Selasa, 14 Desember 2010

Getaran ini Bernama Cinta

tatapannya ramah, 
senyumnya manis, 
tuturnya lembut

saat ku jumpa dirinya yang pertama, tak ada satu pun yang kurasakan.
jangan kan untuk menyukainya, ingin tau tentang dirinya pun tidak.
tapi dihari itu, saat mentari sedang berhenti menyinari sore, awan mendung menutupi langit senja, sinar bulan terhalang awan mendung
aku merasa sesuatu yang beda

deg deg deg...
kurasakan jantungku berdegup kencang, darah ku mengalir deras, diri ini begitu gemetar
saat itu, di sekolah begitu banyak orang, aku yang sedang sendiri terlalu takut untuk memasuki kerumunan. dirimu datang, tersenyum manis menatap ku, "mau kah kau kutemani melewati kerumunan ini?"

kaki ku semakin gemetar, lidahku mendadak beku, jantungku semakin berdegup kencang sehingga aku yakin dia juga mendengar suara detak jantungku. "bersediakah kau kutemani?" katanya lagi. senyumnya semakin manis, tatapannya begitu ramah, dan tutur katanya pun begitu menenangkan.

"eeee" hanya itu yang bisa keluar dari mulut ku, apakah aku mendadak bisu? mengapa aku mendadak tak bisa berkata kata?

aku terus saja menatap matanya, tatapannya pun lurus kemata ku, getaran di jantung ini semakin terasa.
"aku anggap itu sebagai jawaban ya" lanjutnya dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya yang terlihat bersinar seperti matahari. 

dirinya begitu berbeda dari lelaki lainnya
ku hirup udara, dan kurasakan harum tubuhnyaa, menenangkan jiwa, menyejukkan raga dan membuat ku merasa semakin tenang.
aku berjalan disampingnya.
dia melindungiku dari kerumunan itu, dia selalu berada di sekelilingku 
seperti planet yang begitu setia mengelilingi matahari. 
seperti bulan yang begitu setia mengelilingi bumi. 
seperti jarum detik yang begitu setia memutari jam. 

aku semakin merasa aman. 
dirinya begitu indah. ciptaan Tuhan yang terindah yang pernah kulihat.
dia memiliki sesuatu yang tak pernah kulihat dari lelaki lain. 
dia memiliki sesuatu yang bisa membuat ku tertarik
dia memiliki sesuatu yang selalu membuatku merasa ada suatu getaran saat bersamanya

"apa kau merasa aman?" katanya saat di jalan mulai sepi
anggukan kepalaku adalah jawabannya. entah kenapa mulut ini masih bisu, lidah ini masih beku
sejuta kata ingin ku ucapkan, tapi lidah ini membeku, mulut ini masih saja membisu, bibir ini tak mau terbuka.

"apa kau merasa suatu getaran" katanya lagi
kepalaku mendadak menggeleng. 
kenapa gelengan yang ku keluarkan? kenapa aku berbohong? kenapa aku tidak mengangguk?

raut muka kecewa terlihat diwajahnya.
dirinya seperti matahari yang enggan bersinar
seperti bulan yang enggan mengelilingi bumu
seperti jarum detik yang tak mau berputar lagi
tapi senyum nya tidak hilang, walaupun kini yang terlihat adalah senyum sedihnya.
senyum yang begitu menyesakkan, senyum yang begitu kecewa, senyum yang begitu letih, senyum yang tak pernah ingin kulihat darinya.
tatapan matanya pun berbeda. matanya memerah. dirinya amat sangat terlihat begitu kecewa

kenapa aku harus berbohong? kenapa kepala ini menggeleng? kenapa aku menjawab tanpa berfikir?

aku pun menunduk dan tak berani menatap matanya.
dia menatap ku dengan ramah,  menarik tangan ku, mengangkatnya ke tepat di jantungnya. dia mengatakan dengan sungguh sungguh dan dengan senyumnya yang begitu has. "tau kah kau? getaran ini, namanya cinta"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar