Kamis, 30 Januari 2020

Bukan Akhir Bahagia

sebuah kisah yang dimulai dengan awal yang tidak baik, jarang sekali berujung pada kebaikan. atau, ketika dia berujung pada sesuatu yang terlihat baik, maka sebenarnya itu hanya tipuan belaka. kita melihatnya indah, padahal itu hanya sebuah fiksi belaka. dibaliknya ada air mata, ada duka yang tercipta, ada emosi yang membara.

kita hanya tidak pernah tau, dan orang orang menyembunyikannya dengan sangat baik.

kehidupan orang lain yang kita inginkan karena berbagai keindahan yang kita miliki, adalah sesuatu yang kita inginkan. sampai kita mengatakan bahwa kisah yang dimulai dengan tidak baik tersebut akhirnya berujung pada kebahagiaan.

kita tidak pernah tau bahwa dibaliknya mereka sering saling diam tak bicara. kita tidak pernah tau bahwa setiap apa yang mereka sampaikan pada dunia adalah sesuatu yang terus disaring dengan penyaringan berulang kali.

kita hanya tidak tau betapa itu semua mereka lakukan hanya untuk terlihat bahagia dan sebuah kisah yang dimulai dengan awal yang tidak baik, jarang sekali yang berujung pada kebaikan.

mereka mungkin bahagia, tapi apa itu benar kebaikan yang mereka inginkan?

bukankah kita tidak butuh akhir yang bahagia? kita hanya butuh akhir yang baik, kan? atas kehidupan kehidupan kita di dunia, kita hanya butuh akhir yang baik kan?

maka, sesuatu yang dimulai dengan awal yang tidak baik, jarang sekali berujung pada kebaikan. mereka mungkin bahagia, tapi tujuan akhir kita adalah kebaikan dunia dan akhirat.

Minggu, 05 Januari 2020

Mari Menjadi Cerdas!

Saya agak gereget ngeliat banjir jakarta banten bekasi belakangan ini. Saya berusaha penuh untuk tidak berkomentar, tapi ternyata gereget juga.

Gini gini,

Pada satu titik, ya memang Jakarta sudah sering mengalami banjir. Memang banjir di Jakarta awal tahun ini sangat mengejutkan. Tapi, apa benar jika sampai ada sekelompok orang yang menamakan diri mereka sebagai Tim Advokasi Banjir tapi tujuannya menuntut Anies sebagai gubernur Jakarta yang gagal memanaje jakarta.

Wah.

Gak abis pikir.

Gini,
Hasil BMG, dalam 154 tahun, ini curah hujan terbesar. Harusnya sampe sini, orang orang berfikir ya. Duh saya lupa perbandingannya kaya apa, tapi hujan yang cuma dari 31 desember sampe 1 January ini sama seperti hujan di Jakarta selama beberapa bulan.

Kemudian, ujan yang turun itu, gak cuma di Jakarta. Tapi juga bekasi, tangerang, Bogor, bahkan terakhir yang parah itu di lebak. Dan, mereka nuntut gubernur yang gabisa kerja?

Lagi,
Bertahun lalu, banjir di Jakarta juga makan korban. Kerugian juga gak kalah besar. Dan kenapa baru sekarang mereka kepikiran untuk nuntut gubernur?

Wah.

Gue juga merhatiin banget kok sedari pagi tanggal 1 semua langsung siap siap, evakuasi, kumpulin donasi. Maksud gue, anies itu terlihat turun ke rakyat loh, bantu bersih bersih, maksud gue, mana gubernur yang lain, mana presiden, bahkan postingan pertama presiden di ig itu isinya semangat baru dan yang semacemnya. Iya itu gak salah, tapi ini banjir gak cuma di Jakarta, dimana mana. Tolonglah, yang lebih urgent kan banjir. Tahun baru cuma ganti hari kok. Kesel.

Belum lagi artis artis, orang orang yang main asal menyalahkan. Ya gue bersyukur rumah gue gak kebanjiran, tapi ini yang kebanjiran gak cuma lu doang wey. Kalo misalnya orang Kampung Pulo mau nuntut, mau menghujat, dari dulu mereka udah menghujat gubernur, cuma mereka punya kesadaran emang Jakarta ini isinya rawa, tempat air, harusnya paham, kita yang udah ganggu keseimbangan alam. Salah sendiri lah, tempat air kok dijadiin tempat tinggal. Gangerti lagi.

