Minggu, 19 Desember 2021

 Apapun hasilnya nanti, kamu harus terus bersyukur. Bersyukur bahwa itu adalah pilihan yang Allah ridhoi, bahwa itu adalah yang terbaik, bahwa itu adalah yang paling sesuai. 

Bersyukurlah, bahwa kamu sudah berjuang sampai titik manapun. Bersyukur bahwa bersama perjuangan itu, kamu - semoga - semakin dekat dengan Allah. Belajar banyak untuk selalu husnudzhon terhadap keputusanNya.

Belajar bahwa hanya kepadaNya segala sesuatu diserahkan. Bahwa Dia selalu mengantarkan kepada kebaikan mesti tak sesuai harapan. Dan selalu memberikan lebih dari yang kita butuhkan. 

Allah, apapun hasilnya nanti, jangan sampai ada sesuatu yang hilang. Tapi berikanlah keridhoan yang banyak pada setiap hati 💕

Minggu, 12 Desember 2021

 Katanya selangkah lagi, tapi hidup tidak pernah bisa diukur melalui langkah langkah kecil. Ia selalu berkaitan antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Ia menyesuaikan diri, menelaah dan melihat lebih jauh bagaimana baiknya, bagaimana seharusnya, juga bagaimana harapannya. 

Harapan dari langkah yang satu, kemudian mengarah pada langkah berikutnya. Jalan yang satu mengarah pada jalan berikutnya. Perjuangan yang satu, mengarah pada perjuangan berikutnya. 

Pada setiap pilihan, ada Allah yang menentukan baiknya kemana. Bukan sekedar kita maunya A maka arahnya adalah A. Karena bisa jadi B, C atau D lebih baik untuk kita.

Jika fokusnya hanya pada pencapaian, hanya pada keinginan, maka akan sulit sekali menerima keputusan yang telah Allah tentukan. 

Namun jika fokusnya ada pada ikhtiar mencari ridhoNya, maka setiap perjuangan akan berbuah pada keikhlasan. 

Ya Allah, berikan ridho Mu kepada apa yang kami lakukan, dan tetapkan keridhoan pada hati kami atas setiap yang Engkau tetapkan. 

Aamiin. 

Minggu, 05 Desember 2021

 Sekali lagi,

Bagian terbaik yang bisa Allah berikan adalah berjuang. Untuk apapun, untuk segala hal yang telah Allah berikan kesempatannya.


Memang tapi tak berarti akhirnya berjuang adalah satu satunya karunia yang Allah beri dalam kehidupan. Karena ikhtiar seringkali disalahgunakan. Ia bisa menjadi tolak ukur keberhasilan yang akhirnya berujung kesedihan.


Menyedihkan bila ikhtiar terbaik dilakukan, namun akhirnya justru tak dapat didapatkan. Lalu dalam diri berkata, Allah tidak sayang kepada ku.


Lalu, sangat rugi seseorang yang berhasil, kemudian ia berkata, Allah sedang sayang pada ku. Atau yang lain lagi berkata, ini karena usaha usahaku belajar keras.


Bukankah segala sesuatunya berasal dari Allah?

Bukankan segala rahasia, yang Allah nyatakan atau sembunyikan, yang ia tampak jelas maupun tidak, semuanya benar-benar hanya dari Allah?


Bukankah keberhasilan akan menjadi sebuah kegagalan tanpa kesehatan? Lalu ditengah keberhasilan yang terpampang jelas, kemudian muncul rasa sombong dan tinggi hati, akhirnya Allah berikan sakit yang besar sehingga ia tidak mampu melanjutkan perjuangan lagi.


Semuanya mungkin, kan?


Khawatir sekali, takut sekali, bahkan hina sekali, apabila telah diberikan kesempatan lalu bersombong diri bahwa segalanya datang dari dirinya karena ikhtiar terbesar, ibadah terbanyak ataupun karena Allah sedang sayang.


Allah tetapkan segala sesuatu, karena itu baik untuk kita. Dan itu cukup. Karena Allah lebih tau. Kalaupun akhirnya takdirnya bergeser dari tidak menjadi ya, maka itu pula adalah kehendak Allah. Sesempurna dan seterbaik skenario Allah tanpa perlu kita minta.


Bahwa Allah tau, sedang kita tidak.


Maka lanjutkan berjuang, dengan hanya mengharap ridho Allah. Dengan hanya berdoa agar Allah hanya berikan yang terbaik. Dengan hanya berdoa agar apapun kehendakNya, semoga Allah ridho kepada kita dan kita pun ridho kepada Allah.


In syaa Allah... 

Sabtu, 04 Desember 2021

 Kalo dipikir pikir, 

Hidup itu selalu penuh dengan ujian.

Ujian tulis, ujian lisan, biasanya si itu. Dan gak jarang, setiap ujian itu akan mengantarkan pada bentuk kehidupan yang bisa jadi 100% berubah. Atau bahkan mengantarkan pada lokasi tempat kita berkontribusi sampai nanti Allah bilang cukup.


Saya percaya si bahwa Allah selalu akan mengantarkan pada kebaikan. Memberikan yang baik bahkan yang lebih baik lagi. Memang kitanya aja yang banyak mau. Ini itu pengen. Udah dapet yang dipengen, eh ada lagi yang dipengen. Atau udah dapet yang dipengen, eh abis itu ngeluh sama tempatnya wkwk.


Namanya juga manusia, Allah maklum, in syaa Allah.


Atau, kalo udah usaha, ini itu ikhtiar, eh ternyata gak didapet tu apa yang diinginkan, abis itu rasanya kaya dunia mau berakhir. Padahal sebenernya mah engga.


Gitu kan ya.


Kalo lagi waras, sebenernya bisa aja mikir begini. Kalo lagi waras, kalo lagi sadar kita ini cuma hamba. Kalo lagi menyadari gak bisa mengubah takdir selain dengan cara merayu Allah.


Ya kan.


Kalo muncul error nya,

Bye deh.

Bubar.


Sedih, patah hati, dll.

Sesedih itu.


Tapi Allah maklum, Allah sendiri kok yang bilang kalo manusia tempatnya berkeluh kesah.


Semaklum-maklumnya Allah, jangan sampe kita jadi keliatan kaya gak punya Tuhan. Coba deh, betapa jahatnya kita kalo merasa Allah baik jika hanya kita diberikan yang kita mau aja oleh Allah. Kalo Allah berikan sesuatu yang lain, yang lebih luar biasa diluar keinginan kita, kita merasa bahwa Allah gak sayang sama kita.


Padahal tadi, Allah selalu berikan yang terbaik.


Jadi, mari tetep berusaha, mari tetep berdoa, mari tetep berikhtiar, agar apapun yang Allah berikan, maka itu yang terbaik. Dan agar Allah ridho terhadap kita, Kita pun ridho terhadap Allah.


In syaa Allah, itu aja yang kita butuhkan di dunia ini. Hanya Allah, yang lainnya itu hanya fasilitas menuju Allah. Jadi, Allah hanya akan mendekatkan pada sesuatu yang mendekatkan kita pada Allah.


In syaa Allah 

Kamis, 02 Desember 2021

 Yang selalu saya simpan dalam hati dan hanya diketahui oleh orang orang yang Allah antarkan kepada blog ini, bahwa hari ini, akhirnya, setelah sekian lama menolak, mengusahakan, juga dikuatkan, didoakan, dan lain sebagainya.

Saya yang selalu khawatir, selalu takut akan masa depan, selalu mengkhawatirkan, selalu takut gagal, selalu ingin mencoba, selalu paham bahwa kelemahan adalah murni milik saya. Keegoisan selalu bersama saya, dan tidak sedikit yang akhirnya berujung pada air mata. Kesulitan bangun dari keterpurukan.

Overthinking, insecure, benar semua memang ada.
Senyum, tawa, dan juga obrolan masih terus bisa berjalan. Tapi kesadaran bahwa dibalik itu semua, saya gagal. Saya tidak berjuang dengan baik. Saya tidak sebaik orang lain. Saya lemah. Saya egois. Saya mau menang sendiri. 

Hal hal tersebut, ada. 
Bukan tidak ada, dia hanya tidak diperlihatkan secara nyata. 

Tapi saya yakin, semua orang merasakan hal yang sama dengan saya. Hanya saja, ada yang memilih untuk menunjukan, sebagiannya lagi memilih tidak.

Lalu saya?
Memilih jujur. 
Saya tidak baik-baik saja.
Bahkan setelah berdoa, setelah sholat, setelah berbuat baik, selalu ada perasaan sedih sedetik kemudian yang menunjukkan bahwa saya masih kurang, belum melakukan yang terbaik. 

Tapi kembali pada tujuan tulisan ini, bahwa ada ikhlas yang ingin saya kembali terapkan. 

Bersama kekhawatiran, maka saya lepaskan. 
Apa yang saya khawatirkan berbulan bulan ini. 
Tapi izinkan saya tetap berjuang, agar saya berhak mengatakan bahwa itu yang terbaik dari Allah. 

Kamu boleh memilikinya, ia yang juga kamu perjuangkan. Tapi saya juga berjuang, dengan ikhtiar keras, dengan doa doa, saya juga akan tetap berjuang. Tapi saya ikhlas jika itu takdir kamu...

Tapi ya Allah, izinkan saya tetap berjuang dengan ikhlas, untuk segalanya. Semoga dengan ini hati saya menjadi lapang. 
 Ada tidak, yang suka berdoa, bercerita, namun tetap perlu menulis juga. Karena rupanya, bagi sebagian manusia, melisankan sesuatu perlu dengan menuliskannya. Dan itu aku. 

Bahkan pada tahapan berdoa, dengan menuliskan, apa yang disampaikan menjadi lebih runut, lebih berurut, dan lebih detail apa yang ingin dicapai. Begitu juga dengan kekhawatiran.

Padahal Allah selalu ada, selalu mendengar, selalu melihat. 

Bagaimana menurutmu?

Selasa, 30 November 2021

 Kadang, setelah dipikir pikir, Allah memberikan yang terbaik bahkan dari cara Allah mengambil ayah kembali.


Ada, tidak sedikit orang yang kehilangan keluarga atau orang penting lainnya dengan cara yang tiba-tiba. Tapi Allah tau, bahwa ada pula, yang tidak sanggup melaluinya. Maka ujiannya adalah persiapan menuju kesana.


Tidak mudah memang, mendampingi yang sedang sakit. Tapi selama prosesnya, ada hati yang pelan pelan Allah kuatkan. Allah persiapkan agar nanti, ketika kehilangan salah satu ciptaanNya, tetap dapat bergantung sepenuhnya hanya kepadaNya.


