nyaman. Ingin sendiri karena tak ada yang memahami.

Tapi di satu situasi yang lain kamu ingin sekali bersama seseorang yang mungkin bisa mengerti apa yang kamu mau. Apa yang kamu pikirkan dan rasakan adalah sesuatu yang menarik baginya untuk dipahami.

Dan pads satu sisi yang lain, kamu ingin memiliki sesuatu yang bisa mendengar mu sepanjang waktu. Tidak harus manusia, bicara dengan boneka tak merespon pun sudah membuat lega.

Tapi aku memilih untuk bercerita melalui tulisan tulisan yang besok lusa bisa lagi ku baca dan manusia manusia lain juga bisa membacanya.

Setiap tulisan punya pembacanya sendiri, seru ku suatu kali.

Setiap buku yang ku baca, entah itu baik atau masih perlu diperbaiki. Menyenangkan atau masih perlu dibuat jadi menyenangkan, semuanya punya pembacanya sendiri.

Bahkan tulisan ku kali ini, punya pembacanya sendiri.

Kamu, dalam berbagai situasi hatimu yang mungkin dirimu sendiri tak mampu mengerti, maka jangan harap ada orang lain yang mampu memperbaiki kondisimu.

Bagi ku, tidak semua hati harus mengetahui apa yang seharusnya dia ketahui. Tidak semua rasa harus disampaikan. Tidak semua hal perlu diceritakan.

Karenanya, bagi cerita cerita yang tak boleh diketahui orang lain, jadilah dirimu sendiri sebagai pelaku, pembaca dan penulis kisahmu sendiri.

Tidak usah ajak orang banyak banyak, selembar kertas dengan pensil berpenghapus pun cukup membantumu mengalirkan perasaan agar hatimu kembali jernih.

Dan bahagianya menjadi kamu adalah menulis mampu membuatmu bahagia, dan aku turut bahagia karenanya.

:)

Jumat, 06 September 2019

Allah Tau Kamu Khawatir

Udah setahun.

Program Perantara Kebaikan alhamdulillah memasuki waktu setahun. Yang awalnya cuma posting keresahan di ig, gataunya Allah kasih kesempatan untuk bener-bener berbuat baik.

Dari postingan iseng di story wa sampe akhirnya disambut baik oleh beberapa temen, rasa rasanya masih gak nyangka.

Udah setaun ini, kemudian khawatir.

Khawatir donatur jenuh karena memang anak anak yang dibantu ini sebagian besar menengah kebawah dan bukan yang termasuk berprestasi.

Khawatir mengecewakan.

Bahkan khawatir donatur memutuskan mundur teratur.

Ya gapapa si, cuma rasanya gak menyenangkan mengingat sebuah kebaikan hanya sebagai sesuatu yang dikenang. Harusnya sebagai sesuatu yang dilanjutkan.

Kepikiran untuk lebih serius lagi bersama program ini, tapi ternyata khawatir dengan diri sendiri yang belum siap sama konsistensi amanah.

Padahal, kalo mau manfaat meluas maka perlu jaringan yang lebih luas. Tapi apalah daya, ternyata mementingkan orang lain dan mengenyampingkam ego diri gapernah mudah.

Selalu inget bahwa segala sesuatu yang baik, sebaiknya juga diikuti dengan memiliki partner yang terus menyemangati dalam kebaikan.

Intinya adalah bersemangat untuk saling mengingatkan dalam kebaikan.

Barangkali besok lusa, setelah ketemu partner dan terus menguatkan diri, mudah mudahan perantara kebaikan ini bisa meluas dan memberi manfaat pada sebanyak banyaknya umat.

Aamiin.
Mohon doanya ya gaes fillah!

Kamis, 05 September 2019

The Power of Bismillah

Kemaren, dihari pertama perkuliahan, tugas tugas pun mulai berdatangan. Ketika harus menuliskan nama dalam rangka menentukan urutan maju presentasi, dengan yakin dan pasti saya ucapkan "bismillah."

Entah, tapi saat menyebut bismillah ada keyakinan yang kuat dan kepasrahan bahwa Allah akan memberikan urutan maju terbaik untuk saya.

Dan yak, benar.

Untuk pertama kalinya, saya maju pertama presentasi. Mungkin ini terdengar biasa, tapi mengingat kesibukan juga di sekolah rasa rasanya hal ini menjadi tantangan awal kehidupan selanjutnya.

Buku tebal yang menunggu untuk dibaca, dipresentasikan dan dikupas tuntas. Berdiskusi dan mencari solusi atas permasalahan permasalahan.

Menarik.

Anehnya, ketika mengetahui maju pertama, tak ada beban, kekhawatiran dan ketakutan.

Ternyata dengan mengucap bismillah ini, semuanya menjadi lebih mudah. Minimal soal hati tak mudah lemah dan terbolak balik.~

Kamis, 29 Agustus 2019

Aku sampaikan begini,

Pernah suatu hari kalimatku terasa kosong, kata kata ku tak bermakna, semua yang ku sampaikan tak ada rasa.

