Kamis, 08 Februari 2018

Sebuah Dialog Imajiner

"Bu, masih kuat?"
"Masih pak."
"Di depan ada tanjakan, bantu dorong bisa?"
"Bisa in syaa Allah."
"Maaf ya bu, harusnya kamu gak menjalani hidup seperti ini."
" *tersenyum sempurna.*"

Karena sempurna bukan berarti segalanya berhasil kamu miliki. Cukup dengan dia yang setia membersamai dirimu dalam berbagai kondisi.

Menguatkan dikala lemah,
Menghibur dikala duka,
Menangis dikala bahagia,
Mendorong dikala berjuang.

Mungkin dulu kamu pernah menjanjikan kehidupan yang baik setelah memutuskan untuk hidup bersama. Tapi Dia lebih tau kehidupan seperti apa yang baik untukmu dan dirinya.

Jangan pernah berhenti berjuang,
Jangan lelah untuk berdoa,

Setidaknya, dengan bersama, separuh agamamu telah disempurnakan.
Sisanya, tinggal berjuang bersama agar semakin dekat dengan Nya dan semakin jauh dari larangan Nya.

Semoga kalian selalu dikaruniai kebahagiaan.
Semoga kamu selalu bersegera dalam kebaikan.

Now I know I have met an angel in person and she looks perfect
- Perfect, Ed -

Kamu, jangan lupa ya,

Barangkali ketika langkah mu semakin jauh, pijakan mu di bumi semakin banyak, tempat tempat yang kau datangi semakin tak terhitung,

Barangkali disitu ada hasil keringat ibu mu yang mencari uang tak kenal lelah. Atau keringat ayah mu yang lama tak kamu lihat karena merantau tak kunjung pulang.

Barangkali diantara indahnya pemandangan pemandangan yang kamu lihat, ada pandangan ibu yang justru rindu melihat mu pulang.

Barangkali ditengah candaanmu dengan teman, ada ibu yang rindu bercanda canda dengan mu. Ibu yang rindu tawamu, ibu yang rindu tingkah lucumu.

Barangkali dalam semakin banyak langkah kaki yang kau jalani, ada ibu yang rindu sendiri mengingat langkah pertamamu. Ada ibu yang rindu melihat mu belajar berjalan kemudian berusaha menuntunmu tak kenal lelah.

Barangkali dibalik kehebatanmu mengarungi dunia, ada ibu yang rindu kehadiran mu di rumah. Ada ibu yang diam diam mendoakan kesuksesan mu sambil menyembunyikan bahwa ia rindu kamu pulang.

Bahkan pada Tuhan sekali pun, tak ia sampaikan rindunya kepada mu. Ia cukup meminta hidupmu baik, kamu sukses, dan kamu semakin bahagia di dunia dan akhirat.

Ia rindu keberadaan mu, namun tak pernah ingin mengganggu. Ia rindu bicara dengan mu namun tak pernah ia sampaikan.

Ibu adalah sebaik baik wanita penyimpan rasa, wanita teroyal dalam berdoa, terikhlas dalam mengabaikan rasa.

Kamu, sejauh apapun nanti jarak mu, jangan lupa pulang. Ibumu mungkin tidak menyampaikan, karena ia justru yang paling pintar dalam menahan perasaan.

-Request Tulisan dari Anto-

Kamis, 01 Februari 2018

Tentang gaenakan

Sekali waktu saya suka ngerasa gak enakan mau ngapa ngapain, kaya dikondisi sekarang misalnya. Mau keluar rumah, tapi karena ada tukang di depan pintu, mau numpang lewat aja rasanya gak enak bilangnya.

Gak masuk akal ya? Emang-_-
But it's true. Saya udah ketahan beberapa menit karena bener bener gak enak sekedar bilang permisi ke tukang yang lagi kerja.

Terus apakah dengan menulis menyembuhkan atau setidaknya membuat saya berhasil lewat?

Sebenernya engga sih hehe. Tapi ya gimana, sesekali saya merasa cukup dengan menulis atau bercerita. Well karena bercerita itu gak memungkinkan, maka menulis cukup menjadi obat.

Saya sering ngeledekin temen saya yang orang jawa, iya soalnya dia gak enakan, dan ketika jawanya keluar saya gak segan segan untuk bilang,

"dasar orang jawa!"

Gemes aja gitu kan kalo kamu ngeliat temen sekelasmu tertindas oleh orang lain dan akhirnya dia ngerjain tugas kelompok sendirian. Berbagai teori dan motivasi telah saya sampaikan agar tugas bisa dikerjakan bersama, dan dia bilang,

"gapapa na, gaenak gue bilangnya."

Okeee, fix jawa~

Terus kalo udah gitu saya cuma bisa gemes sendiri ngeliat orang jawa ini. Dan itu gak cuma satu dua ternyata. Kebanyakan orang jawa yang berhasil saya temukan, i mean dia yang besar di jawa, sifat nya itu begitu. Gemesin :3

Dan,saya yang juga punya darah jawa merasa konyol atas ini semua 😂

Can we stop the drama of gaenakan ini? 😂