Agar tetap, dalam hati, bahwa apapun keputusanNya, pasti baik. Agar segala bentuk kesedihan, mampu dikalahkan dengan segala bentuk ketaqwaan dan kekuatan. Karena Allah.


Bahwa kehilangan secara tiba-tiba, pasti sulit. Berat. Dan tidak menutup kemungkinan akhirnya hilang arah.


Satu lagi, akhirnya,.

Entah apakah salah bersyukur karena Allah berikan "yang termudah" agar saya mampu melaluinya.


Bukankah Allah Maha Baik?


Bahkan, dipikir pikir, selalu.

Ketika kaki gemetar membuka pintu ruang ICU, Allah berikan pertanda naik turunnya perut ayah. Allah tunjukan, bahwa ayah "masih ada" walaupun tak lagi "ada."


Lalu, hanya selang beberapa jam, setelah semuanya selesai, hadir, Allah panggil diwaktu terbaik.


Bukankah Allah Maha Baik?


Allah tidak ambil ayah ketika anaknya ini sendirian di rumah sakit. Tapi Allah ambil ayah, tepat ketika anak anak, istri, kakak dan keponakan ayah sudah ada di rumah sakit.


Juga, Allah Maha Baik.

Betapa banyak hal yang perlu diurus bahkan di rumah sakit saja, tapi Allah hadirkan sepupu dan sodara sodara lainnya yang juga siap membantu mengurus kepulangan ayah ke rumah, juga ke tempat ayah terakhir.


Kalau dipikir pikir, banyak sekali kemudahan bersamanya.


Yah, gimana kondisinya?

Yah, doain ya, 

Yah, aku mau ujian.

Yah, aku mau berangkat, anterin dong.

Yah, anterin aku ke tol dong.

Yah, udah makan?

Ayah ngapain si.

Ayah lagi ngapain?

Ih ayah bawa apaaaa.

Yah, kupasin buah dong.

Yah, aku belom makan.

Yah, martabak enak kali ya.

Yah cobain masakan aku 😂

Gausah yah, aku sendiri aja.

Yah, aku gabisaaa, bikinin ini yaah

Ih ayah ih

Lah ayah 😂

Yaampun ayaaaah



I miss you a lot.

Semoga kita bisa ketemu di surga Allah nanti ya Yah, 💕

Senin, 15 November 2021

 Bagian terbaiknya barangkali adalah masih diizinkan berjuang oleh Allah. Mengenai siapa yang paling kuat ikhtiarnya. Ikhtiar langit dan bumi. Menyapa Yang maha Kuasa pada setiap waktunya.

Boleh jadi apa yang tidak diharapkan sudah di depan mata, tapi tentu kekhawatiran tetap akan ada bersamanya. Lalu ia akan terjawab tenang bersama doa-doa.

Bahwa manusia hanya manusia sampai pada tahap perencanaan segalanya. Eksekusi, aktualisasi, realisasi, semua adalah aturan yang tidak main - main diatur langsung olehNya.

Maka,apapun hasilnya, boleh jadi kamu menyukai sesuatu pada hal itu buruk untukmu dan boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik untukmu. 

Bagian terbaik lainnya, bukankah rahasia cerita hidup yang dibuat olehNya menjadi satu moment perjuangan tanpa akhir yang tidak boleh diabaikan?

Mohon maaf sudah meragu, bahwa hati manusia hanya akan tergerak oleh apa yang sudah direncanakan. Sampai Allah ilhami jawaban bahwa segala sesuatu, terjadi karena kehendakNya.

Dan, apapun itu, pasti selalu terbaik dariNya.

Mari memulai dengan ikhlas. 

Kamis, 04 November 2021

Ternyata gue yang terakhir kali ketemu ayah ketika ayah menuju gak ada.

Gak kepikiran apapun si selain bilang terimakasih dan ayah bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang dan mudah, jangan merasa kesulitan, kita semua akan nungguin ayah.

Kok bisa ya saat itu tidak menangis sama sekali sedangkan sekarang ketika mengingat kembali justru airmata gabisa berenti 😂

Kalo lagi keingetan, bahkan tilawah pun gak sanggup bersuara

Nyari sesuatu yang bisa dishare biar tenang,

Abis doain justru malah makin merasa kehilangan

Bahkan sampe sekarang, kehilangan ayah gak pernah jadi sesuatu hal yang pernah dibayangkan.

What if...

Senin, 25 Oktober 2021

 Bukannya rindu itu normal?
Iya jadi tidak normal hanya karena merindukan orang yang jauh disana, yang sudah beda alam. Atau sebenarnya itu hanya normal, asalkan tidak diikuti dengan pemaksaan untuk segera bertemu.

Tapi anehnya, 
Ternyata, 
Bersama dengan diskusi para anak yatim - yang perempuan - kami menyadari bahwa kekosongan itu benar-benar tidak bisa dihilangkan. Bukannya semakin terbiasa dengan ketidakberadaannya, justru malah kerinduan terasa lebih lebih lebih nyata dan kekosongan terasa lebih lebih lebih real.

Kadang, masih sering memikirkan, 
Ah iya, ayah udah gak ada. 

Atau ketika di rumah sendirian, 
Ah iya, ayah udah gak ada.

Ketika pulang ke rumah di bukan jam sholat lalu menemukan tidak ada siapapun di rumah,
Ah iya, ayah udah gak ada. 

Kadang, sampai menangis. 
Kadang, hanya bersedih.
Kadang, hanya mampu menghembuskan nafas. 

Bagaimana bisa, seseorang yang dulu ada, sekarang tidak lagi ada. Seseorang yang selalu terlihat, tidak lagi bisa dilihat. Seseorang yang apabila ia ada pun tidak ada interaksi yang besar dan banyak. Namun tetap berhasil dirindukan. 

Ah bagaimana mungkin. 
Sedihnya, 
Tidak ada lagi seseorang yang dengan cerianya bisa dipanggil Ayah. 
Sekarang justru menjadi seseorang yang kehadirannya dipikiran membawa pada air mata. 

Ah bukan kah itu menyedihkan?
Dan kadang, sesekali, ketika kebahagiaan datang, muncul sebuah pertanyaan,

"apakah pantas untuk berbahagia sedangkan ayah tak lagi ada?"
"apakah boleh banyak tertawa sedangkan ayah tak lagi dapat diajak bicara?"

Sedih memang, tapi hidup terus berlanjut, dan merindukan ayah bukan sesuatu yang bisa diatur. 

Jumat, 15 Oktober 2021

 Allah itu, gak selalu kita mengerti dan pahami makna bahasa cintaNya. Karena manusia seringkali hanya hidup untuk masa sekarang. Sedangkan Allah berbahasa untuk setiap zona waktu yang ada.

Sekarang, kita bisa lihat bahwa ada hal hal yang menyakitkan, tapi besok lusa ternyata membawa berkah. Atau kemarin kita bahagia karena satu hal, tapi besok justru menyedihkan. Ini, bisa jadi, karena pengetahuan manusia terbatas. Dan perasaan tidak ada yang abadi, sedangkan Allah maha mengetahui.

Tidak mudah memang, mengakui bahwa Allah yang maha mengatur segalanya, lebih tau tentang diri kita. Terlebih karena apa yang membuat kita bahagia sekarang seringkali dipandang sebagai sesuatu yang membahagiakan selamanya. Padahal, besok besok tidak.

Lucu kan?

Penguasaan zona waktu sekarang manusia inilah yang seringkali membuat bahasa takdir Allah sulit terbaca. Jadi, seringkali perlu refleksi mendalam terhadap kejadian yang satu dengan kejadian yang lainnya. Melihat pola, sebab akibat, kekurangan dan kelebihan serta hal hal yang tidak terbaca lainnya diwaktu sekarang saat kejadian tersebut terjadi. 

Jika berhasil, maka bahasa cinta Allah akan lebih mudah sedikit sedikit dipahami. Bisa saja dengan cara yang luar biasa seperti tiba-tiba terilhami atau bahkan dengan renungan panjang panjang sampai pada tahapan, apa ya makna bahasa takdir Allah yang ini?

Kalau masih sulit, tidak apa-apa. Ternyata dalam Al Quran sudah secara jelas ditukis, bisa jadi kita menyukai sesuatu padahal itu tidak baik untuk kita dan bisa jadi kita tidak menyukai sesuatu padahal itu baik untuk kita.

Tau darimana kita bahwa itu baik atau tidak untuk kita tanpa kita merasakan secara langsung? Bukankah harus didapatkan dulu atau ditolak dulu?

Nah itu, bahasa cinta dan juga bahasa takdir Allah.

Bukan untuk dibaca dan dipahami oleh mereka yang mengaku beriman tapi tidak mau diuji. Bukan untuk mereka yang mengaku hambaNya tapi mengabaikan kewajiban padaNya.

Lantas, sudah seberapa banyak kita coba memahami bahasa bahasa cintaNya?

Atau, gini deh, sebelum jauh jauh memahami bahasa cintaNya.

Sudah sejauh apa berkomunikasi denganNya? Seberapa sering? 

Kamis, 07 Oktober 2021

Kembali Memulai, dengan ikhlas.

 Perjuangan itu bisa dimulai dari mengikhlaskan, dengan sadar. Bahwa tak selamanya ikhtiar yang membawa angan tercapai, namun doa doa. Bukan juga doa-doa yang kita lantunkan, bahkan disepertiga malam terakhir penuh dengan air mata.


Bisa jadi, apa yang diperjuangkan kemudian berhasil didapatkan justru karena keikhlasan. Ikhlas membantu tanpa ada harap kebaikan berbalik. Ikhlas menerima hal yang kenyataannya berat namun karena kesabaran justru Allah balas berlipat. Ikhlas, yang tanpa sadar karena sudah dilakukan berulang, akhirnya hanya terjadi saja.


Hanya ikhlas, tanpa mengusahakan ikhlas.


Ikhlas yang terbiasa, yang akhirnya tidak sadar bahwa kita sedang mengikhlaskan sesuatu.


Dan kembali, perjuangan yang dimulai dengan keikhlasan, maka ridho dan cita hanya akan mengarah kepada Sang Maha.


Apapun, katanya, apabila itu baik bagi agamanya, bagi kehidupannya, bagi Tuhannya, dan bahkan bisa membuat dia lebih dekat dengan Tuhannya, maka ia akan memperjuangkan dengan ikhlas.


