Minggu, 31 Juli 2016

Catatan Penghujung Juli : Tentang Alis

Alis.

Malam ini, sebelum tidur saya ngobrol sedikit sama ibu. Saat obrolan hening sejenak dan mata belum mau ditutup, saya pandangi wajah ibu saya. Ada yang aneh selepas nikahan kakak kemaren.

"Ibu alisnya aneh banget. Sedikit gitu doang."

"Tau nih, sama tata rias nya dikerok kemaren, gak izin lagi. Hemm."

"Iya, dikira orang suka dandan semua kali ya bu, sempet urus alis sebelum kemana mana."

"Iya nanti kamu jangan mau alisnya dicukur ya."

"Iyalah, alisku udah bagus~
Tumbuh gak si bu nanti alisnya?"

"Ya tumbuh dong."

Selesai. Otak saya langsung jalan kemana mana. Pertanyaan tentang alis yang tumbuh gak si bu itu jujur, saya gatau, dan mendengar jawaban ibu adalah ya, saya makin makin bingung.

Kenapa alis gak numbuh saat dia telah sempurna, tapi tumbuh saat dia abis dikerok? Terus apa nanti saat dia udah kembali ke bentuk awal, gak akan ada tumbuh lagi? Hemmm.

Gimana kalo alis kaya rambut yang selalu tumbuh? Apa jadinya? Gimana bentuknya manusia nanti? Berat gak ya rasanya?

Saya aneh ya mikirin beginian, hehe.
Engga, cuma lagi mikirin. Betapa hebatnya Allah nyiptain manusia dengan sempurna. Sampe ke alis pun, biar manusia cukur, Allah tetep balikin ke bentuk semula yang paling sempurna. Ciptaan Allah yang paling baik, paling indah, manusia cuma sok tau aja kalo itu indah. Iya gak?

Terus coba bayangin. Gimana kalo alis tumbuh terus? Untung aja Allah mau ngasih yang pas alisnya, yang mana ukurannya. Coba kalo Allah gak peduliin kita, asal jadi nyiptainnya. Hemmm.

17.Al-Isrā : 70

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.

Banyak banyak bersyukur diciptain jadi manusia. Jangan bikin ulah. Terima, syukuri. Allah lebih tau, manusia yang sok tau.
Jangan sampe nanti diakhirat nyesel gara gara gak bersyukur jadi manusia. Hati hati sama ciptaanNya, pemberianNya, kalo gak disyukuri bisa bisa dituntut nanti diakhirat.

Istighfar banyak banyak.
Semoga Allah ridho sama kita dan mau cintai kita.

Aamiin.

#ntms
#ngomongdepankaca

Kamis, 28 Juli 2016

22! 22!

A lil' bit hard to believe that today is another birthday of mine. Kalo selama ini ulang tahun diitungnya di tahun masehi, sekarang saya mulai ngebiasain itung ditahun hijriah juga hehe. See~

Today is my 22!
No cake, no candle, no birthday's gift or anything else. Just me who feels grateful for what Allah has given to me. And for all Allah's scenario.

Seringnya saya gangerti sama maksud dan tujuanNya. Kaya semacem, buat apaaaa gitu ada ini itu segala macem. Rasa sakit, sedih, bahagia, seneng. Buat apa gitu ada? Serius loh. Kalo ada gelar manusia baper, mungkin saya berhak jadi nomina nya. Gimana engga, nonton ftv indosiar yang ibu tiri jahat aja bisa langsung minta ganti, khawatir nangis. Etapi kalo lagi gabaper biar disindir kaya apa juga gapeduli heee.

Jadi gitu.

Saya suka bertanya tanya tentang segala ketetapanNya. But, setelah diliat, diteliti, ditelaah, dan dikasi tau sama trainer, jawabannya adalah....


"Kalo semua orang kaya, gak ada lagi yang jualan. Tukang sapu, kaya. Gak ada yang jualan sapu. Tukang pulsa kaya, gak ada yang jualan pulsa. Dan hal hal lainnya. Terus kalo semua orang kaya dan berkecukupan, kalo tiba tiba butuh sesuatu, nanti yang menuhin kebutuhannya siapa?"

Oke ini mulai gajelas.

Back to topic.

Diusia 22 ini, saya berasa tua dengan dosa menggunung, menghambur seperti pasir. Hemmm. Jadi inget, ada temen yang share kalo sebelum tidur dia selalu sholat tobat. Kudu diikutin!
Segala yang baik harus ditiru, yang buruk, kurangin, kalo bisa ilangin.

Terus usaha jadi manusia sempurna. Kalo mau surga, pantaskan diri. Masa maunya masuk surga tapi hobinya lakuin amalan neraka.

Tanggung jawab sama doa.
Kalo udah minta ke Allah, buat diri sendiri pantes saat nerima pengabulan doa!

Rabu, 27 Juli 2016

just a random way to feel grateful

Inspirasi dari remot yang diketok ketok. Akibat dari gabisa tidur tanpa henti efek tidur pagi pagi.

#rumahlagirame
#banyaktamu
#mauadasesuatu

Jadi ceritanya, remot di rumah saya itu ampun ampunan kalo udah eror. Biar dipencet sekuat tenaga ya gak ngaruh. Ketok sana sini, baru jalan. Hal yang sama terjadi ke barang elektronik lainnya. Getok, baru fungsi. Gak di getok? Sabar aja.

"Ada ada aja yaaa elektronik."

Eh tiba tiba mikir.

"Ada ada aja yaa ciptaan manusia."

Gaberenti sampe situ, see, pernah liat ciptaan Allah yang diketok ketok dulu baru berfungsi? Kaya tangan yang tiba tiba gabisa bergerak, terus bisa gerak gara gara diketok? Saya si gapernah, hehe. Atau mungkin pohon yang gak berbuah terus di getok getok akhirnya berbuah, hehehe. Gak ada ya.

17.Al-Isrā : 70

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.

Cieee yang dimuliakan sama Allah.
#seketikalupamaunulisapa

Tapi nangkep ya arah tulisannya?
Betapa kita, manusia, mau sesempurna apapun ngebuat sesuatu, tetep ya gak ada yang sempurna. Adaaaa aja kurangnya. Titanic aja yang dibilang gabisa tenggelem eh gataunya kebelah dua ditengah laut. Hemmmm.

Terus manusia yang katanya gak sempurna, gapunya kaki, gapunya tangan, eh gataunya juara lomba renang. Yang sempurna tangan kaki kepala malah gabisa renang. Duh~~~

Salah si emang membandingkan ciptaan manusia sama ciptaan Allah ya hehe. Tapi lagi lagi, bersyukur. Mau gimana pun segala sesuatunya kembali ke Allah ya, gak ada yang lain. Sederhana aja. Tapi rumit juga si kalo udah punya perasaan memiliki._.

Gitu.

Pokoknya intinya, hati hati. Manusia mah apa atuh, toh otak cerdas Einstein sama habibi juga ujung pangkal dan awal mulanya dari Allah.

*oke ini mulai tak terarah*
Selamat malam.
Selamat nyoba tidur lagi.
Coba pikirin tentang penciptaan Langit dan bumi sambil bersyukur. Mudah mudahan termasuk golongan hamba Allah yang berfikir :))

Senin, 25 Juli 2016

Sakit? Baca Pesan CintaNya!

"Bu, perutku sakit."

Perjalanan hidup yang tak selamanya di atas, semestinya mampu membuka mata setiap insan dan akhirnya membuat besyukur.

"Pakein minyak tawon, urut urut dulu sendiri."

Memang jawaban itu yang sedari dulu keluar setiap anaknya sakit. Tidak ada yang lain. Namun itu merupakan cara jitu seumur hidup. Terbukti, sampai hari itu anaknya tak pernah terbaring lemah tak berdaya sampai berhari hari lamanya.

Tak juga hilang, 'pengaduan' berpindah ke ayah. "Yah, perutku sakit."
Jawabannya hanya diam. Ia terus memandangi si pengadu yang akhirnya berlalu masuk ke kamar.

Belum juga ditemukan solusi, "ka, perutnya sakit. Kalo udah telentang, gabisa miring. Gabisa ganti posisi tidur. Gimana nih. Sakit banget."

"Bentar bentar."
Rupanya si kakak sedang sibuk nyebar undangan via sosmed.

Si pengadu diam. Ya Allah..

Hingga ketika waktunya tiba, si kakak bilang ke ayah, "yah perutnya dia sakit, gabisa gerak, jalan susah, takut ada apa apa."

Ayah kembali berjalan ke dapur. Menyangka bahwa dirinya kembali terabaikan, ia hanya bisa pasrah. Rupanya dari dapur terdengar suara diskusi orangtua tentang apa keputusan terbaik yang harus dilakukan.

"Siap siap. Kita ke igd."

Sebuah perintah singkat dari ayah yang akhirnya menggerakkan seisi rumah. Dalam hitungan menit, semua telah siap dan beberapa saat kemudian, terbaringlah si pengadu di IGD. Selang waktu beberapa jam, terbaring lah si pengadu di ruang rawat inap. Lalu, selang waktu sehari, terdengarlah berita dari si suster.

"Lusa diagendakan operasi ya."

Hari itu, dunia seperti behenti berputar. Seorang anak yang sehat tanpa pernah mengeluhkan kesehatannya, menangis. Lemah. Pasrah.

"Ya Allah, hamba ridho. Jadikan ini penggugur dosa."

Rupanya tak sendirian ia berair mata. Pemilik rahim tempat ia dikeluarkan pun dalam hitungan detik keluar dari kamar.

"Jangan nangis, ibu nangis juga kalo kamu nangis."

Semahal apa harga sakit?
Semahal air mata ibu.

Hari berlalu lambat. Semua pasrah menghitung hari. Lalu yang harus menjalani semakin pasrah pada ilahi.

Kamu tau, tugas kita hanya ikhtiar, mencoba semaksimal mungkin. Urusan berhasil atau ada rencana lainnya serahkan pada Sang Pembuat Skenario. Iya kan?

Kita tak kemudian harus berhasil hanya karena telah berjuang. Allah tak lantas harus mengabulkan hanya karena kita selalu menangis di sepertiga malam.

21.Al-Anbiyā : 83

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang."

Semenjak berita datang, doa nabi ayyub ini selalu menemani. Membuat berkaca diri sampai sampai malu, lalu menemukan bahwa betapa Ia punya sejuta cara untuk menunjukan rasa cintaNya. Nabi Ayyub diuji karena Allah cinta kepadaNya kan?

Sambil menghitung waktu berdetak, ia berkaca diri. Pantaskah sakitnya disebut ujian jika dosanya yang segunung membuatnya layak mendapat azab.

Hingga akhirnya operasi selesai, rasa sakit tak kunjung henti, ia hanya berkurang lalu kembali sakit di detik yang lain.

"Allah... Saya pasrah... Jadikan sakit ini sebagai penggugur dosa.
Allah... Betapa banyak yang Kamu urus. Apa pantas saya meminta lebih jika bersyukur saja tak mampu."

