Sabtu, 29 Juni 2019

Mereka Datang Lalu Kamu Belajar

Dari satu dua hal kehidupan, ada barangkali yang ketiga yang kamu putuskan untuk petik hikmahnya. Diambil untuk dijadikan pembelajaran.
Kata orang orang, kamu mengajar. Padahal sejatinya kamu yang sedang belajar.
Kata orang orang kamu berbagi ilmu, padahal kenyataannya kamu yang sedang mengumpulkan sebanyak banyaknya pembelajaran.
Satu orang datang, kemudian kamu ambil pembelajaran dari kedatangannya. Untuk apa dia datang sampai kenapa akhirnya tak bisa lagi membersamai.
Dari kedatangan satu orang saja, hatimu mendapatkan banyak rasa. Senang sedih terharu bangga bahagia. Semuanya silih berganti sampai tak ada lagi waktu membersamai.
Selanjutnya bagaimana kalau yang datang dalam jumlah banyak?
Tentu saja hidupmu menjadi lebih berwarna.
Sekali waktu kamu akan menengok, mengingat kembali bagaimana mereka yang banyak itu bisa tiba tiba saja datang dan menjadi bagian dari sesuatu yang harus kamu perjuangkan masa depannya.
Perasaan bertanggung jawab, karena mereka sudah datang maka apa yang akan mereka lakukan kemudian adalah salah satu kewajiban yang harus kamu perhatikan.
Sesekali kamu merasa khawatir tentang benar kah cara yang kamu pilih untuk "menangani" mereka. Dilain waktu kamu sedih karena harus kembali mengeluarkan emosi berlebih.
Kamu berniat hari ini agar lebih banyak tertawa dan tersenyum, tapi ternyata semua tidak pernah mudah. Kamu ingin yang sempurna namun mereka tak mampu mengikuti ritmemu.
Kamu sedih.
Lalu kamu belajar untuk memperlambat langkah.
Sampai pada satu titik, lalu kamu memutuskan sudah cukup.
Tak ada yang pergi, kamu hanya ingin lebih banyak belajar di banyak tempat. Tapi kamu bersedih, namun keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan banyak tak juga sirna.
Kamu melangkah lebih jauh, sesekali menengok apa yang telah ditinggalkan, tak ingin sedih berlebihan tapi kamu sejujurnya merasa sangat kehilangan.
Tapi tentu saja kamu akan menjadi yang paling tegar disini, karena meyakini apa yang akan kami temukan di depan sebagai sesuatu yang baik. Dan you couldn't ask for anything better.
Kamu banyak bersyukur belakangan ini dan orang orang yang sempat hadir, terutama mereka yang memberikan banyak pelajaran, ingin rasanya kamu datangi satu satu sambil menyampaikan "terima kasih ya sudah datang dan menghadirkan pembelajaran yang banyak."
To all my lovely students, thanks a lot but life must go on. We have to decide what we want to do and how we can make it possible.
I've learned a lot from all of you and tonight I feel like losing you guys is one of the hardest part. I feel sad but also excited for what will come next.
I wonder if I have done my best while teaching you and did I inspire you enough to always do the best in your life and make you brave enough to dream and fight for it.
I accidentally feel like the evil one.
And making you jealous of my life now isn't what I want you to feel. But i can't keep this excited feeling alone and all of the positivity 
It's hard for me to not updating my status and try to make everyone inspired dududu. This is wrong I know, but I enjoyed it much. I believe that every single thing i share will give positive impact on the people who read it. Even not all of them at least one.
Btw,
I love you 3000000!

Kamis, 27 Juni 2019

Kita gapernah tau usaha yang mana akhirnya akan Allah kasih keberhasilan. Kadang kita udah usaha ini itu, ikhtiar ini itu, namun gak mudah tetep untuk menemui hasilnya.

Kita ikhtiar sesuatu, gak pernah minta sesuatu itu secara jelas harus A misalnya. Atau kita minta sesuatu dan mau hasilnya adalah A.

Berdoa sesuatu jangan yang spesifik udah, ikhtiarnya juga. Berdoa sesuatu untuk yang spesifik juga udah, ikhtiarnya apalagi.

Tapi Allah selalu aja punya rencana lain~

Tahapan tersulitnya memang selalu tentang penerimaan. Ikhtiar yang beragam tak melulu menjadikan yang kita inginkan adalah sesuatu yang terjadi.

Pun juga dengan ikhtiar yang beragam, tak menjadikan sesuatu yang kita inginkan pasti diberikan.

Lagi lagi, Allah mengetahui sesuatu sedangkan kita tidak.

Ikhtiar kita yang banyak tak Allah berikan sesuai dengan yang kita lakukan, bisa saja lebih. Karena Allah lebih tau batas kebutuhan kita.

Rasa rasanya menulis tentang ini, mau seratus kali pun tidak akan pernah selesai pembahasannya. Tapi bagian terbaiknya adalah ketika tulisan seperti ini muncul maka sesungguhnya kita sedang ikhtiar untuk selalu berkhusnudzon atas ketetapanNya.

Jadi, bagi yang sudah ikhtiar, sudah usaha, sudah melakukan yang terbaik, sabar sabar dulu kalo belom Allah kasih yang kita inginkan. Karena Allah tahu yang kita butuh.

Allah tau, kita butuhnya sekarang apa, dimana dan bagaimana caranya. Kita gatau apa apa heee.

Sabar sabar ya, saya juga lagi bersabar atas suatu ketetapan yang Allah berikan. Bersabar atas kehidupan yang akan datang.

#AyoKeTengah

🌾

Minggu, 23 Juni 2019

Hindi Medium

Yak, setelah sekian lama tak cerita soal film, bukan berarti ku tak menonton film. Hanya saja semangat untuk sharing nya itu yang kudu dikuatkan. Ini aja baru mau nulis udah ngantuk, dududu. Dasar aku.

Film ini bagus banget si, tentang pendidikan, hasil rekomendasi temen kuliah. Dan sejauh ini, setelah nonton beberapa film rekomendasi dia, semuanya gak ada yang mengecewakan atau diriku aja yang mudah apresiasi? Hehe

Kita biarkan tulisan ini mengalir ya, entah muaranya kemana.

Ketika awal nonton film sebenernya so so aja, malah kaya ini film arahnya mau kemana si. Karena emang sebelum nonton gak serius nyimak triler dan gak baca sinopsis. Jadi pas nonton yang sambil ngerjain kegiatan lain pun awalnya sempet jenuh. Gak lama si.

Setelah itu mulai muncul banyak konflik yang diracik dengan sangat apik.

Setiap orang tua mau pendidikan yang baikbuat anaknya gak? Kalo saya si iya~

Begitu juga dengan kedua orang tua yang jadi peran utama di film ini. Berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik buat anaknya, apalagi ibunya. Usahanya cenderung maksa, udah gitu macem menghalalkan segala cara.

Background film ini di India dan ternyata pendidikan di sekolah negeri Indonesia di Jakarta khususnya jauh lebih baik dibandingkan di India sekalipun itu di Delhi (itu menurut filmnya ya) nah darisitu seolah olah sekolah di sekolah negri tu kayanya low level banget. Hanya orang orang yang buangan dari sekolah swasta yang sekolah disitu. Beneran buangan loh 😅

Terus, orangtua si Pia, anak yang mau masuk SD ini, melakukan segala cara sampe sampe dia nyamar jadi orang kurang mampu biar bisa diterima disitu sebagai keluarga miskin.

Ih gilak.

Seserius itu, mereka akhirnya nyewa rumah di pemukiman yang gitu la, tapi ternyata hidup miskin mengajarkan mereka banyak hal. Ketemu orang miskin yang hatinya semulia malaikat. Ma syaa Allah.

Dan, orang miskin ini mengajarkan banyak hal. Diakhir akhir, ketika semuanya terbongkar dan akhirnya si bapaknya Pia sadar yang dilakukan salah, orang miskin yang banyak ngajarin dia ketika pura pura jadi miskin itu bilang gini,

"kenapa orang miskin gak pernah ngambil hak orang lain, mungkin karena orang miskin gatau gimana caranya untuk berbuat hal itu."

Huhuhu, syedih aku tu.

Banyak sekali peran yang dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Ya memang ujung tombak sebenernya adalah pemerintah, rakyat kan udah kerja dan bayar pajak, masa iya harus berkorban lebih banyak lagi. Ya iya harus si, tapi sepemahaman saya, orang tua paling 'hanya' mendidik anaknya di rumah. Untuk fasilitas keperluan sarana dan prasarana ya harus diselesaikan oleh pemerintah.

Dan ya emang gada solusi si kalo misalnya berharap sama pemerintah, apalagi pendidikan Indonesia ini emang belom merata. Jadi banyak kalo diliat ke daerah pedalaman dll itu sekolah swasta dari orang orang baik yang emang pengen bantu pemerintah dalam memperbaiki pendidikan.

Tapi jadi banyak permasalahan ketika kita bicara pendidikan ideal yang bersumber dari aturan aturan pemerintah mulai dari permen permen, uu, sk dirjen, dst.

Jadi gada solusi:(
Pusying aku tu bahas pendidikan.
Tapi lebih pusing bahas politik.
Tapi ya gimana, kalo gak dibahas nanti gatau apa apa terus ngajar mau ngomong apa:(

Kenapa semua ini berkaitan ya gaes?
Dududu.