Namun apabila sebaliknya, bahkan ia akan tetap berjuang dengan ikhlas. Karena ia tau, hasil akhir adalah tugas Tuhannya. Baginya, baik atau tidak, hanya Tuhannya yang tau. Dan dia hanya berusaha dengan ikhlas.


Maka, kali ini mari kita berjuang kembali, dengan ikhlas. Tanpa khawatir hasil akhir, karena itu bukan urusan kita. Mari lakukan yang terbaik walaupun insecurity itu hadir, walaupun overthinking itu menyapa, walaupun airmata mengalir.


Tak apa, kita lanjutkan saja perjuangan, sampai selesai, sampai nanti Tuhan yang putuskan. Apakah itu untukmu atau untuknya.

Sabtu, 21 Agustus 2021

 Malam ini, setelah sedikit buka Instagram dan twitter, rupanya jari jari mengajak sedikit kembali membuka facebook. Sepertinya media sosial telah menjadi tempat yang baik untuk menunjukan betapa seorang Husna bertumbuh besar.

Entah terimakasih atau apa ya?

Jadi ingat, betapa mudahnya mencari informasi tentang husna. Betapa jujurnya husna di media sosial tentang dirinya, tentang apa yang dia kerjakan dan tentang apa yang dia khawatirkan.

Mengingat kembali, ternyata blog ini pun sudah berisikan tulisan sejak 2009. Terima kasih telah banyak menulis. Walaupun sering kali hanya beberapa bulan sekali. Atau beberapa kali sehari.

Kadang tulisannya banyak yang baca, yang lainnya hanya satu dua. Semua ternyata bisa dilihat.

Tapi, yang paling banyak rupanya tentang review drama atau film hehehe. Kedua tentang patah hati, berikutnya tergantung mana yang diposting di story hehe.

Setiap tulisan pasti ada pembacanya. Mungkin tulisan itu juga untuk husna sendiri yang akan membacanya bertahun tahun kemudian.

Kenapa ya masa lalu begitu menyenangkan untuk dikenang? :D

Padahal dilain waktu, tiba-tiba merasa bodoh telah melakukan hal yang memalukan. Tapi mari tidak menyesal. Bukankan penyesalan itu sesuatu yang sangat menakutkan?

Ah ya,
Terimakasih telah mengikuti dan membaca. Kadang menulis begitu menyenangkan. Walau hanya sekedar menceritakan. Tidak peduli siapa nanti yang akan baca. Atau seperti apa gaya bahasanya. 

Yang penting tulisan ini terus ada, dan yang menulis akan baik-baik saja.

Terimakasih banyak masa lalu dan semua kenangan! 

Sabtu, 07 Agustus 2021

Apa Nanti Masih tetep bisa bilang Alhamdulillah?

 Saat ayah masuk rumah sakit, langsung keinget temen yang lebih dulu ditinggal orangtuanya. Ayah sakitnya cukup parah, jadi pikiran negatif selalu datang. Bahkan baru dihari kedua. Saat itu langsung keinget banget betapa pernah ngingetin temen untuk kuat, sabar dan banyak-banyak doain orangtuanya.

Apa saya bisa melakukan hal yang sama?

Akhirnya tiba juga giliran gue, gitu saat itu mikirnya.
Memang, yang didoakan selalu agar ayah sehat, agar ayah bisa pulang dengan sedia kala. Sehat seperti biasa, melakukan apapun yang ayah suka di rumah. Saat itu harapannya begitu. Tapi dua mingguan di rumah sakit, ayah di ICU aja, rasanya pasti jenuh. Ayah jenuh. Kita juga nanya terus kira-kira kapan ayah bisa diruang rawat biasa biar kita bisa ketemu, nemenin.

Akhirnya tiba juga waktunya, ayah diizinin pindah ke ruang rawat biasa. Terus, dari awal ayah keluar ICU sampe ayah masuk ruang rawat biasa, doanya berubah. Kita seneng ketemu ayah, seneeeeng banget. Tapi apa ya?

Saat itu saya ngobrol sama orang-orang yang kehilangan orangtuanya. Terus ada yang bilang, 
“Saya gatau ya bu husna ini bener apa engga. Tapi kita bisa ngerasain kalo orang itu udah mau pergi.” Saya juga banyak belajar tentang bagaimana saya harus bersikap nanti kalo terjadi hal terburuk. Saya tanya gimana perasaannya kehilangan orangtua. Dan lainlainnya. Saya bersiap siap banget.

Doanya berubah,
Kita semua gak tega ngeliat ayah kesakitan,  susah nafas, kurus dan segala hal yang mungkin akhirnya sadar barangkali waktunya ayah udah tiba. 
Alhamdulillah pakde bude sodara-sodara semua positif terus pikirannya, tapi saat itu saya ngoobrol sama ayah dan, “yah maafin aku ya.” Terus ayah bilang, “iya gapapa, namanya keluarga hubungan orangtua dan anak berantem ya biasa.” Tapi saat itu udah gabisa berkata-kata lagi. Akhirnya cuma nangis, untung pake masker hehehe.

Dihari-hari awal ayah di ruang rawat biasa, lebih banyak tentang persiapan menuju kesana. Ayah pun bilang, ayah udah ikhlas kalo Allah mau ngambil sekarang. Gitu kata ayah. Dan gak ada yang bisa jawab, semua cuma diem. Tapi alhamdulillah kita semua menyampaikan apa yang perlu disampaikan.

Sampe akhirnya ayah balik ke ICU lagi dan dokter bilang keluarga harus siap resiko kehilangan ayah. Gue saat itu berpikir, apapun yang terbaik menurut Allah, ayah pulang sehat atau ketetapan Allah yang lain.

Tapi, apakah nanti masih bisa bilang Alhamdulillah?

Alhamdulillah biasa diucapkan ketika kita bersyukur, tapi nanti ketika ayah gak ada, apa masih bisa bilang alhamdulillah?

Semuanya campur aduk. Kita masih berdoa supaya ayah sembuh dan bisa pulang, tapi kita juga gamau ayah lebih lama kesakitan lagi. Sampai akhirnya sehari sebelum ayah gak ada, dokter udah ngasih tau kesadaran ayah rendah, udah tinggal nunggu waktunya aja. Hari itu hujan deres. 

Sorenya, ibu sama ka ibah pulang ke rumah, gue ke kosan.
Saat itu, gue mikir, kalo nanti gue dihubungi ICU, gue harus ngapain.

Malemnya ka ana ngechat, ngasih tau kalo kesadaran ayah udah rendah itu, kata temennya yang ners udah tinggal nunggu waktu aja. Karena ayah udah ada diposisi kritis.

Akhirnya, gue putuskan buat tidur setelah baca itu. Sambil mikir, gue harus ngapain kalo nanti dihubungi ICU.

Dan bener, jam 23.30 gue ditelepon ICU. Disuruh kesana. 

Gue tau, gue gak akan balik ke kosan untuk leyeh leyeh atau ngambil barang, jadi gue bawa semua barang berharga, gue kesana naik motor, dan saat itu badan gemeteran parah. Gue udah siap dengan worst case.
Dari parkiran sampe ke ICU, gue bilang ke diri sendiri, “kita udah latihan na, lu udah sering mikirin apa yang akan dilakukan saat ini terjadi.” Gue nguatin diri sendiri.

Ah. Ayah masih ada.

Perutnya masih naik turun, berarti masih nafas. Dokter ngizinin masuk, ngejelasin kondisi ayah tentang udah gak ada respon sama sekali, lambungnya udah rusak, makanan gada yang bisa masuk, dipanggil gak respon, dicubit, mata dllnya udah gada respon sama sekali. Gue cuma ngangguk ngangguk. Gue harus kuat.

Gue izin ketemu ayah sebentar,  gue pegang, ayah panas banget badannya. Demam. Dokter juga ngompres gitu. Akhirnya gue bilang, “assalamu’alaykum ayah.” Tiga kali. Ayah gak jawab. Itu pertama kalinya ayah dipanggil gak respon. Gue lebih sedih karena ayah gabisa respon gue lagi.  Akhirnya gue bilang makasih udah jadi ayahnya husna, ka ibah, ka ana, adek, makasih banyak. Terus gue bilang kalo gue gak akan balik ke kosan, gue akan stand by di rs, jadi ayah jangan khawatir, kita ada terus kok deket ayah.

Habis itu diminta ttd bukti sudah diedukasi dokter terus keluar. 

Selanjutnya gue hubungi semua orang yang perlu dihubungi. Dan pada dateng semua. Pakde, ibu, ka ibah, ade, sepupu. Setelah itu gue ke masjid, sholat, minta dikuatin sama Allah. Terus duduk duduk di tempat nunggu di deket ICU. Sampe semua pada dateng. 

Jam 1.40 kayanya dokter manggil keluarga saiful amir.
Cuma ibu yang boleh masuk ke dalem ICU. Ibu doang yang ngeliat ayah kakinya dingin tapi mukanya masih panas. Setelah itu dokter ngasih tau kalo ayah udah gak ada.

Ibu keluar ICU dan nangis, ah iya. Ayah udah gak ada.

Apa masih bisa bilang alhamdulillah?

Akhirnya, gue buat broadcast, gue kirim kemana-mana. Iya, gue bilang alhamdulillah. Maa qodarullah khoir. 

Alhamdulillah, gue masih bisa bilang alhamdulillah.
Gue bahkan berterimakasih karena Allah menguatkan agar gue gak nangis. Sampe semua orang bilang kuat banget. Ya Allah, itu adalah sesuatu yang sangat gue syukuri. Gue takut gabisa terima takdir Allah, tapi ketika gue gak nangis sama sekali, alhamdulillah gue bersyukur. Walauupun akhirnya malemnya nangis wkwk. 

Sabtu, 26 Juni 2021

 Sebenernya,
Dari awal masuk ICU ah engga, dari awal di IGD, dokter memang sudah memberikan informasi tentang kemungkinan ayah gak ada.

Tapi ketika ayah masuk ICU lagi terakhir,
Rasanya semuanya jadi lebih nyata.

Mungkin juga karena gak sedikit orang orang yang nunggu pasien di ICU yang akhirnya jadi saling ngobrol. Saling sharing penyakit yang diderita, siapa sakit apa, nungguin siapa, berapa lama, apa tindakannya.

Di malam ayah masuk ICU lagi, bahkan kita ketemu ibu ibu yang lagi cari darah untuk suaminya. Sekitar jam 23.30 malam.

Malam itu, ditengah kondisi ayah baru dipasang ventilator, kita bersyukur bahwa ayah gak perlu dicarikan darah.