Sebanyak itu kata kata mengalir deras dari lisan tapi tak satupun yang menyentuh kalbu.

Katanya, "kalo kamu yang nyampein tu lebih ngena na."

Aku bergumam dalam hati, sesungguhnya itu ruhiyahmu yang sedang dalam kondisi terbaik.

Aku mengeluarkan kata lagi, menyampaikan yang bisa ku sampaikan hingga akhirnya kelelahan.

"silakan jika ada yang ingin didiskusikan."

Sedetik dua detik menanti respon adalaah salah satu waktu terpanjang. Dalam waktu yang sesederhana itu, kepalaku memikirkan banyak hal.

Tentang apakah mereka paham yang ku maksud, apakah mereka tau, apakah mereka setuju, apakah mereka benar-benar mengerti, apakah aku sia sia hanya mengeluarkan kata kata tanpa kondisi ruh terbaik?

Padahal hanya dua detik, tapi bagiku cukup untuk membuat ku memikirkan apa yang sudah ku lakukan.

Bagiku, menjadi seseorang yang banyak bicara itu melelahkan. Tapi disatu sisi kita harus banyak bicara, bukan untuk didengar, tapi untuk dipetik hikmahnya bagi mereka yang mendengarkan.

Jumat, 23 Agustus 2019

Ada satu titik yang mungkin sedang Allah usahakan agar kamu segera paham. Satu hal yang selama ini kamu yakini bahwa, "tenang saja kamu bisa melakukannya sendiri."

Sampai pada titik akhirnya kamu sadar bahwa semuanya perlu dikomunikasikan. Ada hal hal yang perlu untuk disampaikan dan tidak dipikirkan sendiri. Perlunya diskusi, tukar pikiran dan hal hal sejenis yang dilakukan secara normal oleh manusia.

Bisa saja sekarang, besok, kamu merasa tidak apa apa. Tapi tentu saja sejatinya Allah sedang menunggu dititik mana pelajaran itu perlu disampaikan agar kamu bisa langsung belajar tanpa perlu tapi tapi.

Sabtu, 17 Agustus 2019

Ada yang perjuangannya terus dilanjutkan karena apabila ia menyerah, kehidupan hari ini tak akan begini. Apabila ia seemosi itu, hidup ini tak bisa baik begini. Ada, dan itu adalah ia manusia yang nyaris sempurna dan paling sempurna.

Besok lusa, mungkin menyenangkan menyampaikan langsung padanya, terimakasih telah berjuang dan memutuskan untuk tidak menyerah.

Terimakasih manusia terbaik.
Rasulullah ku.

Minggu, 11 Agustus 2019

Rindu - Tere Liye

Satu lagi, novelnya Bang Tere.

Ah, kenapa si, Tere Liye ini selalu mampu memberikan sesuatu yang......sensasi yang ma syaa Allah abis baca buku bukunya tuh.

Saya selalu suka caranya bang tere membuat saya menikmati setiap lembar buku. Hanya dengan membaca tulisan, pikiran saya melanglang buana. Entah gimana caranya. Setiap baca buku justru saya merasa pikiran saya sebenernya lagi membuat gambaran cerita dan lupa kalo sebenernya yang lagi saya liat itu adalah tulisan tulisan panjang.

Saya suka banget cerita cerita model novel ini.

Sesuatu yang pada akhirnya membuat kita berkhusnudzon dengan apapun yang Allah siapkan.

Terima kasih geng baktinusa yang udah ngasih novel tere liye pas tukeran kado. This is literally the first tere liye's book that i have.

W gak akan cerita tentang isinya, tapi novel ini bener-bener ngebuat w berkhusnudzon atas apa yang Allah tetapkan.

Nasihat nasihat yang bener-bener kita butuh, sesungguhnya membaca bener bener ngebuat kita jadi kaya.

Ma syaa Allah, tabarakallah.

Selasa, 30 Juli 2019

Kamu ada disana karena doanya yang begitu kuat. Katamu suatu kali, segala sesuatu sudah diikhtiarkan, tinggal menunggu hasil sambil banyak banyak berdoa. Dan hasilnya barangkali ditentukan dari siapa yang paling kuat doanya.

Ternyata jawabannya adalah doanya.
Diantara kalian berdua memiliki doa masing masing, tapi apa daya ada orang ketiga yang ternyata butuh kamu dan menurut Allah (bisa jadi) akan lebih baik apabila kamu ditempatkan disana.

Oleh karenanya, Allah putuskan tak ada yang dikabulkan dari doa kalian berdua. Karena kalian berdua berdoa hanya untuk diri kalian sendiri, sedangkan doanya datang untuk kemaslahatan umat.

Bagi Allah, mengabulkan doanya akan lebih banyak manfaat daripada mengabulkan doa kalian berdua.