Ia ingat bahwa sedari menunggu operasi, ada banyak juga pasien lain yang menanti operasi. Saat ia dibawa ke kamar bedah, ada banyak orang yang sedang operasi. Lalu saat dia operasi, tiba tiba terdengar suara tangisan bayi.

Allah....
Betapa banyak yang kamu urus.
Hamba disini operasi, lalu hanya berjarak sekian meter, Engkau izinkan seorang bayi lagi lahir ke bumi. Ma syaa Allah..
Betapa banyak yang Kamu urus. Betapa tidak ada apa apanya hamba.

Allah...

Hari itu ia kembali menemukan bahwa ternyata dirinya yang dalam keadaan lemah, mampu menahan haus hampir 18 jam. Tak makan lebih dari 24 jam. Dan banyaaak keajaiban diri lainnya. Semakin makin, meleleh ia dibuatnya. Apa ada yang lebih indah dari berdekatan dengan Sang Pemilik Diri?

Lalu saya teringat trainer PolaPertolonganAllah pernah mengatakan, masalah ada bukan untuk diselesaikan, tapi dibaca pesan cintaNya.

Jika sakit ini saya anggap masalah, meskipun tak pernah sekali saja terbersit bahwa sakit ini adalah masalah/ujian/azab. Maka semoga saya telah menemukan pesan cinta terindahNya dengan membagikan tulisan ini dan menceritakan pengalaman saya.

Memang, ini bukan apa apa jika dibandingkan dengan orang orang lainnya. Tapi semoga kamu yang membaca mendapat rahmatNya.

Selalu, semangat bermanfaat.

Alhamdulillah, saya udah pulang. Terimakasih atas doanya, semoga kita semua sehat sampai akhir hayat. Semoga yang terserang sakit, Allah jadikan penggugur dosa.

Mari baca pesan cintaNya.

Satu lagi, jangan lupa Bersyukur.

Kamis, 14 Juli 2016

doa terus!

Jangan pernah berhenti berdoa.

Ada kisah keren menurut saya tentang doa. Ini tentang hikmah, seberapa cerdas dan beruntungnya kita saat telah menemukannya. Iya kan?

2.Al-Baqarah : 129

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana."


Semoga saya gak salah, ini doanya Nabi Ibrahim yang Allah kabulkan ribuan tahun berikutnya. Allah kabulkan dengan diturunkannya Nabi terakhir yaitu Rasulullah Sallallahu 'alahi wa sallam. Kalo salah benerin ya~

Nah. Berbekal ayat ini, istiqomah lah selalu dalam berdoa. Kita doa sekarang kan gak harus Allah kabulin sekarang. Iya gak? Bisa jadi juga doa kita hari ini dibuat untuk ditanam agar nanti anak cucu kita yang nuai. Iya gak? Khusnudzon dalam berdoa ya, aamiin.

Saya mau cerita juga tentang saya. Sederhana si, tapi in syaa Allah dengan khusnudzon, pasti Allah kabulin doanya. Apalagi kalo dipikir pikir ya ini cuma celetukan aja heuheu.

Alhamdulillah ya, tahun 2014 selepas sbm, Allah izinin saya untuk kuliah di UNJ. Waktu daftar ulang dan MPA si saya dianter jemput ayah terus, jadi ya tinggal duduk tau tau nyampe. Paling pas urus berkas ini itu baru deh nyoba jalan sendirian atau bareng kakak, ya itu juga naik angkot.

Dalem hati pas mesti naik angkot atau nge tj, suka banget ngomong, "ya Allah, enak kali ya kalo ada bus yang langsung dari jatibening ke kampus. Gak ngeluarin banyak ongkos, gak cape jalan lagi kan~"

Gitu. Obrolan saya sama Allah. Hampir dua tahun saya ngobrol begitu sama Allah aja, walaupun sebenernya cuma sekedar basa basi si. Kalo lagi cape pulang abis maghrib, "ya Allah enak kali ya~" atau pas berangkat pagi pagi "ya Allah enak nih kalo naik bus sekali aja." gitu.

Jadi rute pp saya itu mesti 3x naik angkot, @4000. Sekali berangkat, 12rb pp berarti 24rb. Semoga uang orangtua saya buat ngebiayain saya kuliah termasuk sedekah, aamiin.

Suatu ketika, saya ke tol jatibening mau observ ke luar batang. Terus ada tj, saya naik aja. Fyi, ada tj namanya aptb yang emang rutenya HI-bekasi. Ongkosnya 10rb. Pas banget saya naik tj juga arah HI, terus bayar 10rb eh kembali 6500. Bingung. Tapi mau nanya malu hehehehe. Akhirnya saya nanya ke grup kelas sekolah dulu. Dan yak ternyata saya kurang update. Udah dibuka berbagai rute yang terintegrasi ke berbagai kota kaya bekasi, depok, tangerang. Alhamdulillah nya setiap bus yang ke bekasi biasanya lewat tol jatibening. Jadilah ketika ada bus rute tanjung priuk - bekasi, langsung deh rasanya kayaaaaa Allah bener bener yaaa.

Langsung keingetan dulu dulu doa yang cuma sekedar kaya ngobrol sama Allah etapi dikabulin. Ada gak yang lebih manis dari itu?

55.Ar-Rahmān : 55

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Yooo yang mana yoo~

Alhamdulillah banget sekarang pp tinggal naik tj, ongkos berkurang drastis walaupun dari tol ke rumah tetep mesti naik angkot. Tapi kadang dijemput si~

Allah...
Makin yakin deh buat gak berenti doa.
Keren banget ya.
Ini nih salah satu contoh bukti cuma Allah yang bisa memberikan yang kita mau. See? Saya gak ngapa ngapain, cuma minta dengan gaya ngobrol, tapi Allah pilih doa saya. Wihhh~~~~

Doa orang lagi jihad, Allah kabulin. Menuntut ilmu juga jihad kan?