Selama ayah sakit dan dengan segala kondisinya serta usaha seluruh keluarga besar,
Gue berfikir,

"muslim memang sehebat ibu. Diberikan ujian dia bersabar, diberikan nikmat dia bersyukur."

Ternyata, bahkan ditengah ujian pun selalu ada hal yang membuat bersyukur yang kadang ngebuat mikir, salah gak ya bersyukurnya? Hahaha.

Karena memang, apapun kondisinya, gue sama ibu sering banget ngobrol," alhamdulillah ya bu, aku bisa ngekos jadi gak perlu bolak balik ke rumah" "alhamdulillah ya bu, kita nunggu ayah dapet bed ICU gak sampe berhari hari." "alhamdulillah ya bu lagi PJJ jadi kita bisa nemenin ayah walaupun gak di samping langsung."

Segala hal yang bahkan, ketika ayah gak ada, kita juga bersyukur karena semua serba dimudahkan. Alhamdulillah.

Bahkan sampai ketika ayah baru sampe rumah, jemaah masjid An Nur tempat ayah biasa sholat jamaah udah menekankan banget kalo ayah harus disholatkan disana. Mereka minta, dengan tegas.

Alhamdulillah ya Allah.
Ditengah kesedihan yang mendalam, sesungguhnya hikmah dibalik ini semua amaaaaat banyak.

Terlebih lagi, semua orang yang peduli dengan ayah melalui ibu, gue, kakak kakak ataupun adek. Semuanya. Doa doanya.

Ma syaa Allah, makasi banyakkkk atas doa doanya.
Pokoknya apapun yang penting doanya untuk ayah semoga bahagianya lengkap sampai surga 💕

Rabu, 23 Juni 2021

 Random thoughts.

Waktu itu lagi mikirin ayah, apalagi ya kan yang bisa dilakukan selain doa, minta sama Allah agar ayah selalu dalam kondisi terbaik, dijauhkan dari siksa kubur, dimudahkan segala urusannya, diberikan cahaya, diberikan kenikmatan sampai hari kebangkitan.
Segala bentuk doa, ganti ganti, diucapkan.

Sampai, ada satu waktu, yang akhirnya kepikiran juga.

Nanti kan gue bakalan nyusul ayah juga ya, terus yang doain gue siapa? Kalo punya anak, dan anaknya sholeh sholehah tentu ini akan jadi amal jariyah. Tapi kalo anaknya meninggal juga, terus yang doain gue siapa? Yang doain ayah gue siapa?

Ah iya, gue aja jarang doain kakek nenek dan mbah  mbah gue.
Lah, terus yang doain orangtuanya kakek nenek dan mbah mbah gue siapa?
Terus yang doain orangtua orangtuanya orangtuanya lagi siapa?

Yaampun.
Seketika gue bingung harus doa seperti apa, akhirnya terlisankanlah, ya Allah ampuni kakek nenek, mbah, buyut buyut saya semuanya (kalo ada yang tau doanya sesuai hadits boleh info). Juga doanya nabi Ibrahim, yang di surat al furqon tentang agar anak keturunannya menjadi orang yang mendirikan sholat.


Terus maksudnya apa na mikirin ginian?
😂

Kematian itu deket sekali, apalagi corona gini, jadi mempersiapkan kematian itu harus banget. Terlebih lagi buat di alam kubur nanti. Kan belum tentu ya setelah di kubur besok kiamat jadi gak perlu lama lama dikuburannya. Cuma kan kita gatau kapan kiamatnya. Dan gak tau apa yang akan terjadi di alam sana.

Penting banget berdoa dijauhkan dari siksa kubur tuh. Dan mempersiapkan apa apa yang ada di dalamnya, apa yang nanti mau "dibawa" kesana.

Kan gak ada lain selain amal jariyah kan? Ada hadits nya nih.

Nah makanya, gue mau sharing sharing, pentingnya ziswaf 😁

Apapun yang pahalanya mengalir terus walaupun kita udah gak hidup di dunia.

Gue sering nemu di Instagram tentang wakaf sumur, bangun masjid, wakaf pesantren bahkan dompet dhuafa ada wakaf surat berharga kalo gak salah.

Gimana caranya wakaf wakaf gitu?

Gampang banget asli, tinggal transfer aja. Macem top up ovo. Sambil doa semoga Allah terima amal kita. Dan doa juga semoga itu jadi amal jariyah kita.

Gak harus sejuta lagi, 50rb bisa. Ada juga wakaf qur'an 100rb. Ya Allah mudah banget sekarang tu buat ibadah.

Bahkan bisa wakaf atas nama orang lain, kaya mau nama orang tua atau siapapun.

Ini sebenernya buat kita kita juga ya, just remember that we're going to go back to Allah. Jadi sebaiknya persiapkan sambil doa yang banyak semoga Allah sayang sama kita dan menempatkan kita jauh dari siksa dan azabnya. Aamiin. 

Rabu, 14 April 2021

 Kalau bisa memilih, menjadi selain manusia, kira kira makhluk Allah yang mana yang akan jadi pilihan?

Pertanyaan seperti itu, banyak sekali muncul di drama drama. Keyakinan tentang reinkarnasi terutama. Juga hal hal yang membuat tokoh didrama itu sadar bahwa ternyata hidup tidak mudah.

Memang agak lucu, berandai andai tidak jadi manusia seperti jadi hiburan singkat.

Kalo gue mau jadi apa ya?

Disalah satu drama, ada yang mengatakan bahwa ia ingin jadi pohon, di rumah kekasihnya. Agar dia tidak perlu kehilangan orang yang dia sayang. Dan dia tau dimana harus menunggu kedatangan kekasihnya tersebut.

Wah ~
Mau dibilang romantis tapi otak gue gak nyampe 😂

Memang jadi manusia itu sulit ya.
Pilihan untuk berbuat baik atau menuruti hawa nafsu itu yang susah. Yaaa kalo ujian ujian mah dateng aja, tapi pasti bisa kehandle. Sejauh ini belom ada si manusia yang punya masalah sampe akhirnya mengakhiri hidupnya karena masalah itu. 

Ada sih.

Tapi balik lagi, itu pilihan gak sih?
Barangkali karena kita punya pilihan makanya kita lebih mulia daripada malaikat yang diciptakan hanya untuk beribadah.

Karena kita punya pilihan mau taat atau khianat.
Mau ibadah atau menuruti hawa nafsu. 
Dan orang orang yang beruntung adalah mereka yang memilih Allah dan RasulNya.

Jadi kira kira kalo ada pilihan gak jadi manusia, akan memilih jadi apa?

Orang orang kafir - kata Al Qur'an - berandai andai saat do neraka, kalo aja mereka tidak dilahirkan sebagai manusia.

Karena ternyata pilihan yang telah Allah berikan di dunia justru mengantarkannya pada neraka. Pada ketidakpercayaan pada yang Esa. Ini nih yang menyeramkan.

Sayangnya,
Kita gak punya pilihan selain menjalani hidup sebagai manusia. Melanjutkan apa yang sudah Allah berikan. Susah si emang, banget. 

Cuma ya gitu ya,
Sesusah susahnya, kita punya panduan, punya orang yang akan saling mengingatkan, punya Allah yang menjaga hati asalkan kita minta penguatan hanya dariNya.

Jadi, lepas dari semua drama drama,
Kita memang manusia, makhluk yang paling mulia, yang nanti ketika di surga kita lebih indah daripada Bidadari Nya 😊

Selasa, 13 April 2021

Hari Pertama, tahun kedua.

 
Day #1 Ramadhan
Ini hari pertama, ramadhan kedua, di tengah tahun kedua pandemi.
Banyak sekali yang terjadi, seperti era new normal yang semakin akrab, berkumpul tidak lagi takut takut, tempat wisata, jalan jalan, mall mall, sudah dibuka dengan harapan ekonomi kembali membaik dan kita bisa hidup berdampingan bersama corona.
Tujuannya seperti itu.
Vaksin sedang digalakan, orang yang bepergian jauh wajib tes lebih dulu. Segala ikhtiar dilakukan sebagai usaha pencegahan menyebarluasnya virus ini.
Sudah memasuki tahun kedua kita lebih banyak di rumah. Bagi yang pekerjaannya memungkinkan untuk bekerja dari rumah.
Sudah memasuki tahun kedua juga, orang orang struggle dengan pekerjaannya.
Sudah memasuki tahun kedua, para tenaga kesehatan lebih lama di rumah sakit daripada di rumah.
Sudah memasuki tahun kedua dan kita masih hidup sampai saat ini, setidaknya ketika saya menulis ini dan ketika kalian membacanya.
Mari berefleksi, apakah kesempatan yang Allah berikan telah kita manfaatkan dengan baik?
Apakah kemudian kita lebih banyak mengembangkan diri daripada menjadikannya sebagai kesempatan untuk beristirahat panjang tanpa akhir?
Maka benarlah, setiap kalimat pembuka para mc/moderator / pembawa acara. Bahwa nikmat sehat adalah nikmat yang mahal. Yang selalu perlu disyukuri terus menerus.
Begitu kira kira.
Dihari pertama ramadhan ini,
Mari kita berniat agar kita mendapatkan ampunan yang banyak dari Allah.
Agar kita menjadi hambaNya yang menang, yang mendapatkan ridho berbonus surgaNya.
Aamiin aamiin, in syaa Allah.

Selasa, 06 April 2021

Handle with Care - Jodi Picoult


Buku ini...

Lebih break my heart,
Gue pernah belajar tentang empathy, dan sebenernya merasa lebih baik ketika kita merasa lebih baik daripada orang lain memiliki istilah sendiri - silakan baca tesis gue._.

Buku ini, dengan jahatnya membuat gue bersyukur bahwa gue lahir dalam keadaan normal, baik baik saja dan bersyukur dengan seluruh lingkungan, keluarga, teman-teman bahkan sekedar orang yang gue liat, dalam kondisi yang serba baik. Walaupun mungkin dalam diri masing masing kita hancur.

Tapi, setidaknya, walaupun tidak ada yang baik-baik saja, kita cukup beruntung dan harusnya pandai bersyukur ketika kita dilahirkan dengan fisik yang lengkap.

Ini tentang willow, yang lahir dengan osteogenesis imperfecta. 

Apa itu? Sesuatu yang bahkan tidak pernah kita bayangkan untuk mendengar istilahnya, tapi penyakit ini ada dan langka. Sebuah penyakit bawaan yang tidak bisa dilakukan apapun tentangnya.

OI, singkatannya terdiri dari beberapa jenis. Yang paling ringan, menyebabkan kau akan mematahkan ratusan tulang dalam rentang waktu singkat. Yang paling parah kematian.