Jadi, sekarang, bersabar.

Percayalah, dia berdoa tanpa menyebut namamu, namun dengan sangat jelas dia berdoa agar dikirimkan seseorang yang sepertimu agar dia bisa melanjutkan hidup dengan tenang di tempat berikutnya.

Begitu.

Rabu, 24 Juli 2019

Memberikan yang Terbaik

Ternyata, menjadi guru di tempat baru, lingkungan baru, wilayah baru, selalu menarik. Mempelajari hal baru, selalu menyenangkan.

Kali ini waktunya belajar menjadi guru di sebuah boarding school. Untuk seseorang yang biaya sekolahnya hampir selalu digratiskan oleh pemerintah, banyak pertanyaan yang hadir tentang menyekolahkan anak di boarding ini.

Saya belajar satu hal yang sulit tapi berbuah keindahan yaitu: melepaskan anak untuk menuntut ilmu.

Di hari kedatangan mereka di sekolah, saya melihat orang tua yang menghantarkan sampai depan kemudian memberikan salam perpisahan sementara. Hari itu, perasaan saya yang gak karuan. Gimana bisa orang tua jauh dari anak 😅

Saya pernah ditinggal ibu, waktu masih SD selama seminggu. Baru hari keempat, saya udah nangis gegara gak kuat. Tapi ternyata ada loh orang tua yang bisa melepaskan anaknya untuk sekolah di boarding.

Dan saya jadi bertanya tanya, seperti apa hubungan keluarga antara anak dan orangtua yang sudah terbiasa "tidak bersama"

Saya hanya pernah dua kali tidak di rumah dalam waktu lama (cuma sebulanan 😂) dan begitu sampai rumah, langsung sulit keluar lagi. Pun ketika tidak di rumah dalam waktu lama itu, saya sangat memaksimalkan kebebasan 🤭

Lain halnya dengan yang sekolah di pondok. Mereka belajar, tidur, makan, siap siap, semuanya tanpa orang tua, tapi mereka bisa dan mereka kuat.

Saya sampai hari ini rela untuk tidak memaksimalkan fungsi kamar "hanya" agar saya bisa melihat orang tua saya dan agar orang tua saya bisa melihat apa yang saya lakukan.

Sesederhana itu.
Tapi saya juga selemah itu sehingga harus selalu bersama orang tua.

Hanya memikirkan satu point tentang orang tua dan anak yang sekolah di boarding, saya belajar banyak hal. Dan bahkan memikirkan lebih jauh, apa saya siap menyekolahkan anak ke boarding? Kalau tidak siap, apakah saya mumpuni untuk memberikan pendidikan terbaik di rumah?

Sejauh itu emang pikirannya.

Yang saya pikirkan berikutnya adalah ketika anak anak ini sedang tidak di asrama, pasti ada yang ingin bermain, lalu kalau mereka ingin bermain, apa iya harus meninggalkan keluarga lagi? Bukankah ketika mereka tidak bermain, keluar rumah, jalan jalan berarti mereka "hanya" pindah tempat untuk berdiam diri? Tapi kalau mereka keluar rumah dan bermain, bukankah justru waktu bersama keluarga yang berkurang?

Sampai sekarang, pertanyaan pertanyaan itu masih ada. Bahkan saya sendiri yang bertanya ke murid, kalian masuk sini kenapa? Kalian gak kangen rumah? Kalian gak kangen orang tua? Dan lain sebagainya.

Lagi lagi, untuk seseorang yang biaya sekolahnya disubsidi pemerintah, ini tidak mudah untuk dipahami. Karena memang secara teori pun akan baik diakhir in syaa Allah, tapiiii, tapi nih, bicara tentang rasa, apakah hati bisa bicara dusta?

Lisan bilang gapapa padahal hati kenapa napa. Hingga akhirnya baru beberapa hari, sakit fisik yang dirasa.

Saya pikir, membaca buku negeri lima menara cukup untuk menjelaskan kehidupan pesantren yang keras. Tapi ternyata dari buku itu, ada yang belum sampai hatinya ke saya, yaitu tentang sebuah usaha melepaskan untuk kebaikan dimasa yang akan datang.

Ummi abi orangtua murid dari anak anak boarding school,
Barakallahu fiikum, semoga Allah balas kerelaan kalian untuk anak menuntut ilmu dengan segala sesuatu yang lebih baik lagi.

Semangat ya ummi abi, semoga ridho kalian untuk anak anak berbuah pertemuan hakiki di jannahNya.

Aamiin..

Minggu, 21 Juli 2019

Bukan nasi bungkus,
Bukan godaan uang,
Bukan juga iming iming jabatan.

Bagiku,
bergerak adalah sebuah keharusan. Pemerintah adalah lini yang perlu diingatkan.
Dan diam bukanlah sebuah pilihan.