Dah, intinya, lakukan yang terbaik.
As long as you do best, even if you can't change the world, at least you change yourself ❤️❤️❤️

Sabtu, 22 Juni 2019

Malam ini saya akan bercerita, panjang. Sampai kamu tak tau lagi di sebelah mana akan kau temukan titik terakhir.

Hidup manusia ibarat langkah kaki. Entah langkah berikutnya akan mengantarkan pada kisah yang mana. Sesekali, kaki akan sulit menentukan langkah berikutnya, maka kaki akan diam di tempat sembari memerintahkan otak untuk berfikir. Kemana ya harus melangkah.

Ketika memutuskan untuk melangkah lagi, keraguan sesekali datang, oleh karenanya perlu lagi lagi tekat dikuatkan. Sesekali langkah kaki melambat, melemah, tapi sebisa mungkin jangan sampai berhenti jika belum waktunya berakhir.

Terus melangkah, sampai nanti Allah yang bilang selesai.

Begitu kira kira.

Membuat keputusan untuk melangkah kemana, bukan keahlian saya. Karena bagi saya, setiap keputusan memiliki konsekuensi besar. Memutuskan, diputuskan, dan membuat keputusan hanya jika benar benar saya yakin akan sesuatu hal.

Namun jika ragu, maka akan saya tunggu sampai Allah yang putuskan. Tukang cari aman, memang.

Tapi, kali ini, pada kisah yang ini, tak disangka sangka, Allah kuatkan saya untuk membuat keputusan.

Setelah menunda berbulan bulan, dari diskusi panjang bersama ibunda hadirlah beberapa rencana. Jika A maka B, jika B maka C, jika A maka bisa A B C dan seterusnya.

"nanti ya bu, nunggu keputusan Allah yang Z dulu. Setelah ada, baru nanti direncanakan lagi."

Begitu kira kira. Setelah berbulan, kemudian Allah hadirkan keputusanNya dan selalu yang terbaik. Sejatinya kita tidak perlu meminta sesuatu muluk muluk pun juga membenci sesuatu berlebihan. Hanya Allah yang tau mana yang baik buat kita dan mana yang tidak.

Hanya saja sebagai manusia, kita punya sesuatu yang dinamakan kecenderungan. Apakah kecenderungan terhadap A, B atau C. Tapi hasil akhirnya, Allah selalu berikan yang terbaik yang bisa mendekatkan diri kepadaNya.

Setelah hasil Z tadi keluar, maka mulailah rencana A B C dilaksanakan.

Salah satunya adalah mencari tempat yang mampu menumbuhkan rasa cinta kepadaNya menjadi lebih banyak lagi. Setelah pencarian yang cukup lama, sebenarnya tidak mencari, hanya menanti pesan yang mana yang kira kira Allah kirim untuk saya melalui tangan tangan baik manusia.

Setelah menemukannya, satu, yang dirasa cukup baik, dengan bismillah, diambillah keputusan itu. Diikhtiarkan. Kemudian diikhlaskan jika akhirnya tak harus bersama, ea.

Jarak waktunya cukup dekat, dari ikhtiar pertama sampai pengumuman diterima hanya berkisar beberapa minggu. Ma syaa Allah. Tidak ada rasa keinginan berlebih untuk ada disana, tapi rupanya Allah tau kalau hambaNya ini butuh banyak tempat baik agar terus menjadi baik.

Akhirnya, dimulailah segala sesuatu itu. Setelah lama berjalan lurus ke depan, melewati setiap yang ada, akhirnya dibuatlah keputusan untuk berbelok. Ragu memang, sedikit, khawatir apakah akan baik atau justru menghadirkan konflik batin.

Tapi dengan Allah in syaa Allah semua baik.

Namun, setiap awal memiliki akhir. Setiap akhir akan menemukan sesuatu untuk kembali diawali.

Dan disitu lah saya berada sekarang. Di sebuah akhir pada suatu kisah, untuk memulai sesuatu yang baru.

Sesungguhnya, segala yang dilakukan adalah serangkaian proses pembelajaran. Pun ketika mengajar, sesungguhnya kita sedang berproses untuk belajar. Semua guru semua murid. Dari guru, murid belajar tentang keilmuan pun kehidupan. Dari murid, guru belajar pendidikan, kesabaran, dan perjuangan serta banyak hal lainnya.

Anak anak sholeh dan sholihah yang selama satu tahun pelajaran ini sudah mewarnai hari harinya bu husna, seketika harus dicukupkan intensitas bertemunya. Tak lagi setiap hari, ataupun seminggu sekali, namun sesuai ketentuan Allah kapan waktu terbaik untuk bertemu.

Sulit memang ketika dirasakan apalagi ketika harus membuat keputusan. Tapi ternyata Allah Maha Baik.

"Ya Allah, saya punya rencana A B C, berikanlah kepada hambaMu ini sesuatu yang mendekatkan kepadaMu."