Pertanyaannya, ketika, kau hamil, atau istrimu, kakakmu, adikmu, tetanggamu, temanmu atau hanya seseorang yang kau kenal, ketika melakukan usg terhadap bayinya, kemudian terlihat bahwa bayinya mengidap OI, pertanyaannya, akankah kau mempertahankan bayi itu? Atau opsi berikutnya, menggugurkannya?

Semua pilihan yang sulit.
Bahkan ketika akhirnya bayi itu lahir, dia mampu bertahan hidup, tidak ada asuransi apapun yang memenuhi semua kebutuhan si bayi.


Sampai, akhirnya ibunya willow memutuskan untuk mengajukan gugatan pada sahabatnya yang sekaligus adalah dokter kandungannya.

Malpraktik kelahiran.
Istilah apalagi ini?

Novel ini benar-benar penuh emosi. Tidak ada satupun yang tidak menguras emosi. Bahkan buku lebih dari 600 halaman ini, pada suatu malam, mengantarkan gue pada willow. Bayi pengida OI yang sebenarnya sudah berusia enam tahun namun terlihat seperti ukuran anak 3 tahun.

Tentang langkahnya perlahan yang takut takut melangkah ke tangga. Tentang dia yang berharap agar ibunya tidak membuangnya. Willow sangat raput, bahkan bergeser ditempat tidurnya bisa membuat tulangnya hancur.

Ini sulit sekali. Bahkan untuk membacanya saja sangat sangat sulit. Apalagi untuk tidak terlibat secara emosional.

Bagaimana, jika, si ibu harus berpura-pura tidak menginginkan willow ketika mengajukan gugatan ke dokter sekaligus sahabatnya itu?
Bagaimana perasaan willow?

Bagaimana lagi, perasaan suaminya ketika dia akhirnya merasa istrinya sudah gila karena tidak menginginkan anaknya.

Atau, anak perempuannya yang satu lagi, yang membenci segala kondisi sampai mengidap bulimia, menyayat tangannya dan berubah menjadi klepto. Mengambil barang orang yang tidak bermanfaat.

Novel ini terlalu emosional, dan Jodi Picoult menulis ini dengan baik - untuk menghindari kata sempurna.

Gue rasa ini review teremosional.
Dan buku ini terlalu bagus untuk buku murah yang dibeli di gramedia hampir tiga tahun lalu. Mohon maaf baru sekarang bisa terbaca.

Buku ini mengantarkan pada pemahaman tentang kehidupan keluarga yang tidak mudah, tentang saling bertahan walaupun situasi sulit. Tentang menjadi dewasa ketika usiamu bahkan masih lima tahun? Atau 12 tahun untuk Amalia.

Tentang sahabatmu yang tiba-tiba menggugat? Tentang suami yang tiba-tiba tidak lagi mengenali istrinya?

Tapi ini, tentu saja tentang ibu yang ingin segalanya baik-baik saja dan lebih baik lagi kedepannya untuk putrinya sendiri. Ini tentang itu, dan...

Terkadang kau harus jadi manusia yang buruk demi menjadi ibu yang baik. 


 

Rabu, 17 Maret 2021

Agar Bidadari Cemburu Padamu - Salim A Fillah

 

Buku ini bekas, dibeli tahun 2019 waktu ada senior di sejarah UI jual jualin bukunya. Katanya, daripada dipendem di lemari mending dijualin dan hasil jualannya akan disumbangkan kemana ya...lupa.


Pas banget, pengen baca buku ini, tapi belum ada yang minjemin. Akhirnya kebelilah beberapa buku dengan harga yang sangat minimal, lupa berapa. 


Buku ini terbit lama, kayanya pas masih SD. Tapi baru dibaca beberapa minggu lalu. Karena baru meluangkan waktu aja buat ngebacanya.


Ustadz Salim, selalu gitu ya, tulisannya. Penuh hikmah dari shiroh. Bahasanya sastra, untaian katanya tidak terduga, pengibaratannya luar biasa tak pernah disangka. Indah.


Buku ini, layak, sangat layak, dibaca oleh setiap perempuan. Siswi, mahasiswi, istri, mami mami atau yang masih sendiri.


Banyak sekali, pengingat, bahwa Islam datang dengan syariat yang memuliakan perempuan. Sayang, hari ini banyak sekali yang justru memandang Islam mengecilkan peran perempuan. 


Padahal, ada sangat banyak sekali hal hal yang pada masa romawi, Yunani, arab jahiliyah, mesir kuno, bahkan sampai masa dark ages juga renaissance Eropa, mereka sangat tidak memuliakan perempuan.


Lalu Rasulullah hadir dengan Al Quran dan pemuliaannya pada perempuan. Pembatasan poligami hanya 4, sebelumnya tidak diatur. Hukum waris yang sepersekian, sebelumnya perempuan malah tidak dapat warisan.


Bukan bukan, kita perlu memahami sesuai konteks zamannya. Dan sampai hari ini Islam masih relevan. Bahkan sampai kiamat. Akan selalu ada hikmah dibalik alasan persaksian perempuan harus dua orang untuk menggantikan satu orang laki-laki. Ada hikmahnya pasti kenapa Allah mengizinkan memiliki istri empat walaupun pasti berat bagi setiap hati.


Kita hanya perlu banyak banyak belajar untuk memahami jika belum mampu taat seperti para sahabat. Orang orang yang ketika datang syariat langsung mengerjakan tanpa bertanya kenapa 😊


Ah ya, 

Perempuan sholihah, tentu jauh lebih menarik - di surga - dibandingkan bidadari yang banyak itu. Jadi, jangan khawatir kalo nanti laki-laki dapat banyak bidadari. Kita, in syaa Allah, akan selalu lebih indah. 


Ya belom tau juga si, tapi nanti di surga kita cerita cerita ya 🤭


Semoga,

Kita semua jadi orang orang yang dirindukan surga dan membuat bidadari cemburu 😊

Sabtu, 13 Maret 2021

Nafsu

 Sejatinya, kita semua paham betul bahwa yang baik adalah baik dan yang salah adalah salah. Hati kita, entah bagaimana, dapat mengetahui apakah yang kita lakukan baik atau tidak. Dan memang, fitrah Allah, hati kita diciptakan dalam keadaan baik.

Pun juga, pada salah satu dialognya dibuku Sang Pangeran dan janissary terakhir , Pangeran Diponegoro menyampaikan bahwa dosa adalah apa apa yang hati kita gelisah dalam melakukannya. Barangkali ia boleh dilakukan, namun hati kita merasa resah ketika kita melakukannya.

Dan nafsu, tentulah tidak semuanya salah dan tidak semuanya bernilai tanpa manfaat. Namun, hati kita paham bahwa nafsu yang dituruti ini bernilai baik atau tidak ada nilai apapun. Berkat fitrah Allah bahwa hati diciptakan dalam bentuk baik, akhirnya apa apa yang bernilai tidak manfaat maka hati menjadi resah jika terlalu lama dilakukan. 

Akibatnya, hati tidak lagi peka. Tanda tanda fitrah yang Allah berikan pada hati menjadi hilang kepekaannya. Ia, tak lagi merasa bersalah pada nafsu nafsu tak bermanfaat yang kita turuti. Dan itu adalah titik terburuk dari banyaknya nafsu yang dituruti.

Bukan berarti tidak boleh, beberapa hal, ada kalanya tidak dilakukan terlalu sering. Misalnya, saat berpuasa tentu saja kita tidak boleh minum. Padahal saat tidak berpuasa kita pasti minum sepuas yang kita mau. Dan minum adalah halal, namun saat puasa ia tidak boleh kita lakukan. Syariat Allah.

Begitu juga dengan kegiatan kegiatan yang tidak bernilai manfaat. Ia tidak dilarang, namun sebaiknya tidak dilakukan. Sesekali mungkin tidak mengapa asal jangan kecanduan. Namun, untuk hal hal yang telah kita ketahui posisinya adalah dosa, berusahalah semaksimal mungkin untuk tidak melakukannya.

Berat memang, sangat.
Sangat berat sekali.

Iya, setan, jin, iblis dan bangsanya tentu saja berusaha keras menjerumuskan pada lubang kehinaan agar kita tidak berpulang pada tempat asal kita, surga.

Maka, bersyukurlah ketika hati masih merasakan keresahan. Karena ia masih Allah jaga fitrahnya. Dan barangkali itu adalah cara Allah berkomunikasi dengan kita hambaNya.

Mohon doanya semoga kita sama sama dapat melawan keresahan ini dengan terus beramal sholeh.

Barakallahu fiik 💕

Selasa, 09 Maret 2021

Taman Kehidupan - Amar Ar Risalah

 Saat berkunjung ke rumah salah satu senior, saya melihat buku ini, yang ramai di story wa dan instagram. Akhirnya saya baca beberapa paragraf random. Sepulang dari rumah kakak tingkat saya itu, saya putuskan membeli buku ini.


Saya hubungi penulisnya, alhamdulillah, fast respon. Saya diberikan kontak yang mengurus pengiriman. Tertulis bahwa bukunya PO 14 hari. Yasudah. Saya pernah menunggu yang lebih lama dari ini. Eh.


Ternyata, hanya beberapa hari ini, CP mengirimkan resi. Dua hari kemudian sampailah buku ini di rumah. Cepat, tepat dan sangat dimudahkan.


Buku ini langsung memotong jalur antri buku yang mau dibaca. Selesai satu buku yang sedang dibaca, saya menyegerakan baca buku ini.


Deg. Selalu begitu, kalau baca kisah kisah Rasulullah. Gambaran nyata dari kisah yang tertulis seolah terpampang jelas dihadapan. Sampai lupa bahwa saya sedang membaca, bukan menonton.


Tidak kurang, sahabat, begitu gaya penulis menyapa pembacanya, kita sama sama diajak berefleksi bersama. Memetik segala hikmah dari shiroh yang mungkin lupa kita kaitkan dalam kehidupan hari ini. Agar kisah-kisah panjang Rasulullah tidak hanya sekedar kisah pengantar tidur atau sekurang kurangnya sebagai romantisme masa lalu.


Namun, kisah Rasulullah harus banyak banyak kita ambil hikmah dan kita jadikan cermin besar untuk refleksi diri sebelum mengoreksi orang lain. Agar, pada kisah Rasulullah dan sahabat-sahabatnya tentu saja, kita dapat menjadi pejuang pejuang Islam, yang mungkin hari ini bukan pejuang yang mengangkat senjata, namun pejuang yang terus mengajak kebaikan agar beribadah kepada Allah terasa nikmat dan menggiurkan. 