*otw pulang dari kampus ke rumah naik tj~~~~

Senin, 11 Juli 2016

1. menghitung hari

Bagaimana harus kusampaikan segalanya jika ternyata kebersamaan kita tinggal menghitung hari. Detik demi detik yang berlalu tanpa kita tau diam diam menyiapkan jarak terdahsyat sepanjang sejarah. Jarak demi mempersiapkan masa depan.

Kamu percaya hal itu ada?

Aku percaya, sangat. Sepenuh keyakinan. Sepercaya aku padamu. Sepercaya aku dengan tatapan matamu. Sepercaya aku dengan Langit dan senja. Sepercaya aku dengan usahaku dan usahamu tentunya.

Jika waktu kita tinggal sedetik lagi, izinkan aku menghabiskannya dengan berdoa. Mungkin aku tak siap menatap matamu, lebih lebih melihat punggungmu yang menjauh. Lebih baik aku menutup mata saat kamu masih disini dan membuka mata saat kau tak disisi. Seperti mimpi, tak ada bedanya. Agar nanti, aku bisa meyakini bahwa kamu adalah mimpiku. Bahwa kamu adalah salah satu motivasiku menjadi lebih baik. Dan semoga kamu juga menjadikanku sebagai motivasi.

Ketika jenuh, lelah, hampa bahkan rindu datang menjemput haknya didalam rasa. Maka, putarlah keran. Basuh kepala kita dengan air lalu tuntaskan dengan bersujud. Akhirkan dengan doa. Ya? Yang ku tau, bahwa Sang Pemilik Hati akan mengabulkan doa. Akan lebih baik jika tak hanya aku yang berdoa untuk kita, tapi kamu juga. Lalu Dia, akan mengiyakan dengan caraNya. Indah kan?

Lalu kamu percaya dengan menjaga dalam diam?

Aku percaya.
Bahwa semakin aku berkeras kamu adalah masa depanku, justru semakin aku takut dengan kebersamaan kita. Namun ketika aku titipkan hatiku beserta kamu yang ada didalamnya kepada Sang Maha, tak ada yang lain yang menggelisahkan. Hanya doa yang mampu kusampaikan untuk akhirnya menjemput masa depan kita.
Indah kan?

Apalagi yang akan kusampaikan jika semuanya telah kamu ketahui duluan?
Bagaimana akan kusampaikan jika senyummu telah tersedia sebagai jawaban?

Jika sudah begini, yang kubisa dan kamu bisa, hanya menghitung hari. Mempersiapkan detik agar kita terbiasa dalam jarak dan doa.

Semoga.

Selasa, 05 Juli 2016

30 hari menulis?

well, i'm not so sure what i'm gonna write. but see, this 30 last day, i've been writing some things in this blog. and finally, i understood the differences between 'nulis yang penting dan yang penting nulis.' look, some posts made by heart and another made because it was close to deadline. if you see close enough, you'll find out that its too much posts wrote after deadline. yaaa, thats not easy to keep your word. but, the thing is i'm still writing.

hehehe, gimana bahasa inggrisnya? lama gak praktek, lama gak listening, lama gak belajar bahasa inggris. semoga sedikit-sedikit masih bener dan bisa dipahami ya. aamiin.

alhamdulillah, ramadhan udah menemukan ujungnya. syawal siap menyapa. jadi inget, kalo di convert ke hijriah, ulang tahun saya itu pas bulan syawal tanggal 21. doain ya, harusnya tahun ini usia saya 22 tahun hijriah. barakallahu fiik, banyak umur banyak kesalahan, banyak dosa. semoga Allah ampunin.

nah, sebenernya saya agak bingung mau ngebawa tulisan ini ke arah mana. saya gak lagi pengen nulis cerita yang mengharu biru atau berimajinasi tentang kipas angin yang bisa ngomong atau lampu jalan yang kesepian. tapi sebenernya pengen evaluasi ya. target ramadhan ada banyak, tapi ternyata qodarullah, sekalipun setan udah diiket, ternyata di diri kita sebagai manusia, udah terkandung sifatnya makhluk laknat itu. jadi inget, katanya azhar nurun ala dibukunya seribu wajah ayah. manusia udah ngelebihin setan itu sendiri. wajar kalo iblis gamau nyembah manusia, toh sekarang kita liat banyak manusia nyembah iblis. na'udzubillah. baik baik ya, pinter-pinter jaga iman, semoga hati tetep condong ke Allah.

nah, evaluasi ramadhan, yang saya share disini tentang #30harimenulis aja ya. di atas saya tulis tentang 'nulis yang penting dan yang penting nulis.' seringnya, kalo udah kelewat deadline bawaannya mau asal nulis yang penting blog keisi, target tercapai, kualitas urusan belakangan. hemmm. lain banget kalo niat nulis, cuma hal penting yang ditulis. dan ini jadi masalah ketika niat nulis dateng tapi gak terfasilitasi dengan baik. kaya, tiba-tiba seharian saya ngerasa ada hal manfaat tapi pas luang gabisa langsung nulis entah karena gak tau mau nulis dimana atau mau nulis apa atau susahnya nyusun kalimat. yah, selalu ada masalah ketika hati belum bulat niatnya, kadang masalah itu bisa juga diada-adain hehe. gataudeh yang mana yang bener.