Bagian terbaiknya adalah Allah akan jawab mana yang baik atau bahkan memunculkan opsi yang baik berikutnya.

Semuanya baik, hanya jika kita meyakini bahwa segala sesuatu keputusan Allah baik. Jangan bersedih, karena dunia sementara sedangkan bertemu Allah adalah kebahagiaan selamanya ~

Kamis, 20 Juni 2019

Cenderung Kepada yang Baik



Manusia, fitrahnya memiliki hati yang bersih. Bagaimana cara membuktikannya?

Hari ini, banyak sekali kita temukan orang tua yang bersegera dalam mengajarkan Al  Qur'an kepada anaknya. Mengajarkan kecintaan pada Sang Maha, RasulNya dan orang orang sholeh.

Menanami mimpi mimpi besar.
Sejak kecil sudah di doktrin untuk mencintai segala sesuatu yang baik dan mau memperjuangkan sesuatu yang baik.

Alhamdulillah.

Sikap menyegerakan ini, tidak lain dan tidak bukan dikarenakan orang orang yang sadar betul, bahwa fitrah manusia adalah memiliki hati yang bersih. Jika tidak dijaga kebersihannya sejak dini, maka banyak hal yang akan sulit dilakukan kemudian. Terutama amalan amalan kebaikan.

Anak anak, belum diajarkan Al Qur'an pun, hatinya akan cenderung pada Al Qur'an. Tak tau apa itu sholat pun, akan cenderung untuk mengetahui tentang sholat.

Hal ini terlihat jelas dari keponakan berusia menuju 15 bulan. Siapapun di rumah yang mau sholat, pasti akan "ditemani"nya. Pun juga ketika sedang memegang Al Qur'an di tangan.

Dirinya seolah cemburu dan ingin merebutnya. Akibatnya, ia bolak balik Al Qur'an sendiri sambil menggumam seolah-olah sedang mengaji.

Barakallaah keponakan sholihah.

Hati manusia, cenderung pada segala sesuatu yang baik. Dan ingin selalu meninggalkan yang tidak baik.

Namun, kenapa orang orang masih ada yang berbuat tidak baik dan menyakiti orang lain?

Jawabannya : karena fitrah kebaikan itu tidak dijaga sejak dini. Jadi hatinya kedatangan titik titik hitam, pelan pelan segumpal daging di dadanya berwarna hitam. Yang awalnya baik, akhirnya tertutup keburukan.

Akhirnya?

Beruntunglah orang orang yang Allah berikan hidayah dan menerima hidayah dengan sungguh sungguh.

Bersyukurlah karena "pernah bandel" namun Allah kembalikan kepada fitrah.

Lagi lagi, hati manusia selalu cenderung kepada kebaikan. Oleh karenanya, jika kamu merasa belum baik, maka berjuanglah terus menjadi baik.

Semoga sampai hembusan nafas terakhir, segala kebaikan selalu membersamaimu.

Kamis, 13 Juni 2019

Fenomena Stiker WhatsApp

Ada yang suka mainan stiker wa? Yang suka kasih respon dengan stiker wa?

Alhamdulillahnya, saya gak suka main stiker gitu. Lucu si, kalo pas lucu. Dan gak lucu, kalo stikernya yang muncul adalah wajah manusia. Walaupun mungkin ekspresinya lucu, tetep aja jadinya gak lucu.

Saya pernah jadi "korban" muka yang jadi stiker wa. Rasanya? Kok ya gak sopan. Muka orang dijadiin stiker dan disimpen seenaknya, kemudian dimunculkan sesuka hati.

Bermula dari perasaan yang tidak menyenangkan hati itu, akhirnya saya memutuskan untuk tidak memakai stiker wa yang manusia itu.

Mungkin orang orang mikirnya, selera bercandanya rendah, gabisa diajak bercanda atau terlalu serius banget jadi orang.

Tapi.....coba liat,

Ini wajah punya Allah, sebaik-baik yang Allah kasih. Kalo "gak sengaja" memunculkan ekspresi lucu, apakah kemudian bisa jadi alasan untuk dijadikan bahan bercanda?

PR besar kemudian adalah upload foto. Duh saya masih belom lulus ujian ini. Masih suka upload foto dan foto foto. Apalagi foto rame rame. Sering ngerasa aman karena, "kan fotonya rame rame."

Padahal, muka saya yang dijadiin stiker itu adalah foto yang rame rame itu. Tapi ternyata masih juga ada tangan tangan kreatif yang ngejadiin muka saya stiker, dan itu muka saya doang.

Duh, kzl rasanya.

Tapi akhirnya jadi pembelajaran buat diri sendiri, jadi bahan evaluasi, pun juga pengingat diri ya.