Bukankah Allah menciptakan manusia dan jin hanya untuk beribadah kepada Allah? 

Kamis, 04 Maret 2021

Sang Pangeran dan Janissary Terakhir

 Sebuah review.


Buku ini sebenernya udah gue punya dari 2019 ya. Lama banget hahaha. Tapi akhirnya baru selesai dibaca tadi pagi, ya gimana dong memang ternyata bukunya walaupun fiksi tapi sejarah. Maksudnya sejarahnya dapet banget. Dan gue agak kesulitan baca alurnya yang maju dan mundur gitu. Dan maju mundurnya gak yang sehari dua hari, sebulan dua bulan, langsung lima tahun, 12 tahun atau tau-tau sampe masanya Daendels. Kan jauh banget ya. Tapi karena dengan niat yang kuat dan kasian juga sama bukunya yang gak gue baca baca, akhirnya gue putuskan buat baca. Alhamdulillah. Akhirnya selesai.

Jadi, kalo diminta satu kata buat buku ini, gue gak bisa si. Karena terlalu banyak yang ingin gue tuliskan. Ini novel ter apa ya, ternyata kayanya. Paling nyata yang gue baca. Gue seolah bisa ngeliat pangeran diponegoro dibagian akhir novel ini.

Jadi emang buku ini tetralogi, jadi gue pikir bakalan ngomongin Pangeran Diponegoro terus sampe empat bukunya beres. Eh ternyata malah selesai dibuku satu ini. Dan apa yang terjadi sodara-sodara ketika gue selesai baca buku ini. Hmm.

Gue terakhir sesedih itu baca novel ketika Api Tauhid ngomongin runtuhnya Turki Ustmani. Ternyata, gue baca buku ini lebih sesenggukan. Yaampun, kaya orang abis diputusin. Sedih banget.

Karena emang senyata itu kisahnya. Bahkan ketika Pangeran Diponegoro dikhianati sama Belanda, ya Allah, gue bener-bener cuma bisa doa semoga Allah ridhoi perjuangan Perang Sabil, Perang Jawa ini. Bahkan dibagian ketika nyeritain gimana Pangeran Diponegoro dipengasingan, benteng Makassar dengan kondisi penjara yang jauh dari kata layak. Aduh gue udah gak sanggup. Tapi Pangeran Diponegoro sabar aja gitu. Disitu gue sesenggukan parah. Aduh, itu rasanya ya kaya patah hati banget. Gue berharap orang-orang yang berbuat jahat ke Pangeran Diponegoro diberikan balasan terbaik dari Allah. 

Cuma ada satu si yang menghibur banget, ketika dicatatan kaki Ustadz Salim nulis tntang Perang Sabil yang dikobarkan Pangeran Diponegoro ini adalah efek bola saljunya kemerdekaan. Jadi karena Perang Jawa, akhirnya kas belanda kosong, terus Van den Bosch bikin Tanam Paksa (cuulturstelsel) abis itu akhirnya di Belanda ada yang nuntut politik balas budi, lahirlah politik etis, terus dari politik etis lahirlah kaum pembelajara, dibuka sekolah dan pemuda pada jadi berilmu akhirnya bisa memperjuangkan kemerdekaan dengan cara yang baru.

Gue sangat, sangat, terharu dengan novel ini. gue secara emosional tidak memiliki kedekatan dengan tokoh sebelum pergerakan nasional. Wkwk. Tapi yes, gue bisa memahami dengan baik bagaimana perjuangan Ciptomangunkusumo, Douwes Dekker, apa yang dikepala Soekarno, Hatta, Agus Salim. Gue bener-bener bisa memasukkan hati gue ke kisah pergerakan. Tapi sebelum pergerakan kaya pas kolonial terus perlawanan itu, gue gak memasukkan hati gue ke kisah-kisah itu. 

Melalui buku ini, gue, akhirnya, memahami kenapa kita perlawanannya kedaerahan, kenapa akhirnya ada Londo Ireng (orang nusantara yang mendukung belanda). Ini gak mudah sampe kesini, sampe akhirnya gue bisa merasa memiliki kedekatan emosional dengan Pangeran Diponegoro, tentu ini jangka panjang ya. Tapi dari perjuangannya gue bisa sehusnudzon itu sama Pangeran Diponegoro.

Fix si, emang gue suka sama Ustadz Salim dan tulisannya. Tapi novel ini, terlalu nyata. Perjuangan Pangeran Diponegoro bener-bener merupakan sebuah hal yang harus kita ingat terus bahwa ada seseorang yang berjuang untuk melawan Belanda walaupun dengan semangat yang tidak sama dengan semangat yang ada pada masa Pergerakan Nasional. Dan masuk akal juga kenapa dulu dibilang nya perlawanan yang kedaerahan. Dulu tu ibaratnya Jawa sama Sumatra udah beda kepemimpinan. Udah gak satu suara, jiwa raga kaya kita sekarang. Ibarat mah Singapura malaysia, malaysia brunei, tetangga tapi beda pemerintahan. Namanya juga jaman kerajaan. Jadi gak bisa dibenarkan juga kalo perlawanan dibilang bersifat kedaerahan, orang emang masing-masing berjuang aja. Belum ada semangat persatuan juga. Ada sih, persatuan di bawah wilayah kerajaan masing-masing.

Tapi ini novel sangat perlu dibaca untuk pencinta sejarah dan suka novel fiksi. Bagi yang butuh kedekatan emosional dengan Pangeran Diponegoro kaya gue juga, perlu baca novel ini.

Semoga kita dapat memetik sebaik-baik hikmah dari novel ini ya. In syaa Allah :)

Senin, 01 Maret 2021

28 Februari 2021

 Waktu itu berjalan cepat tanpa kita sadari. Dia gak menunggu kita siap, gak juga menanti kita mau. Dia selalu jalan dan siap meninggalkan siapa saja baik yang berbuat baik atau justru bermalas malasan.

Parahnya justru, 
Saat kita sadar, waktu telah berjalan jauh. 
Kita terlalu terlambat menyadari ini semua. 
Entah apakah sebuah penyesalan dapat menjadi solusi atau tidak. 

Hari ini akhirnya sesuatu yang dimulai setahun yang lalu, menemukan akhirnya. 
Hari ini pula, sesuatu yang dilibatkan enam tahun lalu bertemu dengan akhirnya. 
Hari ini juga, sesuatu yang dimulai sebulan lalu telah sampai pada akhirnya. 

Dan pada 28 Februari 2021 ini terlalu banyak yang berakhir, terlalu banyak kehilangannya, terlalu banyak kesempatan yang terlambat disadari kepergiannya.

Boleh ya, untuk tetap menyesali waktu yang terbuang sia sia atau waktu yang hanya digunakan untuk kegiatan tidak bermanfaat lainnya. 

Boleh juga ya, untuk tetap menyesali dosa dosa yang telah lama dilakukan namun seperti baru kemarin melakukan dosanya.

Bersamaan dengan itu semua,
Semoga sudi kiranya Allah tetap menjaga aib orang orang yang berdosa agar tak sedikitpun ia terbongkar.
Dan semoga Allah ampuni kita semua.

Kamis, 25 Februari 2021

Alhamdulillah, another step...

Ma syaa Allah tabarakallah,
Segala puji emang cuma buat Allah ya. 

Sampe di step ini, kalo ada orang yang bilang keren rasanya langsung pengen ngasih tau kalo yang keren tu Allah. Yang hebat tu Allah, yang baik tu Allah, gue cuma hambaNya yang pas dipilih Allah ngejalanin skenario yang ini aja sebenernya 😂

Hari ini, alhamdulillah satu step lagi lewat ya bun. It's only a matter of time ternyata. Ya gak juga si, usaha, doa, tawakal ada bersamanya. Cuma memang waktu lah yang dapat menjawab dengan baik. Terima kasih banyak ya Allah telah memberikan waktu terbaik bagi hambaNya ini 💕

Alhamdulillah, yudisium akhirnya terlaksana lengkap dengan suasana bahagianya. Alhamdulillah lagi, hari ini ringaan sekali. 

Jadi setelah postingan sebelum ini, pas banget gue selalu merasa ringan sampe sekarang. Kemaren bahkan ke kampus, jalan kaki sendirian, keliling kampus gada temennya, bukannya ngerasa kaya anak ilang tapi justru banyak flash back wkwk. 

Ini luar biasa tentu saja. 
Padahal kaki udah pegel, tapi keliling kampus justru membawa perasaan yang gue kenal betul ini perasaan menuju perpisahan akan sesuatu. 

Tapi langkah kaki gue ringan, hati gue ringan dan gue bahagia aja melaluinya. Bahkan sampe hari ini. Sampai malam ini sampai sekarang. 

Please don't ruin everything ~

Sedih si, tentu saja~
Mahasiswa adalah salah satu gelar yang gue suka. Gue seneng banget nyebut diri gue mahasiswa. Kenapa ya? Mungkin juga karena gue yang enjoy dengan status dan "kemewahan" mahasiswa 😂

Kalo mau diceritakan keseluruhannya tentu gak singkat. Tapi Allah Maha Baik dengan segala rencana yang sudah Ia gariskan.

Alhamdulillah.
Kalo udah sampe step ini, segala susah susah itu rasanya jadi lucu banget ya buat dikenang. Nangis nangis itu jadi kaya duh gemes banget si na pake nangis segala wkwk. 

Tapi yes, you're human. 
Makasih sudah berjuang. 
Mari terus lanjutkan perjuangan, tingkatkan kesabaran dan terus bekerja keras. Karena setelah ini pasti ada hal yang hebat lainnya yang sedang direncanakan Allah. 

Selasa, 23 Februari 2021

Memetik Hikmah Part Sekian......

 Boleh ya curhat lagi 😂

Ma syaa Allah tabarakallah, 
Hidup itu ya kalo gak Allah kasih drama, kita emang susah belajarnya. Sesuatu yang lurus dan mudah itu akan minim hikmah, karena sekalipun sesuatu itu dimudahkan, percaya deh, pasti tetep ada dramanya. 

Jadi kayanya nih ya definisi dimudahkan itu adalah sesuatu yang Allah berikan drama bersamanya namun dapat dilalui. Akhirnya karena husnudzon kita ke Allah amat tinggi, kita berhasil sampai pada kalimat "dimudahkan sama Allah."