eh, diliat liat nomer 17 gak ada ya? padahal itu nuzulul quran. emang, saya bingung mau nulis apa. karena tau sendiri lah ya, ngebahas quran selalu bikin dag dig dug. seringnya pas degdegan, terus naro quran di dada, jadi tenang. terus lagi pusing, naro quran di kepala jadi adem. iya, itu saya. quran itu gitu. kalo saya lagi jauh, langsung mikir. ya Allah, saya hina banget ya sampe Al Quran gamau dibaca sama saya? hmmm.

ah iya, tapi berasa banget manfaat nulis tiap harinya. saya jadi menghargai deadline yang udah saya bentuk sendiri. mungkin lebih bagus kalo ada 30 hari, 30 hari lainnya. kaya 30hariberpuisi, atau 30haribercerpen, atau 30harimendongeng. semacem itu. penting. nanti nanti, yuk rutinin nulis. kalo lagi stack, gapapa, yang penting nulis. toh ahmad rifai rifan juga bilang yang penting nulis kok hehe.

semangat nulis.

30. Kisah Pohon yang Selalu Diam



Pada suatu hari, di bumi terjadi kesedihan besar. Seluruh umat manusia tenggelam dalam kesedihan bahkan hari itu tak lagi ditemukan sebuah tawa atau sekedar senyuman. Bumi sempurna bersedih. Untungnya Langit tidak pernah sepakat dengan kesedihan bumi. Mau sedalam apapun luka dan kesedihan, bagi Langit urus saja sendiri. Tugasnya hanya memayungi, apa yang terjadi tak perlu dipikirkan.

Langit curang, begitu dulu kata bumi. Jelas saja, ketika bumi bersedih dengan keadaannya, Langit tak peduli. Namun ketika Langit sedih bahkan menangis, bumi yang harus menanggung resikonya. Sampai sampai umat manusia menengadahkan wajahnya ke Langit, lalu....

Penduduk bumi tau, kadang satu dua kali Langit suka mengabulkan harapan. Mengiyakan doa dan memberikan perasaan bahagia. Hari itu, saat bumi bersedih dan seluruh umatnya berair mata, ada seorang pujangga yang mampu menyihir manusia dengan kata katanya berdoa.

"Kenapa harus ada kesedihan jika bahagia juga diciptakan?
Kenapa harus ada rasa jika diam selalu jadi pilihan?
Kenapa hati tak mampu mengatur perasaan apa yang akan hati rasakan?
Kenapa tak diam saja? Jadi pohon yang berdiri kokoh. Diam dan menyaksikan. Tanpa ada sebuah tanya tentang keadilan?"

Ketika bumi bersedih, Langit kali ini sedikit berbaik hati. Iya, sekali lagi mengiyakan satu dua doa. Doa doa terpilih itu, bukan sekedar doa ecek ecek. Bukan doa yang hanya menguntungkan diri pribadi. Tapi, doa yang mampu menembus hati Langit. Menggetarkan seluruh penghuninya, lalu sepersekian detik kemudian semua berkata, "aamiin."

Maka dengan proses instannya yang jika di detailkan akan terasa lama, ada doa-doa yang dikabulkan. Salah satunya adalah doa sang pujangga.

Hari itu bumi bersedih, penduduknya juga. Tapi Langit tak peduli. Terutama penduduknya, karena matahari tak tiba-tiba mengurangi panasnya sebagai tanda simpati. Atau bulan seketika berhenti memutari bumi sebagai tanda pedulinya. Dan bintang, tidak tiba tiba menghentikan kelap kelipnya. Bintang terus berkelap kelip seolah mengejek.

Tak taukah Langit dan penduduknya bahwa bumi sedang bersedih?

Pujangga tadi tertidur dengan lelapnya. Hanya tidur yang mampu menghapus semua rasa sedih, nestapa bahkan kehancuran. Kasihan. Hal yang menyedihkan berikutnya adalah tak jarangnya orang-orang menyamakan kematian dengan tidur selamanya. Padahal ketika kamu tidur, tidak pernah ia menjadi selamanya terkecuali kamu mati. Lalu mati tak membuat kamu bangun tiba tiba hanya karena anggapan manusia bahwa mati seperti tidur selamanya. Lagi pula, siapa yang tau seberapa lama selamanya itu. Mungkin mereka yang mempercayai kata selamanya perlu diingatkan tentang negeri akhirat. Saat selama apapun menunggu di padang makhsyar, tetap saja tak ada kata selamanya. Kecuali nanti, ketika kaki telah di surga, atau jika kamu bukan umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ketika kakimu sampai di neraka, pertemuan dengan kata selamanya akhirnya terjadi. Mereka kekal di dalamnya, entah itu surga atau neraka.

Setelah Langit mengaamiinkan. Si pujangga tadi berubah. Seketika itu bumi tersesak. Beberapa lahan di hutan bergerak, pohon pohon bergeseran memberi tempat kepada si penghuni baru. Ya, Langit mengaamiinkan doa pujangga menjadi pohon. Ketika terbangun dan hendak bergerak, pujangga kaget setengah mati. Dahan dahannya hanya bergerak seolah tertiup angin. Belum lagi semua sisinya yang tertutup daun. Ia merasa perlu berdiri di depan cermin sekedar untuk mengetahui apa yang terjadi. Dan dia....jadi pohon? Negeri macam apa ini. Bumi tak pernah mengatakan bahwa ia memiliki kemampuan mengabulkan doa. Ah, si pujangga kebingungan setengah mati. Lalu ada pohon baik hati disebelahnya yang rela menjelaskan sebuah tanya meskipun akhirnya tak juga ia kepuasan.