Coba lah belajar sejarah Jakarta.
Jangan menghujat Jakarta, menghujat gubernur tapi gatau sejarah Jakarta.

Makanya gue mengajak orang orang menjadi cerdas, melihat sejarahnya, aspek geografisnya, dan segala macem keilmuannya.

Jangan apa apa dipolitikin. Maksud gue gini, kalo pun ini terjadi di masanya ahok, jokowi atau djarot sekalipun, gue gak akan pernah kepikiran buat nuntut gubernur. Apalagi gue sadar banget hujan di tanggal 31-1 kemaren itu luar biasa deres.

Cobalah berkaca, bumi ini emang udah tua tapi jumlah manusia makin banyak. Lahan resapan justru dipake buat tempat tinggal ya harus terima resikonya. Belom lagi uler kobra, perasaan gur gada deh berita walikota Depok dituntut gegara bisa bisanya di rumah orang ada uler kobra.

-_-

Gini, mari untuk tidak menyalahkan orang lain, mari belajar untuk menjadi solusi atas permasalahan. Mari menjadi cerdas dan lebih terbuka pada pemikiran yang berbeda. Mari terus mencari tau dari berbagai sumber sekalipun sulit untuk percaya.

Mari membaca, mari menjadi cerdas.

Sabtu, 04 Januari 2020


Orang yang Pernah Datang Kepadamu tapi Kamu tidak Memiliki Tempat untuk Menerimanya


©kurniawangunadi
Suatu hari, pernah beberapa kali terjadi di hidupmu. Ada orang-orang yang kamu rasa cukup baik, hadir di hidupmu. Ia berkata kepadamu, kata terbaik yang pernah diucapkan oleh siapapun yang berniat baik. Kamu tersipu, kamu merasa menemukan, ia pun demikian. Kamu merasa segala sesuatunya akan berjalan dengan baik.
Siapa sangka. Ia adalah ujian.
Hidup ini kadang membuat kita khawatir, mengapa seseorang dinilai begini dan begitu, mengapa sulit melihat kebaikan orang lain, juga mengapa seringkali – kita pun begitu – lebih mudah melihat sisi buruknya. Mencari-carinya untuk menjadi alasan penyangkalan itu. Juga, ada pikiran-pikiran yang dipaksakan untuk seragam, padahal manusia itu sendiri amatlah beragam.
Ia datang kepadamu sebagai dirinya. Kamu menerimanya, tapi tidak dengan mereka. Alasannya beragam dari mulai terlalu jauh, terlalu asing, berbeda asal, berbeda usul, berbeda ini-itu, yang dicari adalah perbedaannya. Alangkah sedihnya hatimu, mendapati kenyataan bahwa ia adalah ujian.
Dikatakan kepadanya, bahwa tidak ada tempat untuk menerimanya. Ia pun berlalu. Begitu seterusnya hingga berkali-kali terjadi dalam hidupmu, kejadian serupa. Berulang-ulang. Sampai kamu bertanya-tanya, apakah akan selamanya begitu?
Salah satu bagian sulit di hidup ini adalah melewatkan kebaikan-kebaikan. Saat kebaikan itu berlalu, tidak sempat menjadi milikmu, dan ia menjadi milik orang lain. Menjadi pahalanya, menjadi amalannya. Kebaikan itu berlalu berkali-kali.
Kini coba perhatikan. Berapa waktu berlalu. Masih tidak ada ruang di dirimu untuk semua itu. Coba perhatikan bagaimana orang-orang yang dulu berlalu, perhatikan bagaimana hidupnya kini. Itu adalah pelajaran berharga yang amat penting.
Sebab satu hal yang sering luput untuk kita insyafi adalah kita sulit menerima kenyataan, kita sulit menerima perbedaan, kita sulit untuk menerima kebaikan hanya karena orang yang melakukannya tidak kita sukai.
Pelajarilah hal-hal yang berlalu, karena mereka adalah ujian. Tentu saja, mereka dititipi oleh Tuhan pelajaran berharga yang bisa kita petik. Sayangnya, tidak semua dari kita bersedia menerima pengetahuan itu dengan terbuka.