Tidak karena aku perempuan maka aku diam, justru karena aku perempuan aku harus berjuang.

Aku tak peduli pada mata yang memandang remeh,
Tak hiraukan cibiran cibiran orang,
Tak risau komentar komentar jahat manusia.

Aku bergerak, masalahnya dimana?
Aku berjuang, salahnya dimana?
Aku mengawasi pemerintah, dosanya dimana?

Aku berjuang untuk rakyat, bersama rakyat, untuk kepentingan bersama.

Semoga kamu paham,
Dan akan lebih baik kalau kamu ikut juga berjuang.

Jumat, 12 Juli 2019

Menjadi Umar

Aku melihat bahwa Rasulullah memiliki banyak sahabat, tapi salah satu yang paling ku senangi adalah Umar.

Begini ceritanya,

Pada masa jahiliyah, ketika masa awal kenabian pun juga dengan dakwah sembunyi sembunyi, keharuman dan kebesaran Islam tak pernah bisa ditutupi. Lambat laun orang Quraisy pun tau perihal keberadaan agama baru.

Begitu juga dengan Umar.
Kebenciannya melihat perpecahan di Mekkah berbuah kebencian yang lebih besar pada Islam dan Rasulullah.

Sampai suatu hari Rasulullah berdoa, "ya Allah besarkanlah Islam melalui satu diantara dua Umar."

Kemudian Allah pilih Umar bin Khattab.

Terbolaknya hati Umar yang keras diawali dari Qur'an surat Thoha yang dibaca oleh adiknya. Hingga akhirnya tinggal menunggu waktu, Umar pun masuk Islam. Ia menjadi salah satu tokoh besar dalam sejarah panjang umat Islam.

Kebenciannya pada Islam, dosa dosanya dimasa lalu, apa yang ia lakukan sebelum menjadi muslim, akhirnya justru menguatkan dirinya untuk selalu melakukan yang terbaik untuk Allah dan RasulNya.

Sikapnya yang kritis, tegas, dan tak mudah digoyangkan terus ada sampai ia akhirnya menguatkan Islam. Bahkan segera menuntut Rasulullah untuk dakwah secara terang terangan.

Menjadi Umar tak mudah, ia sadar akan kesalahannya (padahal in syaa Allah telah diampuni Allah) lalu dengan optimis melakukan berbagai ibadah, beramal sholih agar bisa kembali berkumpul di surga bersama Rasulullah.

Menjadi Umar berarti menjadi sebaik-baik hamba yang bertaubat. Memiliki masa lalu namun optimis memandang masa depan.

Menjadi Umar adalah tentang kekuatan melawan maksiat yang mungkin dulu pernah dilakukan. Namun hari ini menjadi yang paling kuat menentang.

Menjadi Umar adalah tentang kesabaran, keikhlasan, dan keinginan serta azzam yang kuat.

Masa lalu dijadikan pemicu semangat agar menjadi pribadi yang lebih baik dan sempurna dalam beribadah pun juga berislam secara menyeluruh.

Menjadi sebenar benar hamba dan setaat taat pada Sang Pencipta.

Tak apa kamu punya masa lalu, Umar juga.
Berislamlah seperti Umar, in syaa Allah kita akan masuk surga seperti Umar bin Khattab

Kamis, 11 Juli 2019

Sulitnya Menjadi Kamu (2)

Berikutnya yang juga tak mudah dilakukan adalah menjadi kamu yang tak peduli kehidupan orang lain namun kondisi hari ini mengharuskan mu mengetahui kondisi banyak orang.

Bagaimana rasanya jadi kamu?

Aku tau kamu pasti lebih dari sekedar pusing. Bicaramu depan forum terdengar meyakinkan, obrolan serta canda tawamu terasa renyah dan menyenangkan.

Namun masalahnya, bagaimana jika harus dilakukan secara personal ke individu satu persatu? Ku dengar orang introvert tak terlalu suka melakukan itu.

Aku tau betul kamu bingung ketika harus berbicara berdua dengan orang lain. Apalagi posisinya kamu harus bertanya tentang hal hal yang sifatnya pribadi. Pasti tidak mudah ya?

Iya, aku ingat ketika kamu harus berbicara hal hal pribadi ke orang yang baru kamu kenal dan aku sangat memahami betapa kamu tidak menyukai hal itu. Seperti sedang dikorek informasinya hanya untuk sekedar tau namun tak ada solusi ke depannya.

Berikutnya kamu mulai bertanya, hal apa yang akan terjadi jika kamu bertanya lebih banyak, atau apa yang akan terjadi kemudian jika kamu menjawab dengan kalimat kalimat yang lebih panjang.

Kamu menghabiskan waktu sekian detik hanya untuk memikirkan apa yang harus kamu sampaikan waktu itu. Sekarang, kamu berfikir sekian jam sambil sekali sekali teringat, dan mempertanyakan apa yang akan terjadi jika kamu melakukan sesuatu yang lebih atau melakukan sesuatu yang kurang dari itu.