"Puisimu.
Kamu tau pujangga, hanya ada dua hal yang terjadi lewat kata katamu. Ia mampu memotivasi atau membuat jiwa mati, hanya itu. Terakhir kali, puisimu yang belum tersebar luas, membuat Langit tersentuh. Ditengah ketidakpeduliannya, Langit sering mengabulkan satu dua doa untuk dijadikan nyata. Dan kamu yang mampu memotivasi atau membuat jiwa mati, pada akhirnya beruntung karena kamu lah yang terpilih. Padahal ada milyaran manusia yang berdoa lainnya." lalu pohon itu kembali menghadap matahari.

Pujangga tadi menatap genangan air di depannya. Benarlah ia telah menjadi pohon. Kesedihannya bertambah tambah. Ia ingin menangis tapi bagaimana ini? Tak ada mata yang mampu berair mata. Pelan-pelan ia mencoba menjadi pohon yang baik dan berinteraksi dengan sekitarnya. Ia telah lupa, apa yang menjadikan alasannya dulu agar menjadi pohon.

Waktu berjalan terus. Kesedihan telah menghilang. Kadang waktu cukup baik, ia menyembuhkan tanpa pernah pamrih. Jika sekali saja waktu memutuskan untuk berhenti, bumi pasti akan mengalami kesedihan berkepanjangan tapi waktu baik. Diam dan menyembuhkan.

Hingga tiba masanya, si pujangga menjadi pohon tua. Datanglah sekelompok manusia yang ingin memanfaatkan setiap inci dari tubuhnya. "Ini, kuat dan bagus. Sekalian saja beberapa yang lain."

Hari itu tiba. Kenyataan bahwa kata selamanya tak pernah ada, tejadi lagi. Pun bagi pohon yang katanya bertugas hanya diam. Tak peduli seberapa tidak mengganggunya ia, tetap saja ada yang usil ingin mengambilnya. Mengakhiri kehidupan pohon. Ah pelajaran lain, toh kita tak harus bersalah untuk mati kan? Jika tiba saatnya maka kematian akan datang. Jika kamu manusia, maka malaikat izroil yang terbaik melakukannya. Jika kamu pohon maka itu...manusia?

Pohon demi pohon berhasil ditebang. Tinggal kesedihan si pujangga yang tak kunjung sirna. Teman-temannya lebih dulu hilang. Dibawa. Hingga ia sendirian. Hari itu ia ingin berdoa. Ingin kembali jadi manusia. Tapi, taukah ia bahwa manusia adalah makhluk paling mulia dan sempurna. Maka makhluk lain tak bisa diaamiinkan doanya untuk jadi manusia.

Gilirannya tiba, ketika pelan pelan tubuhnya disakiti, ia memang tak merasa kesakitan, tak juga ada darah yang keluar tapi bagi si pujangga itulah yang paling menyakitkan. Seolah tak bernyawa berarti tak memiliki rasa. Kesedihan pohon hanya dirasakan oleh pohon. Manusia tak peduli sekalipun pohon telah menjerit dengan caranya.

Hari itu, ketika tubuhnya tertebang habis. Dipotong menjadi ratusan bagian, ia paham satu hal. Dengan menjadi pohon, matimu karena tertebang. Dengan menjadi manusia, matimu karena Tuhan. Tapi manusia dikenang, pohon dilupakan. Bahkan ketika telah terpotong habis, tak ada yang peduli bagian tubuhmu mana saja.

Bagian tersulit bukan hilang tanpa bekas, tapi tak ada yang mengenang atau kata orang-orang, dilupakan.

Hari itu si pujangga belajar lagi, hati hatilah dalam berkata sekalipun kamu berpuisi. Karena Langit tidak tau dan tidak peduli. Ia hanya mengaamiinkan lalu resiko kembali padamu. Jangan berandai andai. Allah tidak suka kan? Oleh karenanya, banyak besyukur. Kalimatmu sebagai pujangga, haruslah memotivasi bukan membuat jiwa mati.

Kemudian tubuh si pujangga dibuat menjadi berbagai hal. Meja, kursi, lemari, sampai tusuk gigi. Jika sudah begini, si pujangga bertanya tanya sendiri, siapalah aku?

Senin, 04 Juli 2016

29. dua sembilan

Barakallahu fiik.
Saat orang-orang dapet kesempatan kedua di ramadhan tahun depan, kita dikasih kesempatan sama Allah lewat keputusan lebaran masih lusa. Ini malem terakhir ramadha, kalo dia manusia pasti udah akrab ya kita. Bayangin aja, 30 hari intens terus tau tau harus ditinggal. Sedih ya.

Mumpung masih ada sehari, semoga Allah izinin kita berdoa ke Dia. Semoga Allah izinin kita untuk terus taat. Semoga Allah mudahkan kita untuk beribadah. Karena doa gak cuma tentang minta keinginan atau kebutuhan, tapi doa juga media kita ngomong sama Allah. Dan Allah gamau ngomong sama sembarangan orang. Tetep semangat berdoa. Tetep semangat ibadah tetep minta semoga Allah izinin kita nih yang mau doa aja males buat bisa doa. Semoga nih, hati kita tetep dijalan Allah.

Semangat hari terakhir ramadhan!

Minggu, 03 Juli 2016

28. dua delapan

Kata Ramadhan kepada bumi, "aku pergi. Biar hujan malam ini melalaikan atau menyemangatimu dalam beribadah."

Kata bumi kepada hujan,
"Apa kamu seahli itu dalam menghapus jejak? Tapi kenapa hadirmu selalu membawa kenangan?"

