Minggu, 19 Desember 2021

 Apapun hasilnya nanti, kamu harus terus bersyukur. Bersyukur bahwa itu adalah pilihan yang Allah ridhoi, bahwa itu adalah yang terbaik, bahwa itu adalah yang paling sesuai. 

Bersyukurlah, bahwa kamu sudah berjuang sampai titik manapun. Bersyukur bahwa bersama perjuangan itu, kamu - semoga - semakin dekat dengan Allah. Belajar banyak untuk selalu husnudzhon terhadap keputusanNya.

Belajar bahwa hanya kepadaNya segala sesuatu diserahkan. Bahwa Dia selalu mengantarkan kepada kebaikan mesti tak sesuai harapan. Dan selalu memberikan lebih dari yang kita butuhkan. 

Allah, apapun hasilnya nanti, jangan sampai ada sesuatu yang hilang. Tapi berikanlah keridhoan yang banyak pada setiap hati 💕

Minggu, 12 Desember 2021

 Katanya selangkah lagi, tapi hidup tidak pernah bisa diukur melalui langkah langkah kecil. Ia selalu berkaitan antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Ia menyesuaikan diri, menelaah dan melihat lebih jauh bagaimana baiknya, bagaimana seharusnya, juga bagaimana harapannya. 

Harapan dari langkah yang satu, kemudian mengarah pada langkah berikutnya. Jalan yang satu mengarah pada jalan berikutnya. Perjuangan yang satu, mengarah pada perjuangan berikutnya. 

Pada setiap pilihan, ada Allah yang menentukan baiknya kemana. Bukan sekedar kita maunya A maka arahnya adalah A. Karena bisa jadi B, C atau D lebih baik untuk kita.

Jika fokusnya hanya pada pencapaian, hanya pada keinginan, maka akan sulit sekali menerima keputusan yang telah Allah tentukan. 

Namun jika fokusnya ada pada ikhtiar mencari ridhoNya, maka setiap perjuangan akan berbuah pada keikhlasan. 

Ya Allah, berikan ridho Mu kepada apa yang kami lakukan, dan tetapkan keridhoan pada hati kami atas setiap yang Engkau tetapkan. 

Aamiin. 

Minggu, 05 Desember 2021

 Sekali lagi,

Bagian terbaik yang bisa Allah berikan adalah berjuang. Untuk apapun, untuk segala hal yang telah Allah berikan kesempatannya.


Memang tapi tak berarti akhirnya berjuang adalah satu satunya karunia yang Allah beri dalam kehidupan. Karena ikhtiar seringkali disalahgunakan. Ia bisa menjadi tolak ukur keberhasilan yang akhirnya berujung kesedihan.


Menyedihkan bila ikhtiar terbaik dilakukan, namun akhirnya justru tak dapat didapatkan. Lalu dalam diri berkata, Allah tidak sayang kepada ku.


Lalu, sangat rugi seseorang yang berhasil, kemudian ia berkata, Allah sedang sayang pada ku. Atau yang lain lagi berkata, ini karena usaha usahaku belajar keras.


Bukankah segala sesuatunya berasal dari Allah?

Bukankan segala rahasia, yang Allah nyatakan atau sembunyikan, yang ia tampak jelas maupun tidak, semuanya benar-benar hanya dari Allah?


Bukankah keberhasilan akan menjadi sebuah kegagalan tanpa kesehatan? Lalu ditengah keberhasilan yang terpampang jelas, kemudian muncul rasa sombong dan tinggi hati, akhirnya Allah berikan sakit yang besar sehingga ia tidak mampu melanjutkan perjuangan lagi.


Semuanya mungkin, kan?


Khawatir sekali, takut sekali, bahkan hina sekali, apabila telah diberikan kesempatan lalu bersombong diri bahwa segalanya datang dari dirinya karena ikhtiar terbesar, ibadah terbanyak ataupun karena Allah sedang sayang.


Allah tetapkan segala sesuatu, karena itu baik untuk kita. Dan itu cukup. Karena Allah lebih tau. Kalaupun akhirnya takdirnya bergeser dari tidak menjadi ya, maka itu pula adalah kehendak Allah. Sesempurna dan seterbaik skenario Allah tanpa perlu kita minta.


Bahwa Allah tau, sedang kita tidak.


Maka lanjutkan berjuang, dengan hanya mengharap ridho Allah. Dengan hanya berdoa agar Allah hanya berikan yang terbaik. Dengan hanya berdoa agar apapun kehendakNya, semoga Allah ridho kepada kita dan kita pun ridho kepada Allah.


In syaa Allah... 

Sabtu, 04 Desember 2021

 Kalo dipikir pikir, 

Hidup itu selalu penuh dengan ujian.

Ujian tulis, ujian lisan, biasanya si itu. Dan gak jarang, setiap ujian itu akan mengantarkan pada bentuk kehidupan yang bisa jadi 100% berubah. Atau bahkan mengantarkan pada lokasi tempat kita berkontribusi sampai nanti Allah bilang cukup.


