Minggu, 31 Maret 2019

Hati manusia tidak ada yang tau.

Hari ini, ia bisa menyukai sesuatu dengan amat sangat. Besok lusa, ah tidak, sedetik kemudian bisa saja menjadi sangat benci hal tersebut.

Hari ini ia berjanji manis, nanti sore atau bahkan lima menit lagi, lupa dengan hal yang pernah ia katakan.

Hari ini ia memperjuangkan sesuatu, besok sore memutuskan untuk menyudahi perjuangan.

Hati manusia tidak ada yang tau.

Bukan hanya hati yang orang lain yang tidak kita pahami, namun juga hati yang kita miliki.

Aku pernah berada dalam kondisi benar-benar tidak mengetahui apa yang ku mau. Merasa semuanya terlalu salah untuk menjadi benar dan terlalu benar untuk disalahkan.

Aku tidak bisa memutuskan. Semua terlihat baik, tapi juga memiliki sisi tidak baik.

Jangan jauh jauh mengurus hati orang lain, karena hati dan pikiran kita sendiri bahkan tak ada yang tau apa yang akan ia pilih dan putuskan.

Maka,
Atas pertimbangan pertimbangan ini,

Memohonlah pada Sang Pemilik Hati agar selalu dicondongkan pada sesuatu yang Dia ridhoi. Yang di ridhoiNya pasti yang terbaik.

Sesederhana itu.
masalahnya, itu juga rumit.

Jumat, 29 Maret 2019

Dia bertanya, "kamu dimana?"

Kemudian aku berfikir keras, mencari kata yang tepat untuk menjelaskan dimana keberadaan ku.

Masih di bumi memang, tidak berbeda sekian banyak daerah waktu. Namun tidak ku temukan kata kata yang tepat untuk menggambarkannya.

"Aku masih di bumi."
Akhirnya ku jawab seperti itu setelah menghabiskan waktu 24 jam untuk berpikir.

Dia diam.
Aku melihat ceklis dua biru sedetik setelah ku balas pesan itu. Tapi sudah hampir satu purnama tak ia balas.

Hari ini kembali ku tengok, ia belum lama online. Aku melihat statusnya pun baru saja ia update.

Barangkali keberadaan ku tak lagi penting untuknya. Tak apa. Bumi masih akan terus berputar dan langit tak akan berubah menjadi merah jambu hanya karena pengabaiannya.

Aku tidak apa apa.

***

"Di bumi sebelah mana?"
Purnama ketiga ia datang, lagi.

Tak ku buka pesannya, hanya ku baca sekilas dari pemberitahuan chat.

Aku masih belum menemukan kata kata dimana bisa ku jelaskan keberadaan ku.

Tak apa apa, dia tak butuh jawaban itu sekarang.

"kamu ada dimana?"

Setelah satu matahari terbit ia bertanya lagi.

Pesannya masih belum ku baca, tak apa, dia masih sanggup menunggu.

***

Aku sudah menemukannya.

Pesannya ku buka dan ya aku kirimkan lokasi keberadaan ku melalui sebuah foto.

Ia segera membalas pesan ku, langsung, setelah tanda biru itu muncul kembali.

"dimana itu?"
"apa harus satu purnama lagi aku menunggu balasan pesanmu?"

Apalagi yang perlu ku katakan?
Baiklah, besok lusa akan ku balas pesannya.

***

"di dunia ini, apa masih banyak lagi tempat yang ingin kau kunjungi?"

"iya," akhirnya ku jawab setelah bertemu purnama kembali.

"dan berapa banyak lagi tempat yang ingin kau kunjungi?"

....

"tanpa aku."

Katanya lagi, setelah berkali kali pemberitahuan ia sedang mengetik.

"Aku masih di bumi, di sebuah tempat yang belum pernah ku datangi. Sebuah tempat yang mungkin dua puluh tahun lagi akan jadi pemukiman padat. Aku sedang berpikir apa yang bisa ku lakukan untuknya. Tak banyak memang yang bisa dilakukan tangan kecil ku untuk dunia yang besar ini. Tapi, aku sedang berpikir tentang keadilan.

"Adakah perubahan itu harus terjadi? Perlukah pembangunan itu dilakukan? Bukankah hutan akan menjadi aman apabila ia tak disentuh tangan tangan jahat manusia. Maksudku manusia yang hanya memikirkan dirinya dan kebutuhannya. Bukan, tapi keinginannya. Apakah kita benar-benar sedang melakukan perbaikan atau merencanakan kehancuran? Haruskah kita buat desa desa ini menjadi kota metropolitan agar orang orang tak perlu lagi pergi ke tempat lain? Supaya pertumbuhan ini merata tanpa ada yang tertinggal dan ditinggal?"

Send.
Terkirim.
Ceklis biru.

"beri tau aku jawabannya, agar ku beri tau dimana aku berada sekarang."

***

Sudah hampir satu putaran bumi mengelilingi matahari dan ia tak membalas pesanku lagi.

Selasa, 26 Maret 2019


Secinta apapun kita pada seseorang, bersiaplah untuk kehilangan dia kapan saja. Dengan itu, semoga perpisahan tak begitu menyakitkan
-Ahmad Rifa'i Rif'an-

Kamis, 07 Maret 2019

Hikmah dari Nyuci Motor

Akhir taun lalu gue nyoba buat nyuci motor sendiri, eh gataunya sampe berdarah darah.

Hikmahnya adalah gue jadi memahami bahwa segala pekerjaan itu baik, selama dia halal in syaa Allah berkah ya.

Gue pikir nyuci motor gampang, eh gataunya susah. Memutuskan buat udahan akhirnya motor gue engga bersih 😅

Ternyata kelengkapan alat juga mempengaruhi.

Seneng banget akhirnya sesederhana nyuci motor, gue bisa dapet segudang hikmah yang sayang kalo engga dibagikan.

Terus ini sekarang lagi nyuci motor pas hari libur gataunya ngantri banget 😂😂😂

Ternyata pekerjaan ini dibutuhkan ya gaes wkwk. Gue nyampe jam 17.04 sampe 17.51 engga selesai juga, lagi lagi gue belajar kalo mau nyuci motor jangan pas di jam jam orang banyak yang kosong juga. Harusnya jam 10 pagi hari senin tu, ketika semua kendaraan dipake wkwk

Gue bahkan yang cuma nunggu aja lelahnyaaa 😂
Gimana mereka yang kerja euy.
Banyak banyak bersyukur dengan profesi sekarang, tangan lebih banyak dicium anak anak daripada nyentuh barang lain.

Yah seenggaknya dengan menunggu disini berhasil nambah satu postingan. Alhamdulillah.

Gapapa, sekarang banyak belajar yaa~