Aku sangat mengetahui pikiran mu berkecamuk. Duduk di samping orang sekalipun kamu mengenalnya tak pernah mudah. Jika duduk tanpa saling bicara, tentu saja terasa aneh. Namun kamu paham, tidak mudah untuk akhirnya saling bicara. Kamu tidak tau bagaimana caranya memulai sesuatu.

Lebih baik duduk disamping orang asing. Tak ada kata yang keluar hingga orang asing itu memutuskan untuk membuka omongan duluan atau kalian akhirnya berakhir dengan keheningan dan berbicara dengan pikiran masing masing.

Kamu tentu saja menyukai yang kedua, sendiri dengan pikiranmu, tapi kamu juga tidak akan mengabaikan usaha orang lain untuk berbicara dengan mu kan?

Terbukti dari orang orang yang akhirnya mampu nyaman berbicara panjang lebar dengan mu dalam sekali temu. Sudah berapa banyak orang yang seperti itu denganmu?

Menjadi pendengar dan penyimak agaknya memang jauh lebih mudah. Namun kini, keahlianmu juga harus bertambah. Menjadi yang mampu membuat orang lain bercerita.

Mencari informasi lebih banyak dan dalam tentang mereka butuh usaha keras. Jantungmu mungkin akan berdegup kencang, otakmu akan banyak berfikir, kamu juga bisa saja akan lebih lelah dari biasanya.

Tak apa, kamu sedang berproses.

Kamu akan bisa menjadi orang yang mudah berinteraksi dengan orang lain, tenang saja. Mengajak orang lain berbicara tidak semenakutkan itu. Dan diabaikan atau tidak mendapatkan sesuatu yang kamu butuhkan, tidak semengecewakan itu.

Kamu hanya perlu sedikit lebih banyak mengolah rasa agar besok lusa tak apa merasa tidak baik baik saja setelah tak berhasil lagi untuk berbicara.

Kataku lagi di depan cermin.

Rabu, 10 Juli 2019

Sulitnya Menjadi Kamu

Mereka bilang kamu ekstrovert, berteman dengan siapa saja, apa saja, kapan saja dan dimana saja.

Katanya, kamu representasi makhluk Tuhan yang paling mudah beradaptasi, paling banyak teman dan paling paling lainnya.

Mereka seolah-olah tau banyak hal tentang kamu, padahal tak ada satupun yang dia mengerti tersebab betapa tertutupnya dirimu.

Katanya suatu kali,
"aku bener bener gak kenal kamu, bisa bisanya kamu aktif disitu tapi aku gatau kamu."

Begitu.

Kamu hanya tersenyum.
Bagimu, ada banyak hal yang sekiranya hanya perlu diketahui dirimu sendiri. Tak perlu ada orang lain tau. Biarkan mereka mengetahui segala sesuatu yang baik baik saja. Dan kamu akan menjadi sempurna.

Kemarin katanya kamu hebat, dikenal banyak orang. Padahal sejatinya, selain namamu tak ada satupun yang mereka ketahui tentang kamu.

Kamu terkenal dipermukaan, tapi terpendam jauh dipedalaman rasa. Tak ada satupun yang benar benar mengenalmu.

Sekali waktu kamu berusaha menceritakan tentang dirimu, tapi ternyata orang orang lebih butuh untuk bercerita tentang dirinya. Jadi kamu memutuskan diam dan mendengarkan sesuatu hanya untuk membuat dirinya nyaman.

Kamu abaikan segala sesuatu tentang,
"hei aku juga butuh didengar."

Kemarin mereka bicara banyak tentang kamu, kekuranganmu yang kini terangkat luas. Namun kamu hanya membalas dengan senyuman.

Kamu sesekali bertanya tanya apa setidak baik itu aku dimata orang orang sampai berteman saja pun sulit.

Masalahmu hari ini adalah tentang betapa sulitnya bagimu untuk memulai sebuah pertemanan.

Bagimu, ditinggalkan dalam rumah sendirian akan lebih menyenangkan dibandingkan bersama di ruangan penuh manusia yang sibuk berinteraksi satu sama lain.

Kepalamu mendadak pusing, jantungmu mendadak berdebar. Pertanyaan pertanyaan seputar, "apakah aku bisa berbicara?" "apakah obrolan ku tidak membosankan?" "apakah mereka mengerti apa yang ku maksud?" "apakah aku bisa diajak berbicara tentang berbagai hal?"

Semua pertanyaan itu memasuki pikiran mu hingga akhirnya kamu memilih untuk mencari tempat dipojokkan sambil melihat keramaian.

Kamu kembali pada rutinitasmu, memperhatikan orang orang.

Dilain waktu, katanya sosmed mu aktif. Followers dan following mu sama sama banyak, tapi ternyata orang orang yang mengikutimu dan yang kamu ikuti adalah manusia manusia yang kamu kenal dipermukaan dan mengenalmu hanya dipermukaan saja.