Sekarang emang masih susah buat gak upload foto, tapi dikit dikit belajar. Pun juga berusaha biar pas foto, meskipun rame rame, mukanya ditutup jadi gabisa dijadiin stiker. Nah, sekarang juga udah lama gak foto bareng abang abang, mas mas, brother brother, biar gak diisengin dan disalah gunain.

Pada akhirnya, mau laki-laki, perempuan, mau grup yang isinya cuma perempuan doang atau laki-laki aja, sama si. Gak boleh "mempermainkan" wajah manusia untuk dijadikan bahan bercanda atau ekspresi yang dianggap lucu atau aneh.

Biarin aja kalo kangen ekspresinya, ajak ketemu, silaturahim, ngobrol langsung, bercanda langsung. Kan gitu lebih enak, bisa ngobatin rindu. Eh ✌️🙄

Sekian mohon maaf lahir dan batin kalo kurang berkenan ya. Sama sama jadi pengingat diri, mudah mudahan kita makin baik ke depannya.

Selasa, 11 Juni 2019

Jika diibaratkan anak panah, kamu pernah menarik mundur dirimu. Jauh, ke belakang. Tertinggal. Tapi percayalah, ketika akhirnya dilepaskan, maka kamu akan melesat jauh ke depan. Menuju target, dititik terbaik.

Sudah cukup berleyeh leyeh istirahat di tempat, sekarang waktunya kembali memperjuangkan yang perlu diperjuangkan.

Surga tidak didapatkan hanya dengan bersibuk di atas kasur. Kehadiranmu sungguh dinantikan, kalau pun bukan lagi ranahmu setidaknya mereka butuh bantuanmu yang pernah ada disana.

Pertemuan denganNya harus diperjuangkan dengan cara sebaik-baiknya. Karena Dia tidak akan bertemu langsung kecuali dengan orang orang pilihan.

Dan aku, siap untuk Kau pilih.

Senin, 10 Juni 2019

Anak Laut

Bagiku, bapak selalu hebat.
Tak pernah mengeluh walaupun sering marah marah.
Suaranya keras, maklum, tipikal suara orang yang tinggal di dekat laut. Hobi teriak teriak mengalahkan debur ombak.

Aku kadang kesal dengan warna kulitnya yang hitam, karena bapak hitam akhirnya aku pun juga jadi hitam. Sulit sekali menjadi putih bersih bersinar. Aku selalu tetap terlihat seperti anak laut.

Bapak ku hebat, walau sering membuatku banyak berdebat. Salah sendiri bapak menyuruhku sekolah tinggi tinggi. Mana bisa jadinya aku dibodoh bodohi.

Kata bapak, jadilah anak penurut, rajin membantu, selalu mendengarkan kata orang tua. Tapi ternyata sekolah membuat ku jadi kritis, banyak bertanya dan mempertanyakan. Bapak kesal, tapi salah bapak sendiri kenapa aku di sekolahkan tinggi tinggi.

Bapak bilang, coba tengok anak sebelah, mereka penurut, diperintahkan ini itu mau tanpa banyak tanya. Mereka diberi ilmu kemudian diingat lalu dipraktikkan. Kata bapak, mereka tidak seperti aku.

Biar saja, toh aku menjadi seperti ini lebih lebih dikarenakan bapak yang selalu menuntut ku untuk memiliki ilmu banyak.

Buat apa menerima ilmu tanpa tau fungsi, tanpa tau tujuan, tanpa tau efek samping. Coba saja bapak tanya kepada anak anak tetangga, siapa dari mereka yang tau kenapa harus berlayar di waktu malam.

Wahai bapak, aku ini cerdas.
Salah bapak menyekolahkan ku tinggi tinggi.

Bapak pernah sekali berubah pikiran, meminta ku untuk berhenti saja sekolah. Kata bapak, aku terlalu tidak bisa diatur. Kemudian bapak bilang, bukan itu tujuan dari pendidikan yang bapak inginkan.

Ku sampaikan dengan argumen yang akhirnya berujung debat panjang. Kataku, "pak, di sekolah itu kami hanya belajar baca tulis hitung. Perkalian, tambah tambahan kemudian mengenal alam dan belajar sejarah."

"sebelah mana lagi yang bisa aku terapkan untuk kehidupan sehari hari? Masa iya aku hanya mengenal nama nama pohon dengan istilah biologinya. Buat apa? Atau aku hanya menghafal nama nama pahlawan dan peperangan. Apa fungsinya?"

"bapak tentu tidak menyekolahkan ku untuk tujuan itu kan?" aku meledek bapak kali ini, bapak harusnya berpikir matang matang sebelum menyuruh ku sekolah tinggi tinggi.

Bapak tersenyum, aku tau bapak tidak suka debat dengan ku, tapi aku tau bapak bangga karena aku bisa berpikir.