Kata hujan kepada ramadhan,
"Pergilah. Baik baik dijalan. Tahun depan kembalilah hanya kepada yang berhak. Kepada yang semangat ibadah. Mungkin sudah saatnya tak semua doa semoga bisa bertemu dirimu tahun depan berhenti dikabulkan."

Kata manusia kepada Langit,
"Kenapa waktu begitu cepat sedangkan semua merasa begitu lalai? Terutama aku."

Kemudian ramadhan pergi, hujan berhenti, bumi berputar lagi.

27. dua tujuh

Kamu tau apa yang indah dari Langit?

Bukan karena ada bintang,
bukan karena ada bulan,
bukan juga karena matahari dan awan.


Tapi karena kamu menyukainya.

Sabtu, 02 Juli 2016

26. pedagang sayur dan putri timun



Pada suatu hari, disebuah negeri yang kaya makmur, ada seorang pedagang sayuran yang sedang kewalahan. Ia bingung bagaimana caranya agar sayur-sayurnya habis terjual. Semakin hari, selera orang-orang akan sayur semakin berkurang. Warna hijau yang cerah menggoda tak lagi diminati. Orang-orang masih mencintai makanan yang berasal dari tumbuhan, tapi tidak lagi yang berwarna hijau. Sampai buah semangka pun harus dibelah agar yang terjual warna merahnya.

Si pedagang sayuran telah puluhan tahun menjalani profesinya. Berbagai generasi sudah akrab dengan tuan pedagang sayur ini. Suatu ketika saat lamunannya terhenti pada momen ia memutuskan untuk menjadi pedagang sayur.

"Betapa enaknya menjadi pedagang sayur. Mendapat barang murah, bisa dikonsumsi diri sendiri, bahkan tau manfaat dari setiap sayur sayur ini. Aku pasti bisa menjadi manusia yang bermanfaat dengan berdagang sayuran."

Hari itu, pedagang sayur memecahkan celengan ayamnya. Beruntung, tabungannya cukup untuk membuka lapak di pasar dan membeli sayur sebagai modal awal. Sebelum ia mulai berjualan, si pedagang sayur ini survei ke berbagai daerah. Ia menanyakan khasiat sayur sayur tersebut. Bahkan ia juga menanyakan bagaimana agar sayur sayur tersebut bisa enak dikonsumsi. Ia juga pergi ke warung-warung makan, melihat berbagai macam hasil olahan sayur.

"Waaaah. Aku pasti untung besar. Orang-orang pasti mau membeli sayur ku. Nanti, saat aku mulai berdagang, aku akan memberikan berbagai rekomendasi masakan agar orang-orang mendapati kelebihan yang tidak mereka dapatkan dari pedagang lain."

Seminggu berlalu. Si pedagang sayur telah membuka lapaknya di pasar. Sayurannya hijau, segar, menggoda mata. Beberapa orang yang langganan belanja di pasar menyadari keberadaan lapak baru ini dan menghampiri si pedagang sayur.

"Pedagang baru ya? Jualan sayur apa?"
"Iya, saya adalah pedagang sayur yang baru. Saya menjual berbagai sayuran yang siap diolah untuk makanan keluarga."

Kemudian terjadilah proses jual beli antara si pedagang sayur dan pembeli. Lalu benar saja, si pedagang sayur mulai merekomendasikan berbagai model olahan sayur untuk keluarga. Karena kelebihannya ini, dalam waktu singkat ia pun bisa kembali balik modal.

Lamunannya terhenti. Ah itu sudah bertahun-tahun lalu. Sudah generasi ketiga yang sekarang belanja sayuran di pasar, itu berarti makanan mereka disiapkan untuk generasi keempat dan beberapa generasi kedua yang masih hidup. Selera makanan dari tahun ke tahun berubah. Di desa Langit, makanan memang selalu mengikuti zaman, tapi sayuran tak pernah berubah model. Pedagang sayur tak tau lagi harus merekomendasikan makanan dalam bentuk apa. Ia menengadahkan tangan ke Langit lalu mulai berdoa, "ya Allah, apa ini saatnya aku berhenti untuk menjadi pedagang? Keuntungan telah kucapai, kebermanfaatan semoga telah kuberikan. Jika memang ini akhir dari karirku sebagai pedagang sayur, maka mungkin sudah harus ku pikirkan untuk apa masa tua kuhabiskan."

Si pedagang sayur pun pulang ke rumah dengan sayurannya. Ia menatap lesu, lalu mulai memikirkan harus diapakan sayuran ini. Bergantinya zaman, bergantinya generasi, membuat makanan juga harus menyesuaikan diri. Hari ini, sedikit sekali anak-anak yang menyukai sayuran. Sekalipun mereka sudah mengetahui manfaatnya, tetap saja sayuran seperti musuh besar. Mulut anak anak mengatup rapat jika sayuran terhidang di depan mata. Inginnya, makanan berwarna hijau itu mulai disingkirkan dari muka bumi. Sebagai solusi, orang tua beralih ke buah-buahan. Rasanya yang manis menggoda bahkan sampai meneteskan air liur membuat anak anak dengan sukarela memakannya. Buah adalah makanan sehat bahkan tanpa perlu diolah. Pamor sayur pun semakin hari semakin menurun.

Si pedagang sayur terlelap dalam tidurnya. Sampai ia didatangi oleh salah satu buah yang selama ini menyamar menjadi sayur.

"Ka...kamu siapa?" pedagang sayur kaget setengah bernafas. Ia hampir lari terbirit birit karena melihat perempuan cantik namun....berbadan buah?