Untuk orang yang mengenalmu secara langsung hampir sebagian besar tak saling mengikuti karena ketidakcocokan dalam berteman.

Katanya kamu eksklusif. Padahal kamu hanya tidak tau bagaimana caranya berteman ketika tidak cocok dengan bahan obrolan dan semuanya tentang mereka.

Tapi kamu tentu saja menganggap semua orang adalah teman. Tapi tak ada satupun yang benar benar mengenalmu.

Sabar ya,
Kataku di depan cermin.
Aku juga begitu.

Manusia dan Masalahnya

Kamu hidup?
Ya.

Apa buktinya?
Aku punya masalah.

Begitu katanya suatu hari.
Baginya, masalah masalah yang ada melahirkan sebuah wujud pembuktian bahwa dirinya adalah manusia yang masih hidup.

Ketika ku tanya mengapa, ia sesegera menjawab bahwa masalah adalah bentuk perhatian Sang Pencipta kepadanya.

Ia lalu menceritakan bagaimana hidup manusia tanpa masalah. Barangkali itu yang akan dinamakan kekeringan dalam hidup.

Tak juga memang masalah adalah sebuah bentuk perhatian, tapi masalah akan melahirkan bentuk lainnya yaitu sebuah kesadaran tentang menjadi hamba.

Bahwa masalah itu tak pernah hadir sendirian. Ia muncul bersamaan dengan datangnya manusia baru dalam hidup kita. Masalah juga sebetulnya datang bersama dengan kemudahan.

Kata Allah, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Kemudian diulang sekali lagi, bersama kesulitan ada kemudahan.

Sejak pertama memahami perkataan Allah tersebut, hidupnya semakin santai. Maksudnya, ia tak lagi mempermasalahlan masalah masalahnya. Ia menjadi pribadi baru yang kuat menjalani hidup.

Ia tak pernah ambil pusing akan sesuatu. Bahkan rasa rasanya, ia lupa apa masalah yang sedang ia rasakan. Ketika harus mendefinisikan masalah apa yang ia miliki, ia harus berfikir panjang dan sulit menemukan definisi yang tepat.

Ah barangkali aku tak punya masalah.
Begitu katanya suatu kali selepas sholat malam dan tilawah.

Suatu kali ia cerita melewatkan sholat malam, tilawah dan sholat di akhir akhir waktu, ia mulai mempermasalahkan segala sesuatu yang ada dihidupnya.

Penuh keluhan.
Seolah olah masalah yang kemarin tidak ada muncul seketika, bersamaan. Lalu dia sholat, mungkin sholat taubat, sholat dhuha, atau sholat lainnya.

Setelah itu dia sudah melupakan semua masalahnya.

Kupikir dia unik, aku tau sekali bahwa dia memiliki segudang kegiatan dengan permasalahan dan pekerjaan masing masing yang perlu dituntaskan.

Tapi kerennya adalah dia selalu menggantungkan hatinya pada Sang Pencipta. Dia mempercayaiNya lebih dari apapun. Sehingga apapun masalah yang ia hadapi kini, tak sekalipun mengganggu hidupnya bahkan justru mendekatkan dirinya kepadaNya.

Ah,aku sungguh iri dengan orang seperti itu.

Rabu, 03 Juli 2019

Pernah gak ngerasa kaya sedih tiba-tiba gitu?
Perasaan gaenak atau malah jantung berdebar lebih kencang tanpa alasan apapun.

Saya tu gitu.

Sekali waktu rasanya butuh ngobrol sama orang biar ngerasa tenang, tapi setelah ngobrol, perasaan gak juga tenang.

Memutuskan menyendiri, olah hati, atur pikiran, tenang si, tapi ada perasaan yang gatau apa gitu yang butuh banget disalurkan.

Mau nangis engga bisa karena emang gabisa aja hehe.

Kalo udah gini, biasanya saya cenderung mengabaikan perasaan yang ada. Paling juga nanti ilang.

Kaya tadi tu, rasanya mo curhat dan bilang, "kok aku sedih ya" padahal lagi jam kuliah tapi kok ngerasa sedih tiba-tiba 😂

Alhamdulillah gak jadi cerita dan lebih memilih untuk diem sambil mikir nanti juga sembuh.

Atur pikirin, olah hati lagi, kasih afirmasi posiitif, tapi gada hasilnya euy.

Keluar dari lift, menuju parkiran spiral, malah makin deg degan 😂

Jadi UNJ ini lagi gatau parkiran yang pemuda lagi diapain akhirnya tadi terpaksa harus parkir di spiral (anak unj aja yang paham).