Ku dengar dari penjaga warung sekitar, katanya bapak sangat bangga aku bisa menghitung uang kembalian disaat anak anak lain harus belanja dengan uang pas. Bapak bangga aku banyak bertanya ketika orang orang menyuruhku melakukan sesuatu yang bukan pekerjaan ku.

Kata bapak, orang cerdas tidak kerja dengan otot, tapi otak. Kata bapak, tempat ku bukan di laut, tapi di gedung tinggi ibukota.

Tapi hari ini aku memutuskan bahwa kerjaku di gedung tinggi ibu kota akan selalu ku gunakan agar bisa memanfaatkan dan melestarikan kehidupan laut dengan baik.

Kata orang orang, bapak bangga dengan ku. Dari sekian banyak anak seusia ku di kampung, hanya aku yang bersekolah tinggi. Bapak lebih bangga lagi karena aku akhirnya anak anak di kampung banyak yang ingin bersekolah tinggi.

Tau benar aku, bapak selalu hebat dan aku selalu bangga dengan bapak. Dan aku sangat menyukai keputusan bapak menyekolahkan ku tinggi tinggi.

Sabtu, 08 Juni 2019

Allah tau doamu begitu banyak dan Allah tau betapa takutnya kamu jika doa doamu tidak diperkenankanNya. Oleh karena itu malam ini Dia turunkan lagi tetesan hujan.

Ku ucapkan selamat berdoa, semoga kamu mendapatkan yang terbaik. Dan segala sesuatu yang kamu dapatkan itu, semoga selalu yang terbaik menurutNya.

Berbicara mengenai versi terbaik menurutNya, baru saja teman ku menyampaikan bahwa dia ingin mendengar segera kabar baik dariku. Kemudian ku jawab dengan, "berarti kalo gak baik gausah dikabarin?"

Kemudian dia menjawab dengan sederhana,

"emang baik itu selalu sesuai dengan apa yg kita mau?"

Ke-soktahu-an manusia ini membuat apa apa yang sebenarnya baik menjadi terasa menyedihkan karena tidak sesuai keinginan hatinya. Padahal sudah sering diulang bahwa bisa jadi kita menginginkan sesuatu padahal itu tidak baik untuk kita dan bisa jadi juga kita tidak menginginkan sesuatu padahal itu baik untuk kita..

Allah itu mudah, seringkali kita yang membuat jadi rumit.
Skenario Allah itu indah, hanya saja kita yang lebih suka membuat kisah versi sendiri.

Sampai sini,
Apa ada perubahan dihatimu?

Kalau belum, bersabar.
Aku juga sedang bersabar dan akan terus bersabar.

Aku sedang berusaha berhenti menulis skenario versi ku sendiri agar apa yang Allah berikan, selalu membuatku merasa baik. Namun bukan berarti aku berhenti meminta,

Hanya saja doaku perlu ditambahkan kata kata pamungkasnya yaitu

"Ya Allah, hanya jika itu baik bagiku menurutMu."

Standar ku tak lagi pada diri sendiri, tapi padaNya. Pada Allah yang Maha Mengetahui dan yang Maha Mengatur segalanya.

Jika urusan perputaran bumi sampai gerak galaksi bima sakti saja tak pernah berantakan, apalagi urusan remeh temeh tentang keinginan manusia lemah sepertiku.

Ya kan?

Maka, semoga bersabar dan selalu berdoa. Ku doakan apa yang kamu semogakan adalah apa yang terbaik juga menurut Allah.

Jumat, 07 Juni 2019

Serial Wonderful Family

Buku ini bagus, dan sangat teknis.
Pak Cah, yang nulis buku serial wonderful family ternyata bikin seri lainnya. Dan, menurut gue ini worth it banget buat dibaca. 

Ada beberapa seri sebenernya 
Wonderful journey to a marriage 
Wonderful mariage
Wonderful couple 
Wonderful family 
Wonderful wife
Wonderful husband

I bought that book at IBF, dan dapet diskon. Lupa harganya berapa tapi gapernah nyesel si bacanya. Cuma yang wonderful husband sama yang wonderful family udah diserahkan ke yang lebih membutuhkan. Ea wkwk

Buku wonderful family ini gue kasih ke temen yang pernah seliqoan tapi gue gabisa dateng karena satu dan lain hal. Terus yaudah gue janjian dan iseng aja sebenernya ngasih buku itu.

Beberapa waktu kemudian... Jeng jeng. 

Temen gue itu update ig story yang isinya surat cinta dari suaminya. Lucu si, gue reply lah sambil bilang dasar penganten baru heuheh

Gataunya temen gue itu bilang, "na itu gegara kita baca buku yang hadiah dari kamu. Kita baca bareng terus dia jadi so sweet gitu." 

Ya Allah, seneng banget jadinya ngasih buku itu ke orang yang pas butuhnya :3

Emang ternyata buku buku kaya gitu lebih pas kalo dibaca bareng partner si, biar apa ya, mungkin biar bisa praktek bareng. 

