Rabu, 14 April 2021

 Kalau bisa memilih, menjadi selain manusia, kira kira makhluk Allah yang mana yang akan jadi pilihan?

Pertanyaan seperti itu, banyak sekali muncul di drama drama. Keyakinan tentang reinkarnasi terutama. Juga hal hal yang membuat tokoh didrama itu sadar bahwa ternyata hidup tidak mudah.

Memang agak lucu, berandai andai tidak jadi manusia seperti jadi hiburan singkat.

Kalo gue mau jadi apa ya?

Disalah satu drama, ada yang mengatakan bahwa ia ingin jadi pohon, di rumah kekasihnya. Agar dia tidak perlu kehilangan orang yang dia sayang. Dan dia tau dimana harus menunggu kedatangan kekasihnya tersebut.

Wah ~
Mau dibilang romantis tapi otak gue gak nyampe 😂

Memang jadi manusia itu sulit ya.
Pilihan untuk berbuat baik atau menuruti hawa nafsu itu yang susah. Yaaa kalo ujian ujian mah dateng aja, tapi pasti bisa kehandle. Sejauh ini belom ada si manusia yang punya masalah sampe akhirnya mengakhiri hidupnya karena masalah itu. 

Ada sih.

Tapi balik lagi, itu pilihan gak sih?
Barangkali karena kita punya pilihan makanya kita lebih mulia daripada malaikat yang diciptakan hanya untuk beribadah.

Karena kita punya pilihan mau taat atau khianat.
Mau ibadah atau menuruti hawa nafsu. 
Dan orang orang yang beruntung adalah mereka yang memilih Allah dan RasulNya.

Jadi kira kira kalo ada pilihan gak jadi manusia, akan memilih jadi apa?

Orang orang kafir - kata Al Qur'an - berandai andai saat do neraka, kalo aja mereka tidak dilahirkan sebagai manusia.

Karena ternyata pilihan yang telah Allah berikan di dunia justru mengantarkannya pada neraka. Pada ketidakpercayaan pada yang Esa. Ini nih yang menyeramkan.

Sayangnya,
Kita gak punya pilihan selain menjalani hidup sebagai manusia. Melanjutkan apa yang sudah Allah berikan. Susah si emang, banget. 

Cuma ya gitu ya,
Sesusah susahnya, kita punya panduan, punya orang yang akan saling mengingatkan, punya Allah yang menjaga hati asalkan kita minta penguatan hanya dariNya.

Jadi, lepas dari semua drama drama,
Kita memang manusia, makhluk yang paling mulia, yang nanti ketika di surga kita lebih indah daripada Bidadari Nya 😊

Selasa, 13 April 2021

Hari Pertama, tahun kedua.

 
Day #1 Ramadhan
Ini hari pertama, ramadhan kedua, di tengah tahun kedua pandemi.
Banyak sekali yang terjadi, seperti era new normal yang semakin akrab, berkumpul tidak lagi takut takut, tempat wisata, jalan jalan, mall mall, sudah dibuka dengan harapan ekonomi kembali membaik dan kita bisa hidup berdampingan bersama corona.
Tujuannya seperti itu.
Vaksin sedang digalakan, orang yang bepergian jauh wajib tes lebih dulu. Segala ikhtiar dilakukan sebagai usaha pencegahan menyebarluasnya virus ini.
Sudah memasuki tahun kedua kita lebih banyak di rumah. Bagi yang pekerjaannya memungkinkan untuk bekerja dari rumah.
Sudah memasuki tahun kedua juga, orang orang struggle dengan pekerjaannya.
Sudah memasuki tahun kedua, para tenaga kesehatan lebih lama di rumah sakit daripada di rumah.
Sudah memasuki tahun kedua dan kita masih hidup sampai saat ini, setidaknya ketika saya menulis ini dan ketika kalian membacanya.
Mari berefleksi, apakah kesempatan yang Allah berikan telah kita manfaatkan dengan baik?
Apakah kemudian kita lebih banyak mengembangkan diri daripada menjadikannya sebagai kesempatan untuk beristirahat panjang tanpa akhir?
Maka benarlah, setiap kalimat pembuka para mc/moderator / pembawa acara. Bahwa nikmat sehat adalah nikmat yang mahal. Yang selalu perlu disyukuri terus menerus.
Begitu kira kira.
Dihari pertama ramadhan ini,
Mari kita berniat agar kita mendapatkan ampunan yang banyak dari Allah.
Agar kita menjadi hambaNya yang menang, yang mendapatkan ridho berbonus surgaNya.
Aamiin aamiin, in syaa Allah.