Saya sengaja jalan pelan pelan walaupun deg degan. Ah iya, selesai kuliah itu jam setengah 8 malem. Mon maap gak GST (gerakan setengah tujuh) alesannya in syaa Allah Syar'i ✌️

Nah emang UNJ pas malem ini hampir jarang sekali bisa saya liat. Pertama gegara ada GST, kedua gegara rumah saya jauh. Jadi abis maghrib pengen langsung pulang aja gitu.

Gataunya, UNJ pas malem itu sepi. Banyak yang genjreng genjreng bikin pengen ikutan nyanyi. Terus bikin deg degan karena gelap. Duh.

Udah gitu gak lagi banyak liat mba mba kerudung panjang seliweran. Tapi saya coba jalan santai sambil terus mata kemana mana ngeliat suasana UNJ pas malem. Mon maap norak.

Gataunya, pas jalan sendirian itu, pikiran saya kemana mana terus. Sampe akhirnya dari jauh harus ngeliat ibu ibu yang jualan dengan dua tongkat dan kaki satu tak terlihat.

Gak jauh dari situ juga ngeliat mahasiswa pada ngumpul, ada yang di masjid, tugu, dan berbagai tempat lainnya.

Hati saya sedih lagi ya bertanya tanya sendiri, kenapa si dunia ini begitu beragam? Kenapa ya Allah menciptakan manusia dengan berbagai latar belakang dan takdir masing masing yang berbeda. Ini udah pernah saya tanya ke diri sendiri dan udah dijawab dengan pikiran sendiri si tapi kadang suka bertanya tanya lagi aja.

Sedih gitu, gimana si caranya biar ngolah kesedihan ini.

Akhirnya saya jalan terus menuju parkiran dan otw pulang lah.

Di sepanjang jalan, saya melakukan aktivitas yang semoga bisa menenangkan hati. Alhamdulillah, sama aja rasanya hee.

Tapi pas di daerah duren sawit, akhirnya saya liat lagi bapak bapak yang selama semester ini selalu terlihat mendorong gerobak dengan kaki pincangnya. Setiap ngeliat bapak ini tu saya selalu gak karuan rasanya. Merasa bersyukur dengan kondisi diri sendiri dan sedih karena belom bisa menciptakan tempat yang baik buat bapaknya.

Ketika ngeliat bapak ini lagi untuk yang gatau ke berapa kalinya, akhirnya saya putuskan untuk berhenti dan sedekahkan apa yang ada di kantong saat itu.

Bapaknya bersyukur, ucap alhamdulillah, kemudian saya tinggal dan otw pulang lagi.

Kemudian, baru beberapa putaran roda motor, tiba-tiba saya ngerasa kaya ada yang ke angkat gitu loh di dada.

Wah, rasanya kaya lega gitu.
Gatau deh, tapi kok lega aja gitu ya.

Saya udah sering denger kalo sedekah bisa menenangkan hati, tapi saya gatau kalo bisa setenang dan secepet itu 😅

Ma syaa Allah tabarakallah.
Coba deh praktek, mudah mudahan menghasilkan ketenangan yang sama.

Selasa, 02 Juli 2019

Selanjutnya kamu pernah berfikir untuk mundur. Menghentikan langkah bahkan kembali pulang ke arah yang telah lama kamu tinggalkan.

Tak ada lagi yang perlu diperjuangkan. Pikiran mu dengan keras mengatakan hal itu. Kamu kalah, lemah, tak bisa apa apa.

Kamu menengok lingkungan sekitar dan melihat banyak orang yang memutuskan menjadi manusia normal yang biasa biasa saja. Tak usah bersusah susah berjuang, toh jalanmu ternyata tidak semudah orang yang berjuang itu.

Kamu pesimis, melihat lingkungan dengan skeptis.

Ah dia kan ada orang tuanya yang kaya
Ah dia mah emang udah pinter dari lahir
Ah dia jelas aja bisa ada orang dalem

Dan segudang rengutan lainnya.

Bagi mu, tak ada yang perjuangannya sesulit kamu. Tak satupun. Orang orang itu mampu karena ujiannya mudah, tapi ujian ku susah.

Sampai aku gemas.
Hahaha.

Tak ku sangka akhirnya ku putuskan untuk menulis tentang mu dan semua keluhan keluhanmu.

Bagiku mendengar memang selalu menyenangkan. Aku percaya ada obat yang tak bisa dijelaskan hanya dengan bercerita. Setidaknya bebanmu sepersekian gram terangkat walaupun aku tak juga menerima beban atas ceritamu. Ya walaupun kadang kamu memaksa untuk mengambil bagian dari perjuanganmu.

Tapi ku senang membantu. Sungguh.
Tak ada satupun yang ingin ku sampaikan bahwa membantumu adalah hal yang menyebalkan.

Hanya saja,
Selama telinga ku masih mendengar keluhan, ingin rasanya ku cukupkan segala sesuatu atau ingin ku tanyakan kenapa kita tak bisa berhenti mendengar ketika tak ingin mendengarkan sesuatu. Sedangkan kita bisa berhenti melihat dan bernafas sebentar ketika ingin.