Nah, gue sekarang lagi memasuki buku wonderful marriage. Buku ini lanjutan dari wonderful journey to a marriage. 

Kita bahas satu satu buku yang udah gue buka ya. 

Wonderful journey to a marriage itu harus banget dibaca bagi yang mau nikah. Karena buku ini ngebahas persiapan kita sebelum nikah. Tentang persiapan fikriyah, jasadiyah, materi, dll. Bahkan sampe pada tahap istikhoroh kalo calonnya udah ada. 

Dibahas juga tu tahapan nazhor, silaturahim bahkan ke penantian menuju khitbah. 

Jangan sampe salah pilih, jangan sampe asal asalan. Gitu. Dan jangan sampe kita jadi orang yang gak mempersiapkan ibadah seumur hidup itu. 

Nah selanjutnya setelah buku wonderful journey to a marriage. 

di buku wonderful marriage ini bahas detail banget mulai dari khitbah, caranya, contohnya, khitbah masa Rasulullah dll. 

Ini penting banget si karena ternyata dibuku ini ditulis kalo udah ada laki-laki yang "meminta" perempuan ke walinya dan si perempuan ini mengiyakan (bisa dengan diam) berarti itu udah masuk ke khitbah. Jadi khitbah itu gak harus tanggal lamaran yang kedua keluarga besar ketemu itu. I just knew it. 

Sebelum khitbah juga dijelasin kalo khitbah itu berarti urusan kita sama keluarga itu udah selesai. Gada konflik yang akan muncul dikemudian hari. 

Lagi lagi, pak cah ngasih contoh dari permasalahan yang muncul setelah khitbah tapi ada masalah keluarga. 

Gue belom selesai baca ini, tapi liat di daftar isi, ini bener-bener teknis banget. 

Sampe persyaratan administrasi buat pernikahan juga ada disini. Hanya saja, buku ini gak update. Jadi mungkin beberapa hal gak dijelasin ya kaya tes kesehatan sebelum nikah dan sebagainya.

Selanjutnya dijelasin tentang kepanitiaan buat acara resepsi, bikin anggaran pernikahan dan lagi lagi contoh pernikahan yang gagal karena tidak baiknya persiapan menuju resepsi. Padahal resepsi itu kan gak wajib ya hehe.

Terus, sampe berikutnya kayanya perlu ditunda dulu bacanya sampe "tiba waktunya."

Karena ini bener-bener teknis banget. Dan kayanya malu gitu kalo ditulis wkwk. 

Pun juga dengan buku wonderful wife. Karena semangaaaat banget akhirnya gue baca duluan dan baru beberapa halaman gue memutuskan buat stop dulu. Karena apa yaaa, mungkin karena terlalu teknis dan gue rasa otak gue akan cepet lupa kalo dibacanya dari sekarang. Mungkin nanti kalo udah bener-bener tiba waktunya baru seriusin baca itu sebagai bahan persiapan ya. 

Terus na, gak persiapan dong?
Et, bukan gitu. 

Pernikahan itu luas banget ternyata. Dan harus dipersiapkan banget banget juga. Banyak dengerin kajian tentang persiapan, kesabaran, keikhlasan sampe ke parenting. 

Sebenernya parenting ini si yang gak kalah penting, karena goal nya apa nanti pun bisa dibahas bareng partner, tapi teknis parenting ini yang perlu dipersiapkan. Walaupun anak yang satu dan satunya lagi berbeda, tapi dengan berbagai referensi tips mendidik anak, kita bisa jadi kaya khazanah pengetahuan. Jadi ketika tau anak kita ini tipe kecerdasan yang mana, kita bisa eksplor dibagian itu. 

Wah seru sih. 
Bahkan parenting ini bisa kita praktekin ke anak orang dulu 😂

Terus buku buku pak cah yang lain, selain yang gue ceritain di atas, belom kesentuh buat dibaca. Apalagi yang wonderful husband sama wonderful family hehe. 

Selain dua buku itu, kalo ada yang mau minjem sangat diizinkan banget yak. Apalagi buat yang mau persiapan. Pokoknya banyak banyak belajar buat masa depan yes. 

Bagian tersulitnya adalah ikhlas, namun ia juga merupakan bagian terbaik.

Beruntunglah hati hati yang ikhlas dalam menerima segala ketetapanNya.

Bahkan ikhlas dalam bersabar. Dan bahkan kesabaran itu adalah bentuk ketetapan bahwa nanti kamu akan diberikan sesuatu yang baik.

Selasa, 04 Juni 2019

Yang paling pertama perlu untuk dimaafkan adalah dirimu sendiri. Paham?

Coba ingat, sudah berapa kali kegagalan yang berujung kecewa pada diri sendiri. Berapa kali kegagalan yang membuat takut untuk memulai lagi.

