Sabtu, 30 Januari 2016

Catatan dari Jogja : Tekaje28

Kita seperti dua manusia yang sedang menjalin kasih. Berusaha saling memahami dan bertahan akan kejengkelan satu sama lain. Tak jarang bertengkar, namun tidak pernah benar benar memutuskan untuk berpisah. Bahkan selepas pertengkaran, kita menjadi lebih dekat. Memahami karakter satu sama lain lebih jauh. Kadang kita saling membenci, kadang kita saling merindu, dilain waktu kita saling memikirkan satu sama lain.

Bedanya, jika pasangan hanya terdiri dari satu orang laki laki dan satu orang perempuan, maka kita terdiri dari 19 orang laki laki dan 9 orang perempuan. Jumlah kita 28, kita unik dengan karakter masing masing. Jika saling memahami saja untuk dua orang cukup dirasa sulit, apalagi dengan jumlah 28? Tapi lihat, kita tidak pernah benar benar memutuskan untuk berhenti bersama.

Kita sudah enam tahun bersama, kami tertakdir menjadi perempuan, kadang itu begitu merepotkan kalian. Entah karena kecerewetan kami melihat kesembronoan kalian atau karena geregetannya kalian menunggu kami berdandan. Kami selalu berkuasa atas tempat tinggal, terutama kamar mandi. Peraturan kami, laki laki tidak boleh masuk kamar perempuan, dan.....perempuan boleh sewaktu waktu masuk ke kamar laki laki, hanya untuk sekedar memanggil atau membangunkan. Lalu kemudian munculah kata emansipasi bagi kaum laki laki untuk mendapatkan hal yang sama. Ah kalian, seolah tidak mengerti padahal kalian paling tau kami.

Dan kalian, dengan 19 kepala, kadang membuat kami para perempuan tak habis pikir dengan tingkah kalian. Seolah merdeka saat tak ada disekitar kami. Kumpul untuk "ngebujang" hampir setiap minggu. Kami tau, sesekali kalian membicarakan kami hanya untuk menjadikan bahan hiburan. Tentang kekonyolan sikap kami dan gaya kecerewetan kami masing masing.

Bukankah kisah tadi malam yang kita bicarakan dengan beberapa tetes airmata tak tertahan telah membuktikan bahwa kita "benar benar serius" bersama?
Hanya untuk sekedar membicarakan akan jadi apa kita kedepannya. Pertemuan seperti apa yang akan kita buat nantinya. Dan berapa lama kita akan bersama. Iya kan?

Mungkin nanti, bukan sekedar reoni, atau ngumpul ngebujang atau mungkin curhat bareng. Tapi...gathering, family gathering. Kita dengan "tentengan" masing masing. Mungkin nanti, bukan kita yang sibuk berfoto-foto, tapi nanti anak-anak kita. Mereka yang bermain pasir, bermain petak umpet atau malah bertengkar.

Ah... Selama apa kita akan bersama?
Haruskah kita turunkan jalinan kasih kita ke anak cucu kita nanti?

Juni 2016 ini, kita memasuki usia ke tujuh. Tujuh tahun bersama bukan waktu yang sebentar kan? Bahkan jika hubungan kita adalah usia seorang manusia, maka manusia tersebut sudah boleh masuk ke sekolah dasar.

Kita saling mengenal mulai dari kepala masing masing yang masih botak, badan yang masih kurus, kulit yang belum terurus. Lalu sekarang, kita yang hidup masing masing dengan model perjuangan masing masing. Selama hampir tujuh tahun itu, kita berusaha saling menjaga rasa, walau tak jarang lidah sengaja meledek untuk sekedar menghadirkan tawa.

Aku jadi ingat kejadian beberapa tahun lalu. Lagi lagi left group menjadi pilihan terakhir saat hati dan tangan tak lagi mampu untuk membersamai kalian. Namun beberapa minggu atau hanya dalam hitungan hari, kita pasti kembali bersama. Tapi ternyata, tidak bagi seseorang yang tadi malam kita bicarakan. Sedih sebenarnya saat nama kita adalah Tekaje28, namun jumlah anggota grup tidak benar benar 28.