Saya percaya si bahwa Allah selalu akan mengantarkan pada kebaikan. Memberikan yang baik bahkan yang lebih baik lagi. Memang kitanya aja yang banyak mau. Ini itu pengen. Udah dapet yang dipengen, eh ada lagi yang dipengen. Atau udah dapet yang dipengen, eh abis itu ngeluh sama tempatnya wkwk.


Namanya juga manusia, Allah maklum, in syaa Allah.


Atau, kalo udah usaha, ini itu ikhtiar, eh ternyata gak didapet tu apa yang diinginkan, abis itu rasanya kaya dunia mau berakhir. Padahal sebenernya mah engga.


Gitu kan ya.


Kalo lagi waras, sebenernya bisa aja mikir begini. Kalo lagi waras, kalo lagi sadar kita ini cuma hamba. Kalo lagi menyadari gak bisa mengubah takdir selain dengan cara merayu Allah.


Ya kan.


Kalo muncul error nya,

Bye deh.

Bubar.


Sedih, patah hati, dll.

Sesedih itu.


Tapi Allah maklum, Allah sendiri kok yang bilang kalo manusia tempatnya berkeluh kesah.


Semaklum-maklumnya Allah, jangan sampe kita jadi keliatan kaya gak punya Tuhan. Coba deh, betapa jahatnya kita kalo merasa Allah baik jika hanya kita diberikan yang kita mau aja oleh Allah. Kalo Allah berikan sesuatu yang lain, yang lebih luar biasa diluar keinginan kita, kita merasa bahwa Allah gak sayang sama kita.


Padahal tadi, Allah selalu berikan yang terbaik.


Jadi, mari tetep berusaha, mari tetep berdoa, mari tetep berikhtiar, agar apapun yang Allah berikan, maka itu yang terbaik. Dan agar Allah ridho terhadap kita, Kita pun ridho terhadap Allah.


In syaa Allah, itu aja yang kita butuhkan di dunia ini. Hanya Allah, yang lainnya itu hanya fasilitas menuju Allah. Jadi, Allah hanya akan mendekatkan pada sesuatu yang mendekatkan kita pada Allah.


In syaa Allah 

Kamis, 02 Desember 2021

 Yang selalu saya simpan dalam hati dan hanya diketahui oleh orang orang yang Allah antarkan kepada blog ini, bahwa hari ini, akhirnya, setelah sekian lama menolak, mengusahakan, juga dikuatkan, didoakan, dan lain sebagainya.

Saya yang selalu khawatir, selalu takut akan masa depan, selalu mengkhawatirkan, selalu takut gagal, selalu ingin mencoba, selalu paham bahwa kelemahan adalah murni milik saya. Keegoisan selalu bersama saya, dan tidak sedikit yang akhirnya berujung pada air mata. Kesulitan bangun dari keterpurukan.

Overthinking, insecure, benar semua memang ada.
Senyum, tawa, dan juga obrolan masih terus bisa berjalan. Tapi kesadaran bahwa dibalik itu semua, saya gagal. Saya tidak berjuang dengan baik. Saya tidak sebaik orang lain. Saya lemah. Saya egois. Saya mau menang sendiri. 

Hal hal tersebut, ada. 
Bukan tidak ada, dia hanya tidak diperlihatkan secara nyata. 

Tapi saya yakin, semua orang merasakan hal yang sama dengan saya. Hanya saja, ada yang memilih untuk menunjukan, sebagiannya lagi memilih tidak.

Lalu saya?
Memilih jujur. 
Saya tidak baik-baik saja.
Bahkan setelah berdoa, setelah sholat, setelah berbuat baik, selalu ada perasaan sedih sedetik kemudian yang menunjukkan bahwa saya masih kurang, belum melakukan yang terbaik. 

Tapi kembali pada tujuan tulisan ini, bahwa ada ikhlas yang ingin saya kembali terapkan. 

Bersama kekhawatiran, maka saya lepaskan. 
Apa yang saya khawatirkan berbulan bulan ini. 
Tapi izinkan saya tetap berjuang, agar saya berhak mengatakan bahwa itu yang terbaik dari Allah. 

Kamu boleh memilikinya, ia yang juga kamu perjuangkan. Tapi saya juga berjuang, dengan ikhtiar keras, dengan doa doa, saya juga akan tetap berjuang. Tapi saya ikhlas jika itu takdir kamu...

Tapi ya Allah, izinkan saya tetap berjuang dengan ikhlas, untuk segalanya. Semoga dengan ini hati saya menjadi lapang. 
 Ada tidak, yang suka berdoa, bercerita, namun tetap perlu menulis juga. Karena rupanya, bagi sebagian manusia, melisankan sesuatu perlu dengan menuliskannya. Dan itu aku. 

Bahkan pada tahapan berdoa, dengan menuliskan, apa yang disampaikan menjadi lebih runut, lebih berurut, dan lebih detail apa yang ingin dicapai. Begitu juga dengan kekhawatiran.

Padahal Allah selalu ada, selalu mendengar, selalu melihat. 

Bagaimana menurutmu?