Sebelum langkah mu terlalu jauh memohon maaf pada orang lain, mulailah dari yang sederhana dan sulit. Memaafkan dirimu sendiri.

Tak semudah itu memang, ada yang kecewanya sungguh tak mampu terbendung sampai ingin bunuh diri. Ada yang sampai hidupnya kacau berantakan. Tapi ada pula yang stagnan, tanpa perbaikan. Disitu situ saja, jalan di tempat.

Cobalah untuk memaafkan diri karena ketidaksempurnaanmu itu bukan salahmu. Barangkali kamu hanya belum menemukan potensi terbaikmu. Ya kan?

Tak usah memaksa mendapatkan nilai A dimata kuliah kalkulus ketika sebenarnya yang kamu sukai adalah sastra.

Bahasannya akan panjang jika kita membahasnya terlalu luas. Tapi mulailah sesuatu dari diri sendiri. Maafkan diri sendiri yang mungkin kurang berjuang, yang pada masa masa sebelumnya telah lalai, yang sengaja dan tidak sengaja melakukan dosa. Cobalah memaafkan diri sendiri. Lalu memohon ampunan kepada Sang Pencipta.

Dia lebih berhak atas permohonan maaf kita dibandingkan semua kontak yang ada di whatsapp atau semua orang yang ada di bumi. Memohon ampunan dan mendapatkan ampunan dariNya lebih penting daripada apapun selainNya.

Lalu, perbaiki urusan mu dengan makhlukNya. Jangan lagi menyakiti dan jangan sampai tersakiti. Memaafkan mereka mulai dari dalam hati sendiri sampai tak ada lagi yang tertinggal di dalam hati. Lalu meminta maaf pada orang orang yang menurutmu harus kamu dapatkan maafnya. Terlebih lagi mereka yang barangkali memiliki masalah dengan mu.

Selanjutnya, teruslah memohon ampunan padaNya. Semoga mendapatkan ampunan dan balasan surga dariNya.

Senin, 03 Juni 2019

Menyejukkan sekali, betapa hati yang lemah tentu saja membutuhkan berbagai penguatan. Tentang kita yang merasa bergelimang dosa, memiliki banyak kesalahan, bahkan kekhawatiran tentang usaha menjadi baik yang ternyata masih belum cukup menghapuskan dosa dosa. 

Kita merasa buruk, tak pantas mendapatkan yang baik. Kita terlambat berproses, tertinggal jauh dari mereka yang telah baik dari awal. Kita tertinggal, terlalu mustahil untuk mengejar. Kita pesimis, lalu bersedih. 

Bagian terbaiknya, bukankah Sang Pencipta menyukai orang orang yang bertaubat? 

Berbekal hal tersebut, kita berjuang untuk selalu memperbaharui taubat. Memperbanyak istighfar. Berusaha sebisa mungkin meninggalkan dosa dosa. 

Tersadarlah kita bahwa mengejar mereka yang sudah baik dari awal terasa sulit, namun bukan berarti tak bisa. 

Tapi kemudian kita memilih untuk bersaing dengan cara yang lain. Daripada berlomba lomba memperbanyak pahala, amalan, dan kebaikan lainnya, kita memilih untuk berlomba dalam perbanyak istighfar. 

Sadarlah kita dengan sangat bahwa seseorang yang secara jelas memiliki dosa tak mungkin selevel apalagi menang dibandingkan mereka yang sudah baik dari awal. 

Perasaan rendah diri dan rendah hati ini semoga berujung tawadhu agar Allah ridho atas apa yang kita lakukan, terutama istighfar kita, semoga Allah menerimanya. 

Dalam hati, disela sela istighfar, kita menginginkan mereka yang baik. Namun dosa dosa yang teringat kembali menyadarkan tentang seberapa pantas kita bersama dia yang sudah baik. Terutama apakah dia yang sudah baik benar-benar siap menerima kita yang memiliki dosa? 

Tapi berbekal khusnudzon, percaya bahwa yang berjuang menjadi baik akan diberikan sesuatu yang baik, maka semangat kita hadir lagi. 

Jika tidak menemukan yang baik, mudah mudahan kita ditemukan oleh mereka yang sudah baik.

Jika ditemukan oleh mereka yang sudah baik tak berakhir dengan sesuatu yang kita inginkan, semoga setidaknya kehadiran orang yang sudah baik itu berbuah semangat, motivasi dan inspirasi agar kita tetap berjuang menjadi baik. 

Setidaknya sampai hari ini, kita bisa mengatakan terimakasih pada orang orang yang sudah baik dan "sempat mampir" dalam hidup kita. 

Karena kehadirannya mampu membuat keinginan untuk menjadi baik semakin tinggi. Bukankah perbekalan untuk pulang menujuNya sangat memerlukan semangat tinggi untuk menjadi baik?