Hai kamu, kita rindu. Kembalilah. Disaat kita berkumpul seperti ini, selain rasa bahagia, ada rasa yang selalu mengiringi kebahagiaan itu. Rasa kehilangan dan kerinduan yang mendalam.

Hai kamu, tak bisakah kita kembali bersama? Kau maafkan kita, lalu kita kembali bersama. Walaupun kita tau mungkin luka yang kita buat terlalu dalam. Terlalu menusuk. Dan terlalu menyakitkan. Tolong, kamu anggap hal itu sebagai emosi anak baru gede yang tak bisa dihindari. Rasa ingin dipahami yang begitu besar tak bisa hilang dengan instan.

Ah kamu, harus berapa kali kita katakan, kita rindu. Kita membicarakan mu sesekali, lalu rasa kehilangan itu muncul.
Kamu, kembalilah.
Dan kita, tetaplah bersama selamanya.

Jika dalam sebuah hubungan hanya ada dua kepala yang mesti saling memahami, maka hubungan kita adalah hubungan yang terumit karena harus memahami 28 kepala dengan isinya masing masing.

Tapi katanya, perbedaan itulah yang menjadikan indah. Menjadikan berwarna. Menjadikan kita betah berlama-lama bersama.

Umbul ponggok masih agak jauh sepertinya, tapi kita sudah di klaten. Obrolan kita tadi malam yang ditemani beberapa cangkir kopi membuat tidurku berkurang, namun aku tetap bahagia.

Tulisanku, sampai disini dulu ya~
Besok, lusa, atau beberapa minggu lagi, akan kutuliskan kisah tentang kita dengan berjuta rasa yang membuncah dihatiku.

Sekarang, aku akan memandangi langit, lalu tertidur. Kalau nanti sampai umbul ponggok, jangan lupa capture moment dan bagikan dengan semua orang. Tunjukan pada dunia dan semesta bahwa kita sedang menjalin kasih yang tidak sederhana namun membahagiakan.

Selamat pagi sahabat.
Jangan lupa bahagia.
Jangan lupa bersyukur.
Jangan lupa tetap bersama.
I have already missed you again :"

Jumat, 29 Januari 2016

Catatan dari Jogja

Perjalanan dari kosakora menuju malioboro menakdirkan saya dan teman teman untuk sholat maghrib di masjid pinggir jalan. Masjid Al Hilal namanya.

Masjid ini dekat dengan perumahan dan juga dekat dengan anak anak. Terbukti dengan banyaknya anak-anak yang sholat maghrib berjamaah disini. Ah...masjid. Selalu berhasil membuat jatuh cinta.

Memang sedari dulu, sejak masih kecil. Adzan maghrib selalu jadi alarm untuk pulang ke rumah dan bersegera mengambil air wudhu lalu berlari ke masjid dan ngaji. Bersama teman teman lagi. Kalian mengalami ini juga?

Ada yang unik selepas sholat. Seolah sedang lebaran, anak anak berbaris dengan sangat rapi untuk salim ke orang tua - orang tua mereka yang ada satu saf tepat di belakang. Semua mereka salimi satu persatu tanpa terkecuali, termasuk kami para musafir yang hanya numpang lewat di masjid itu.

Selepas sholat dan bersalaman, mereka bersegera mengambil Al Quran lalu membentuk lingkaran. Laki laki disisi yang satu dan perempuan disisi satunya. Dan dengan tanpa komando, mereka serta merta melantunkan ta'awudz, basmalah lalu surat Al Fatihah.

Kalian tau, salah satu suara terindah yang melantunan ayat Al Quran adalah suara anak-anak mengaji dengan lantang dan bersemangat. Suara mereka selalu berhasil menyentuh hati dan membuat bibir menyunggingkan senyuman. Manis.

