Selasa, 16 Juli 2024

 ternyata ia hanya setumpuk rindu...

belum waktunya bagi kita bersama. aku pikir aku akan lebih kuat setiap harinya. tapi setiap tanda itu datang, maka pelan-pelan aku patah namun masih sanggup melangsungkan hidup. itu mungkin bagian yang ku suka dari diriku sendiri. tidak banyak orang yang mampu untuk melanjutkan hidup ditengah kesulitan yang sedang dirasakan. 

aku mengapresiasi diriku sendiri dan dia, yang selalu menjadi penyemangat. ia yang tak luput dari senyum walau sebenarnya merasa kekhawatiran mendalam. ia lebih mengkhawatirkanku daripada sesuatu yang sudah kami tunggu lama. ia takut aku menjadi sedih atau mengurungkan diri dan menolak untuk bahagia. tapi baginya, saat aku tersenyum bahagia maka itu sudah cukup. 

kadang aku bertanya, apa yang salah diantara kita, namun ketika aku kembali mengingat bahwa takdir Allah selalu baik maka hatiku tenang kembali. aku menjawab pertanyaan-pertanyaan tak berakhir dengan jawaban ku sendiri. bahwa takdir Allah selalu baik. aku juga melakukan ikhtiar ku sendiri, berdoa sendiri, lalu Allah berikan waktu terbaik untuk segalanya. Allah berikan dia yang kehadirannya membawa senyuman padaku. yang bersamanya, aku merasa sudah pulang ke rumah entah kami ada dibelahan dunia mana. 

hari ini aku sampaikan kabar padanya, lalu ia memandangku khawatir. aku tersenyum, lalu ia melanjutkan aktivitasnya. aku tidak apa-apa, maka ia akan baik-baik saja juga. begitu batinku. 

kalau nanti yang disana membaca ini, aku sampaikan dengan hangat dan dalam, aku rindu. dan aku akan selalu menumpuk rinduku. sampai nanti Allah sampaikan untuk menyalurkannya dalam bentuk yang paling indah. 

aku akan menunggu sampai Allah takdirkan waktu menungu ku usai...

Minggu, 14 Juli 2024

 kalau kamu tidak pernah datang, bagaimana aku menjalani sisa hidupku?

teruntuk yang dirindukan, sudah sekian waktu, sekian tahun kalau boleh disebutkan menjadi sedikit lama. ada kerinduan yang menumpuk. ia kadang hilang, kadang muncul. ia kadang mengundang senyum, kadang mengundang tangis. ia kadang membuat sesak, kadang membuat ikhlas. 

memikirkan kamu seperti menaruh impian di langit-langit kamar, bisa ku gapai dengan usaha. namun tidak ada satupun tangga yang mampu mengantarku menuju kesana. hanya Tuhan ku yang menentukan tangga itu akan datang dengan cara apa, melalui apa, dan kapan waktunya. 

kali ini aku menulis dengan hati yang sesak, sedikit berair mata sambil memikirkan, kapan kamu datang? memikirkannya membuat hatiku semakin sesak sampai tak ingin melakukan apapun. aku hanya ingin jawaban kapan kedatanganmu maka aku akan menjalani waktu menungguku dengan berbahagia. 

tapi kamu tak pernah berjanji akan datang kapan. bahkan kamu tidak sedikitpun berjanji bahwa kamu akan datang. sekali waktu aku kuat memikirkan kamu tak akan hadir. tapi kali ini aku lemah. aku ingin menangis. aku ingin menyalahkan seluruh dunia. kenapa kamu tak hadir segera agar hari-hari ku tak lagi kosong dan hampa?

apa aku tak layak untuk menjadi bagian dari hidupmu? apa yang perlu aku perbaiki? bagian mana? sebelah mana? beri tahu aku sekarang, akan ku lakukan bagian demi bagian dengan semangat  membara. 

tapi kamu hanya diam...

kamu tidak pernah berjanji akan hadir. aku dipaksa untuk ikhlas tapi aku diminta untuk tetap berdoa. kadang dalam doa, aku tidak tau apakah jenis jawaban yang akan ku terima. apakah "ya, aku berikan" atau "ya, tapi tunggu dulu" atau "tidak, aku tau yang lebih baik/"

Tuhan ku tidak mengatakan bahwa ketika aku meminta maka ia akan memberikan semua keinginan ku. Tuhan ku berkata bahwa bisa jadi aku menyukai sesuatu namun itu tidak baik untuk ku. bisa juga aku tidak menyukai sesuatu, tapi itu baik untuk ku.

tapi, aku terlalu menyukai kamu...
aku bahkan menyayangimu yang belum pernah ada wujudnya. aku mendoakanmu setiap waktu agar kau selalu baik. sekali waktu ingin ku sampaikan bahwa aku telah berjuang, bukankah sekarang adalah waktu yang paling baik untuk kau datang?

ps: aku akan menunggu terus. bahkan disaat kau kira aku mengabaikanmu, aku akan terus berdoa agar kau segera tiba.