"Aku adalah Putri Timun. Langit mengirimku menemuimu sebagai jawaban atas kekhawatiranmu. Jangan takut. Aku tidak bermaksud jahat." Putri Timun menghampiri pedagang sayur. Dengan tongkatnya yang berujung bintang, ia mulai mengeluarkan cahaya keemasan dan seketika keluarlah gambaran berbagai sayuran dan olahannya dari seluruh dunia.

"Lihat. Ini pasukanku, timun. Selama ini orang menganggapku sayur, padahal aku buah. Orang sunda memakan ku dengan sambel, lalu aku jadi lalapan. Coba lihat disini, orang betawi mengolahku bersama sayuran lain, lalu aku jadi karedok. Di lampung, aku juga diolah dengan sayuran lain, dengan kelapa lalu aku jadi terancam."
Putri Timun tersenyum lalu melanjutkan lagi, "Jangan khawatir. Pergilah ke indonesia, lalu temukan berbagai olahan sayur disana."

"Ba...bagaimana aku bisa kesana sedangkan aku tak tau apa itu indonesia, dimana dia berada dan bagaimana cara hidupnya? Lalu apa yang harus ku lakukan setiba disana?" pedagang sayur masih terus ketakutan namun disisi lain ia juga penasaran. Haruskah ia mengikuti saran Putri Timun?

Seketika pedagang sayur terbangun dari tidurnya. Ia segera mengemasi barang barangnya dan menyiapkan uang yang banyak.

"Akuu akan pergi ke indonesia!" serunya bangga.

Pagi pagi sekali, sebelum matahari terbit, sebelum kehidupan di pasar juga mulai, pedagang sayur melangkah gagah menuju tak terbatas dan melampauinya. Desa Langit memang hebat, hanya sepelemparan batu setelah sampai di terminal, hembusan angin telah mengantarkan pedagang sayur sampai ke indonesia. Seperti yang pertama kali ia lakukan, ia melihat keseluruh negeri berbagai olahan sayur. Bahkan ia menemukan banyak sekali anak-anak yang makan sayur dengan lahap. Ia juga melihat ibu2 membuat makanan dengan berbagai bentuk yang menarik. Hati si pedagang sayur gemetar hebat tak tertahankan.

"Di Langit, sayur tak boleh punah. Aku akan belajar memasak sayur disini dan sekembalinya disana, aku akan membuka rumah sayur. Tempat sayur sayur diolah menjadi makanan terbaik dan anak anak mulai kembali mencintai sayur."

Waktu terus berjalan. Pedagang sayur mulai ahli dalam membuat makanan. Ia telah siap kembali pulang ke desa Langit dan membuka rumah makanannya.

Lagi lagi, hanya sepelemparan batu, ia kembali ke terminal Langit. Tidak terlalu banyak yang berubah hanya sajaaaaaa.......

Si pedagang sayur keliling pasar, ia bahkan berlari keliling desa.
Oh tidak.....
Disudut manapun tak lagi ditemukan pedagang sayur. Bagaimana ini? Ia harus cepat. Membangun rumah sayur dan segera memasak menjual sayuran keseluruh desa. Orang-orang tak boleh melupakan sayur.

Menghilangnya pedagang sayur dan kemunculannya yang tiba tiba membuat seisi desa kebingungan. Terlebih lagi si pedagang sayur ini bertingkah aneh semenjak kembali. Ia mulai membangun.. Rumah sayur? Orang orang kembali bingung. Telah lama sayur tidak ditemukan lagi. Lagipula siapa yang mau makan sayur hari ini? Anak anak bahkan orangtua sudah tak lagi menyentuhnya.

Namun ada yang berbeda lagi. Pedagang sayur mengeluarkan penggorengan dan mulai memasak. Harumnya tercium sampai ke desa sebelah. Bau bau sayuran segar juga mulai tercium lagi. Bau apa ini? Seluruh warga mengikuti aromanya sampai ke rumah sayur. Mereka terpana melihat kegigihan pedagang sayur dalam memasak. Belum lagi aromanya yang menggoda membuat air liur menetes.

"Silakan silakaaan."
Pedagang sayur mempersilakan orang orang masuk ke rumahnya dan mulai menyajikan buah buahan.

"Makan buah dulu, baru makan makanannya."
Itu yang ia pelajari di indonesia. Ternyata sunahnya begitu. Makan buah dulu baru makan berat. Si pedagang sayur tersenyum sambil terus memasak.

Sedetik kemudian berbagai macam olahan sayur terhidangkan di meja. Untuk anak-anak dilengkapi dengan gambar gambar menarik. Dalam hitungan detik makanan pun telah habis. Lalu orang orang menanyakan, apa yang baru saja ia makan.

Seolah menjadi pahlawan, si pedagang sayur berjalan ke tengah rumah sayur. Dengan spatulanya yang terancung ke depan, ia tersenyum tajam sambil menatap bangga ke arah sayuran.

"Yang baru kalian makan adalah....sayuran."

Tepuk tangan bersautan. Kepunahan sayur berhasil dihentikan. Orang orang mulai pandai mengolah sayur. Hari itu, tidak ada lagi manusia yang tidak makan sayur. Bahkan sampai akhir hayatnya, si pedagang sayur terus masak dan menyiapkan makann terbaik untuk seluruh pencinta sayur (tidak ada lagi yang tidak menyukai sayur.)

Jumat, 01 Juli 2016

25. dua lima

Jika lelah, maka bersyukurlah. Tubuhmu masih berfungsi sebagaimana mestinya. Yang terpenting jangan lelah hati. Terus charging diri. Ruhiyah lah kunci hati. Yuk upgrade iman. Ramadhan pergi sebentar lagi. Manfaatkan dengan sebaik baiknya. Jangan sampe nyesel lagi.