Selasa, 06 April 2021

Handle with Care - Jodi Picoult


Buku ini...

Lebih break my heart,
Gue pernah belajar tentang empathy, dan sebenernya merasa lebih baik ketika kita merasa lebih baik daripada orang lain memiliki istilah sendiri - silakan baca tesis gue._.

Buku ini, dengan jahatnya membuat gue bersyukur bahwa gue lahir dalam keadaan normal, baik baik saja dan bersyukur dengan seluruh lingkungan, keluarga, teman-teman bahkan sekedar orang yang gue liat, dalam kondisi yang serba baik. Walaupun mungkin dalam diri masing masing kita hancur.

Tapi, setidaknya, walaupun tidak ada yang baik-baik saja, kita cukup beruntung dan harusnya pandai bersyukur ketika kita dilahirkan dengan fisik yang lengkap.

Ini tentang willow, yang lahir dengan osteogenesis imperfecta. 

Apa itu? Sesuatu yang bahkan tidak pernah kita bayangkan untuk mendengar istilahnya, tapi penyakit ini ada dan langka. Sebuah penyakit bawaan yang tidak bisa dilakukan apapun tentangnya.

OI, singkatannya terdiri dari beberapa jenis. Yang paling ringan, menyebabkan kau akan mematahkan ratusan tulang dalam rentang waktu singkat. Yang paling parah kematian.

Pertanyaannya, ketika, kau hamil, atau istrimu, kakakmu, adikmu, tetanggamu, temanmu atau hanya seseorang yang kau kenal, ketika melakukan usg terhadap bayinya, kemudian terlihat bahwa bayinya mengidap OI, pertanyaannya, akankah kau mempertahankan bayi itu? Atau opsi berikutnya, menggugurkannya?

Semua pilihan yang sulit.
Bahkan ketika akhirnya bayi itu lahir, dia mampu bertahan hidup, tidak ada asuransi apapun yang memenuhi semua kebutuhan si bayi.


Sampai, akhirnya ibunya willow memutuskan untuk mengajukan gugatan pada sahabatnya yang sekaligus adalah dokter kandungannya.

Malpraktik kelahiran.
Istilah apalagi ini?

Novel ini benar-benar penuh emosi. Tidak ada satupun yang tidak menguras emosi. Bahkan buku lebih dari 600 halaman ini, pada suatu malam, mengantarkan gue pada willow. Bayi pengida OI yang sebenarnya sudah berusia enam tahun namun terlihat seperti ukuran anak 3 tahun.

Tentang langkahnya perlahan yang takut takut melangkah ke tangga. Tentang dia yang berharap agar ibunya tidak membuangnya. Willow sangat raput, bahkan bergeser ditempat tidurnya bisa membuat tulangnya hancur.

Ini sulit sekali. Bahkan untuk membacanya saja sangat sangat sulit. Apalagi untuk tidak terlibat secara emosional.

Bagaimana, jika, si ibu harus berpura-pura tidak menginginkan willow ketika mengajukan gugatan ke dokter sekaligus sahabatnya itu?
Bagaimana perasaan willow?

Bagaimana lagi, perasaan suaminya ketika dia akhirnya merasa istrinya sudah gila karena tidak menginginkan anaknya.

Atau, anak perempuannya yang satu lagi, yang membenci segala kondisi sampai mengidap bulimia, menyayat tangannya dan berubah menjadi klepto. Mengambil barang orang yang tidak bermanfaat.

Novel ini terlalu emosional, dan Jodi Picoult menulis ini dengan baik - untuk menghindari kata sempurna.

Gue rasa ini review teremosional.
Dan buku ini terlalu bagus untuk buku murah yang dibeli di gramedia hampir tiga tahun lalu. Mohon maaf baru sekarang bisa terbaca.

Buku ini mengantarkan pada pemahaman tentang kehidupan keluarga yang tidak mudah, tentang saling bertahan walaupun situasi sulit. Tentang menjadi dewasa ketika usiamu bahkan masih lima tahun? Atau 12 tahun untuk Amalia.

Tentang sahabatmu yang tiba-tiba menggugat? Tentang suami yang tiba-tiba tidak lagi mengenali istrinya?

Tapi ini, tentu saja tentang ibu yang ingin segalanya baik-baik saja dan lebih baik lagi kedepannya untuk putrinya sendiri. Ini tentang itu, dan...

Terkadang kau harus jadi manusia yang buruk demi menjadi ibu yang baik.