Dan lagi lagi, husnudzon nya gue adalah Allah sedang mengajarkan sesuatu walaupun gatau itu apa:')

Mungkin juga ada hikmah tentang gue yang nulis betapa husnudzon sama Allah itu menenangkan. Iya. 

Jadi semenjak drama sidang ini, emang jadi repot banget ya urusan hidup. Singkatnya, akhirnya gue ke kampus dan bingung harus bawa apa.

Itu bukan gue banget sebenernya. Kemana-mana itu harus jelas apa yang dibawa, tujuannya apa dan bagaimana cara menyelesaikannya. Itu harus sudah terkonsep di kepala. Tapi tadi karena riweuh banget akhirnya beres urusan di rumah langsung gas aja ke kampus dan asal bawa barang seketemunya di meja. 

Dasar gue. 

Pas nyampe sekolah eh barang barang yang harusnya gue siapin malah gak gue siapin 😂😂😂

Kaya.... Kenapa sih anda Na, bisa bisanya begini.
Terus? Ya bete, cuma mau menyalahkan juga engga bisa. Gak bisa, gak ada yang disalahkan selain diri gue. 

Langsung deh gue mikir semalem gue ngapain, apa yang gue lakukan, perasaan semalem gue sibuk tapi kok bisa kelewat. Dan jawabannya adalah gue gak bertanya ke orang orang apa yang harus dibawa besok. Emang sangat pd husna itu sampe gak nanya orang.

Saat keluar rumah juga karena buru buru, gue sadar banget kalo itu salah. Dan bahkan pas mau sampe kampus gue juga langsung inget ada yang ketinggalan. Diawal, beberapa menit di jalan gue kaya ngomong sendiri gitu kan, "duh ini salah nih. Buru buru itu perbuatannya setan"

Eh iya. Bener. Udahnya buru buru, barang ketinggalan, eh belom disiapin malah. 

Terus yaudah sedih aja karena gue sudah mengatur jadwal sedemikian rupa. Gimana ya guys jadwal sudah disusun tapi berantakan itu rasanya mo marah tapinya sama siapa ~

Awalnya gue hanya duduk cantik, merenungi nasib. Akhirnya gue putuskan ke mushola. Aman ya bun, pokoknya mah di mushola biar rebahan juga aman. Jadilah gue disana sambil berusaha menemukan alasan gue kenapa. 

Gue kaya mikir aja apa yang sedang terjadi dan bagaimana gue coba mengatur segalanya dan lupa bahwa Allah Maha Pengatur. Terus gue coba cari hikmahnya apa. Kenapa ini harus terjadi. 

Get better?
Engga.
Masih juga bingung gue kenapa.
Padahal sudah sholat, doa, dll. 
Mungkin memang sedang seemosional itu. 
Akhirnya mengingat Allah pun tidak berbuah ketenangan. 

Gue pun pulang dengan perasaan campur aduk. 
Kalo tadi berangkat bisa sekitar 50-60 kecepatannya, pas pulang nyentuh angka 40 aja jarang. Sangking mikirnya 😂

Akhirnya pas udah deket rumah, gue coba untuk berdialog kembali dengan diri sendiri. Sambil bilang dengan suara yang keras gitu "pasti ada hikmahnya, pasti Allah mau menyampaikan sesuatu. Pasti ada sesuatu yang gue gatau. Pasti. Gapapa."

Jadilah gue di jalan ngomong sendiri sambil coba tambah kecepatan ya 😂

Ternyata akhirnya I get better. 
Mungkin pas di mushola sugesti dirinya kurang kuat atau dampak shock dari gak bawa barang itu terlalu besar jadi belom ikhlas aja. 

Pas udah ikhlas ternyata yaudah aja gitu. 
Ditambah juga laper ya. 
Ternyata laper itu menyadarkan bahwa apapun yang terjadi lu tetep manusia yang butuh makan. Gue beli makan deh sambil iseng beli street Boba. Sambil bilang ke diri sendiri.

"you've done your best."
"charesso na."
"bagus. Gapapa."

Gue apresiasi diri dengan jajan dan makanan. Ya lucu si orang gada hubungannya. Cuma yang penting gue ngerasa baik-baik aja. Itu yang penting. 

Pas di rumah pun semua juga baik-baik aja. Gue makan, minum, ngurusin berkas lagi dengan hati yang ringan. 

Kali ini, barang barang udah ditaro di satu tas tenteng. Kalo masih ada yang ketinggalan yagatau lagi si harus diapain ini pelupanya. 

Cuma ya alhamdulillah, gue seneng ada sesuatu yang bisa dibagikan. Bahkan gue belom tau hikmah dari kejadian hari ini apa. Cuma since I get better, everything is just doing well. 

Alhamdulillah. 
Semoga selalu berhasil menemukan hikmah. Selalu. Selalu selalu. Dan selalu berhasil husnudzon ke Allah. 

Kamis, 18 Februari 2021

,Recall Memories,


Seperti baru kemarin semangat itu ada, menggebu-gebu. Tersenyum senang duduk manis diantara orang orang baru. Dalam hati tekad kuat untuk segera mengakhiri apa yang telah dimulai terus meningkat.


Tersenyum senang, sekalipun tak pernah merasa kesulitan. Masalah justru ada menjadi hiburan. Tugas yang menumpuk jadi tantangan. Kegiatan lain yang menambah sibuk dianggap sebagai sampingan.


Seperti baru kemarin dan hari ini semangat itu terus ada. Bedanya, langkahnya sudah jauh, pertemuannya bukan dengan orang yang itu itu lagi. Tapi semangatnya masih sama.


Kesini-sini, menuju detik detik terakhir, akhirnya airmata malah makin banyak. Doa doa yang dilangitkan justru makin detail. Harapan dan kenyataan berbanding terbalik namun manusia tak mampu merubah takdir. Akhirnya menangis lagi.


Keringat dan airmata.

Bahkan dibilang berdarah-darah pun tak berlebihan. Sesulit itu memang.


Kali ini, ketika ujungnya hampir terlihat, melihat ke belakang justru jadi menyenangkan. Ingin sekali ku sampaikan pada diriku dua tahun lalu bahwa semua akan berakhir baik pada waktunya.


Ingin sekali aku menemui diriku yang sedang menangis berbulan bulan lalu karena ikhtiar ternyata tak berujung harapan yang menjadi nyata. Ingin sekali ku ceritakan bahwa usahanya tak akan pernah sia sia. Diriku saat itu hanya sedang ketakutan dengan masa depan. Padahal apa yang ku rasakan sekarang adalah buah dari usaha usaha ku dulu.


Hai, husna beberapa bulan yang lalu.

Kamu tentu tidak akan pernah membaca ini.

Tapi hari ini aku tulis ketika usahamu hampir bertemu ujungnya.


Telah sampai titik ini, kamu hebat Na.

Terimakasih sudah berjuang.

Terimakasih untuk selalu percaya dan melakukan yang terbaik.

Terimakasih sudah lelah namun terus berjuang.

Terimakasih untuk selalu menjadi diri sendiri.

Terimakasih telah mampu beraktivitas yang banyak dan telah sampai ke titik ini.


Terimakasih semua yang sudah mendengarkan keluh kesah, menemani saat airmata mengalir, mendukung saat lemah, menguatkan saat hampir runtuh.


Rasanya haru,

Seperti baru kemarin namun ternyata sudah terlalu lama semuanya berlalu. Dan sesuatu yang baru lagi sudah menanti.


Menyenangkan sekali perasaan ini.

Lega namun rindu.

Masih ingin merasakan namun ingin segera lepas.

Tak ingin berpisah namun tak mau mengulang kembali.


:) 

Senin, 15 Februari 2021

Menjadi Hamba Allah itu, indah...

 Pada suatu hadits, Rasulullah menyampaikan tentang indahnya menjadi muslim. Ketika diberikan ujian dia bersabar, ketika diberikan kelapangan ia bersyukur.

Bukankah segala-galanya benar benar hanya tentang Allah?


Menjadi muslim, bahkan lebih indah lagi.
Kita hanya perlu ikhtiar sampai akhir, diiringi doa, lalu pasrahkan hasil padaNya. 

Karena muslim memiliki keyakinan tentang apa yang ada disis Allah lebih baik daripada apa yang kita minta. 

Sedih dan duka pasti ada. Mengharapkan apa yang hati inginkan namun belum diberikan oleh Allah atau Allah tidak berikan karena rencananya yang lebih indah. 

Bahkan semakin kesini pun begitu, 
Segalanya jadi lebih jelas. 
Segala bentuk ikhtiar akhirnya berujung pada Allah lagi. 

Dalam segala pembicaraan, selain membahas ikhtiar, maka akhirnya setiap muslim menyadari bahwa ini adalah soal rizki dan rencanaNya.

Dan keyakinan ini yang benar-benar membuat setiap muslim menjadi tenang. 

Bahwa Allah Maha Indah rencananya. 

Rabu, 10 Februari 2021

Aku merasakannya lagi.

Ternyata hanya butuh kesan untuk membuat dia ada lagi. 

Kali ini doaku, jika memang harus lagi aku terjebak emosi, maka biar ini jadi yang terakhir.

Ini hebat, karena aku merasakannya lagi......

Selasa, 19 Januari 2021

 We have our own steps, sampai di titik ini pun, mari bersyukur. 

Senin, 18 Januari 2021

3 Tahun Lalu

 Ah waktu,

Kamu kadang cepet, kadang juga lambat. 

Kamu selalu ada, tapi sering juga dilupakan gitu aja. 

Padahal kamu berharga. Sampai tak ternilai.


Tiga tahun lalu kita bener bener ada dimoment yang sama. Mau ujian. Bedanya, waktu itu skripsi dikerjakan dalam jangka waktu 6 bulanan. Sekarang udah mau setahun, enam bulan gak disentuh, akan sangat wajar kalo banyak lupa.


Waktu itu tiga tahun lalu, 

Ada banyak pertanyaan muncul di kepala. Iya, biasanya orang deg degan pas mau ujian, gue malah bingung abis ini ngapain. Sekarang, setelah semuanya berlalu, setelah waktu leway gitu aja tanpa terasa, kembali dititik yang sama. Namun jelas dengan perasaan yang beda.


Banyak hal yang berubah, gak sedikit yang juga tetap di tempatnya. Tapi malem ini beda, bukan lagi tentang setelah ini apa.


Pertanyaan yang justru muncul, kenapa sesantai ini (karena ini bukan sinonim dari tenang). Ah rupanya ada yang datang tiba tiba menghancurkan perasaan tenang atau santai ini.