Tapi berteman dengan mu membuat ku banyak bersyukur bahwa tak terlalu banyak yang ku keluhkan.

Bahkan,
Dari setiap keluhan keluhan mu, tak satu pun yang ku sepelekan. Aku tau kamu tidak suka kalau direspon, "ah itu masih mending, kemaren aku..." dst.

Dear you,
My friends,
Masalah ada, ujian ada, tak satupun dihadirkan untuk kita selesaikan. Bukan tugas kita mencari solusi atas segala permasalahan yang ada.

Allah hanya meminta kita untuk banyak bersabar, banyak berdoa dan banyak berjuang. Tak ada satupun perintahNya yang mengharuskan kita memenangkan sesuatu.

Seandainya saja bisa ku bagi sedikit saja pemahaman ku tentang betapa menyenangkannya memiliki sesuatu yang dipikirkan, mungkin keluhanmu tak sebanyak itu dan bisa jadi kamu akan tau lebih banyak tentang ku.

Tapi tidak apa, mengetahui banyak tentang mu itu menyenangkan. Hanya saja rasanya mungkin lebih menyenangkan kalau ada seseorang yang memahami mu dengan sangat dalam dan baik.

Jadi, sampai mana obrolan kita tadi?

Sabtu, 29 Juni 2019

Mereka Datang Lalu Kamu Belajar

Dari satu dua hal kehidupan, ada barangkali yang ketiga yang kamu putuskan untuk petik hikmahnya. Diambil untuk dijadikan pembelajaran.
Kata orang orang, kamu mengajar. Padahal sejatinya kamu yang sedang belajar.
Kata orang orang kamu berbagi ilmu, padahal kenyataannya kamu yang sedang mengumpulkan sebanyak banyaknya pembelajaran.
Satu orang datang, kemudian kamu ambil pembelajaran dari kedatangannya. Untuk apa dia datang sampai kenapa akhirnya tak bisa lagi membersamai.
Dari kedatangan satu orang saja, hatimu mendapatkan banyak rasa. Senang sedih terharu bangga bahagia. Semuanya silih berganti sampai tak ada lagi waktu membersamai.
Selanjutnya bagaimana kalau yang datang dalam jumlah banyak?
Tentu saja hidupmu menjadi lebih berwarna.
Sekali waktu kamu akan menengok, mengingat kembali bagaimana mereka yang banyak itu bisa tiba tiba saja datang dan menjadi bagian dari sesuatu yang harus kamu perjuangkan masa depannya.
Perasaan bertanggung jawab, karena mereka sudah datang maka apa yang akan mereka lakukan kemudian adalah salah satu kewajiban yang harus kamu perhatikan.
Sesekali kamu merasa khawatir tentang benar kah cara yang kamu pilih untuk "menangani" mereka. Dilain waktu kamu sedih karena harus kembali mengeluarkan emosi berlebih.
Kamu berniat hari ini agar lebih banyak tertawa dan tersenyum, tapi ternyata semua tidak pernah mudah. Kamu ingin yang sempurna namun mereka tak mampu mengikuti ritmemu.
Kamu sedih.
Lalu kamu belajar untuk memperlambat langkah.
Sampai pada satu titik, lalu kamu memutuskan sudah cukup.
Tak ada yang pergi, kamu hanya ingin lebih banyak belajar di banyak tempat. Tapi kamu bersedih, namun keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan banyak tak juga sirna.
Kamu melangkah lebih jauh, sesekali menengok apa yang telah ditinggalkan, tak ingin sedih berlebihan tapi kamu sejujurnya merasa sangat kehilangan.
Tapi tentu saja kamu akan menjadi yang paling tegar disini, karena meyakini apa yang akan kami temukan di depan sebagai sesuatu yang baik. Dan you couldn't ask for anything better.
Kamu banyak bersyukur belakangan ini dan orang orang yang sempat hadir, terutama mereka yang memberikan banyak pelajaran, ingin rasanya kamu datangi satu satu sambil menyampaikan "terima kasih ya sudah datang dan menghadirkan pembelajaran yang banyak."
To all my lovely students, thanks a lot but life must go on. We have to decide what we want to do and how we can make it possible.
I've learned a lot from all of you and tonight I feel like losing you guys is one of the hardest part. I feel sad but also excited for what will come next.
I wonder if I have done my best while teaching you and did I inspire you enough to always do the best in your life and make you brave enough to dream and fight for it.
I accidentally feel like the evil one.
And making you jealous of my life now isn't what I want you to feel. But i can't keep this excited feeling alone and all of the positivity 
It's hard for me to not updating my status and try to make everyone inspired dududu. This is wrong I know, but I enjoyed it much. I believe that every single thing i share will give positive impact on the people who read it. Even not all of them at least one.
Btw,
I love you 3000000!