Btw, terimakasih untuk teman teman strategis yang sudah menemani saya ngomongin Indonesia lagi. Boleh lah kita balik ke pertanyaan setelah ini akan melakukan apa. 


Mohon doanya. 

Mudah mudahan Allah berikan yang terbaik. 

Rabu, 13 Januari 2021

Udah Gatau Mau Ngapain Lagi:(

 There are moments in our life that we end up saying, "udah gatau mau ngapain lagi."

Sama, gue juga. Sering malah. Kadang abis ngajar, kadang pas lagi ngobrol, pas curhat atau juga dicurhatin. Endingnya langsung, "udah gatau mau ngapain lagi."


Kalimat itu biasanya keluar pas kita emang udah di ujung banget. Segala macem ikhtiar udah dilakukan, tips dari tokoh a b c d udah semua dipraktekin tapi gak juga nemu jalan keluar.


Ah gue pernah banget ada dititik itu. Belom lama, masih anget. Baru beberapa hari lalu. Itu rasanya ya kaya....

Ya Allah apalagi ini 😭😭😭


Dan bener, maksudnya kita udah melakukan segala. Hal yang kita bisa. Kita sudah ikhtiar semampu kita. Bahkan segala yang terbaik sudah juga diberikan. Tapi masih gak bisa juga itu tercapai.

Keluarlah kalimat "udah gatau mau ngapain lagi."

Sayangnya, gak semua orang sadar apa yang harus dilakukan setelah udah gatau mau ngapain lagi ini. Sama, gue juga. Kaya segala macem ilmu ilang aja gitu.


Nah, akhirnya gegara mau curhat sama orangtua juga malu, mau nangis depan ibu juga takutnya bikin sedih, akhirnya gue nelfon kakak gue, terus curhat dan nangis. Tapi abis itu mereka bisa apa? Ya gak bisa ngapa ngapain juga 😂😂😂


Cuma emang si setelah curhat rada lega, barangkali ketika udah sampai pada titik udah gatau mau ngapain lagi ini, curhat bisa jadi salah satu solusi menenangkan pikiran. 


Akhirnya, pas juga itu maghrib, terus gue sholat, doa dan tilawah. Itu semua dilakukan sambil nangisin hal yang udah gatau mesti diapain lagi itu. Dan, entah ilham darimana, akhirnya gue sampai pada titik lanjutannya. 


Kalo udah gatau mau ngapain lagi, berarti memang ikhtiar kita barangkali sudah sampai ujung. Sudah mendekati mastatho'tum, semampu kita. Ya emang mau ngapain pun juga udah gak bisa, orang udah mentok. Terus? Ya balik ke Allah. 


Gue membayangkan menyerahkan ke Allah segalanya aja kaya orang malu gitu. Takut ngerepotin. Ngerti gak si? Seringnya kita terlalu pede sama diri sendiri sampe lupa bahwa Allah yang menentukan segalanya. 

Kita kira, ikhtiar kita nih udah cukup. Padahal yang membuat kita berhasil itu ya Allah aja. Gue saat itu, mau menyerahkan ke Allah sambil berair mata dan bilang, "ya Allah, hambaMu udah ikhtiar nih. Minta tolong selesaikan dengan caraMu ya Allah." 


Itu minta ke Allah nya kaya ada batu besar di pundak yang udah kita ikhtiarkan sampe ke puncak, terus tiba-tiba puncaknya ilang, dan nyerahin batunya ke Allah. "ya Allah ini udah mau sampe puncak tapi puncaknya ilang. Tolong ya Allah sampaikan batu ini ke puncak." 


Dan saat melepaskan batu itu, kita gak langsung akhirnya rebahan. Tapi kita tau bahwa Allah juga mau liat hambaNya ikhtiar dan berdoa terus. Mulailah amalan amalan modus yang kita juga gaenak banget sebenernya ke Allah. Jadi kaya ada maunya sendiri ke Allah. 


Nitipin batu biar Allah yang sampaikan ke puncak terus kita sambil nungguin Allah meletakkan batu ke puncak, kita nanem pohon. Niatnya biar Allah letakkan batu ke puncak aja. Kita gak ada niatan buat reboisasi, penghijauan atau apapun. Cuma biar Allah letakkan batu ke puncak aja. 


Duh, itu rasanya gaenak banget. Gak tulus. Modus. Tapi emang Allah sukanya yang begitu tau. HambaNya saling menolong sesama. 


Dan bener kan. 

Udah gatau mau ngapain lagi ini akan selesai kalo diserahkan ke Allah. Cuma emang kita suka pede banget aja, percaya kalo bisa sendiri. Eh ujungnya barudeh panik. Nangis nangis. 


Sekarang paham, entar lagi paling diulang lagi nih sampe dapet pelajaran lagi. Kebiasaan emang. 


Dear me, 

Jangan gitu ya, menyerahkan ke Allah itu harus dari awal. Ikhtiar itu harus, tapi yang membuat kita berhasil itu Allah. Yang membuat kita tidak mendapatkan yang kita inginkan itu Allah. Karena Allah tau yang terbaik buat kita. Lakukan yang kamu suka, cintai, ikhtiarkan segalanya. Tapi ikhlaskan ke Allah hasilnya. Jika itu baik, maka akan datang kepadamu dengan caraNya. Kalo bukan dan tidak baik, peecayalah bahwa Allah maha kuasa. Mengatur dunia dan seisinya. 


Minggu, 10 Januari 2021

Berserah Diri

Dulu, sewaktu awal awal ikut kegiatan kampus yang akhirnya ngebikin gue keluar rumah jauh gak sama keluarga, gue banyak merenung.


Gue gak pernah ngekos, selalu sama orangtua, jalannya juga kalo yang jauh jauh selalu sama orangtua. Tapi sejak ngampus, jakarta bogor keretaan udah kaya makanan sebulan bulan. Keluar kota agenda tertentu juga kaya agenda tahunan yang hampir selalu ada.


Dan disetiap perjalanan, gue belajar banyak. Terutama tentang berserah. Ternyata, setelah gue baca, safar atau perjalanan jauh, sejatinya adalah ujian dari Allah. Makanya kita gak boleh minta oleh oleh sama yang lagi safar karena kita sendiri gak akan tau kondisi kita kaya gimana. Perjalanan itu ujian. 


Pikiran gue kalo lagi gak diajak ngobrol orang gak dikenal itu kemana mana. Macem refleksi abis abisan. Bahkan diawal awal sampe negatif thinking, seandainya a maka a, seandainya b maka b dst. Makanya gue gak bisa jauh dari hp kalo lagi dalam perjalanan, gue selalu berharap gak ada kabar. No news is a good news. 


Gue juga baca, orang yang sedang dalam perjalanan kata Allah doanya dikabulkan. Jadi, gue banyak banyak doa setiap dalam perjalanan. Minta segala hal yang barangkali udah dikabulkan cuma gue lupa hehe. 


Gue gak kepikiran tu kenapa pas lagi safar Allah mengabulkan doa doa hambaNya. Di perjalanan kesekian gue menemukan jawabannya.


Oiya, pasrah. 


Karena sejak keluar dari rumah, melangkahkan kaki ke kendaraan berikutnya, hati langsung berserah. Pasrah pada setiap ketetapan Allah. Bahkan sampe ke doa doa keluar rumah, gue coba renungi. 


Ah iya, keluar rumah sejatinya sedang berusaha menerapkan pasrah bahwa setiap kehendak tidak selalu berjalan mulus. Ada keinginan orang lain yang juga hendak dicapai dan barangkali berlawanan dengan keinginan kita hingga akhirnya menjadi perjalanan atau kegiatan diluar rumah tidak mudah. 


Maka dari itu, penting untuk selalu berdoa agar mampu berpasrah dan berdoa setiap keluar rumah. Dilanjutkan dengan kebersyukuran setiap sampe rumah. Minimal setelah parkir motor atau sampe depan rumah, langsung mengucapkan hamdalah. 


Alhamdulillah sampai rumah. 


Terlebih lagi perjalanan pesawat. Walaupun sudah lebih dari sekali, naik pesawat selalu menakutkan walaupun gak sampai bikin ketakutan. Tingkat kepasrahan naik pesawat selali lebih tinggi. Berada dekat dengan langit mengantarkan pada kepasrahan yang berlipat ganda. 


Bumi yang rasanya jauh, padahal jadi tempat berpijak sehari hari. Diberi kesempatan untuk melihat bumi dari atas guna bersadar diri bahwa tidak akan menjadi besar sesuatu yang keberadaannya hanya setitik. 


Namun, uniknya, dalam setiap perjalanan keluar dari rumah, selain berharap keselamatan dan keberkahan, terselip pula harapan jika memang sudah tiba waktunya, maka doanya adalah mendapatkan pahala syahid. Harapannya adalah husnul khotimah.


Unik memang, berharap selamat namun juga berharap diberikan syahid. 


Dan, semoga, niat selalu terjaga dan hati selalu berpasrah hingga akhirnya kita bisa mengalami surganya ❤️

Kamis, 07 Januari 2021

... Modus...

 Modus.

Akhirnya, kesini sini, doa amal ibadah semakin memiliki modusnya sendiri. Abis sholat, doa yang banyak kebanyakan buat keuntungan dunia. Beramal sesuatu biar Allah kasih balasan yang lebih lagi. Bahkan sampe nolongin orang biar Allah tolongin kita juga.


Modus ini sempet banget bikin merasa berdosa dan jadi gaenak sama Allah, tapi tetep butuh gitukan._.


Akhirnya kegelisahan akan modus ini gue tanyakan ke yang berwenang dan jawabannya


"itu bagus husna. Allah emang suka hambaNya berbuat baik, berdoa, minta sama Allah. Melakukan sesuatu sambil berharap Allah berikan kebaikan sama dirinya. Itu boleh. Allah gak akan marah. Apalagi ketika hati udah sepenuhnya bergantung sama Allah setiap melakukan amal."


Hmm, akhirnya gue sekarang juga gitu lagi. Manjang manjangin doa abis sholat biar Allah kabulkan doa dan harapan yang banyak itu. Amalan amalan sampai pada bantuin orang, berbuat baik, biar Allah suka aja. Biar urusan gue diurusin Allah aja. Soalnya Allah berkali-kali banget bilang di Al Quran kalo Allah menyukai orang orang yang berbuat baik.


Terus, kaya sekarang, puyeng banget brow ngurusin jadwal. Sampe pengen bgt rebahan nyelesain drama wkwk.


Apa daya, jam 9 juga udah ngantuk. Jetlag abis corona terus banyak aktivitas jadi gini, lemah banget wkwk apa gegara udah tua ya