Maghrib ini di Jogja, saya dibuat jatuh cinta kembali dengan anak anak. Sejujurnya, pendidikan karakter seperti inilah yang dibutuhkan untuk memperbaiki moral bangsa. Catatan terbesarnya dari perbaikan generasi muda adalah dengan memperbaiki para pendidiknya. Pendidik utama mereka adalah orangtua. Maka, salah satu cara untuk memperbaiki generasi muda adalah dengan memperbaiki orangtua-orangtua agar paham karakter bangsa yang bermoral yang ingin dihasilkan oleh Indonesia dan dunia.

Kamis, 28 Januari 2016

Ustadz Salim A. Fillah

Karena saat tau akan ke Jogja, bukan alun alunnya, bukan kampusnya, bukan pula tempat tempat bersejarah lainnya yang ingin saya kunjungi. Tapi ini, masjid yang memasuki setengah abad berdiri. Masjid Jogokariyan.

Kamis sore ini ada kajian Majelis Jejak Nabi, namun tertakdir hanya mampu melaksanakan sholat zuhur disana. Tapi itu tak sekalipun mengurangi rasa bahagia.

Belum doa banyak banyak, Allah izinkan mata saya melihat ustadz muda yang sering mengisi kajian disana. Kajian tentang manusia yang paling sempurna, Rasulullah.

Selepas sholat, tak minta doa banyak banyak. Cukup khusnul khotimah. Tolong di-aamiin-kan ya :'D
Kalo nanti Allah ngasih lebih, alhamdulillah. Semoga saya pantas menerimanya.

Selepas ngobrol sama Allah, gataunya disuruh cepetan, udah mau lanjut ke destinasi selanjutnya. Udah ikhlas pasrah, hanya bisa ngeliat ustadz sekilas dan bersyukur bisa liat beliau. Sambil doain semoga ustadz salim ilmunya berkah dan saya diizinkan memahami ilmu ilmu yang beliau sampaikan melalui lisan dan tulisan. Aamiin.

Gataunya, selepas make sendal, terus nengok kiri, eh ada ustadz salim lagi ngobrol sama yang lain. Dan seketika jeng jeng, saya deg degan. Moment yang jarang banget bisa terjadi. Saya pun emang belom pernah ikut kajian beliau langsung, cuma dari buku,mp3 atau sharing di grup aja.

Kemudian saya bilang ke temen, "ada ustadz salimmm." *excited*
"Iya? Mana?"
"Itu tuu lagi ngobrol sama orang."
Terus kita mau balik ke elf, dan ternyata ustadz salim pun jalan ke arah yang kita lewatin. :"""""

Ustadz dan orang itu foto,akhirnya sekalian aja minta temen saya ngomong ke ustadz salim buat foto bareng. Dan yak, akhirnya saya foto sama ustadz salim :"
Setiap tanya hanya bisa saya jawab senyum sangking deg degannya :""

Rabu, 27 Januari 2016

Ahmad Rifa'i Rifan

Barusan saya liat di bbm, Mas Rifa'i, ngeaccept bbm saya setelah beberapa minggu saya ngerequest dan bolak balik nungguin di accept.
Entah itu beliau sendiri yang ngeaccept atau ada orang lain yang jadi adminnya. Tapi rasanya ini moment banget. Sayang kalo gak dishare. Rasanya bahagia banget kayaaaa di accept bbm nya sama Mas Rifa'i :" Salah satu penulis favorit yang suka bikin jleb kalo udah nulis. In syaa Allah ketauhidan beliau luar biasa. Tergambar dari kisah kisahnya yang dituliskan dan disampaikan dalam berbagai kesempatan mengisi.

Seolah hidup itu mudah, karena memang mudah. Yang terpenting jadikan Allah sebagai tempat bergantung.

Salah satu quote favorit saya dari Mas Rifa'i adalah
"Hidup kita hanya sekali, jangan sampai ada dan tiadanya kita di dunia ini tak ada bedanya. Jadilah penulis, serta jadilah pribadi yang namanya layak ditulis." #AhmadRifaiRifan

Senin, 25 Januari 2016

Menu bersyukur : hujan

Langit jatibening siang ini.
Alhamdulillah, hujan mengguyur hampir seharian, gerimis sedikit, deras sedikit, tapi mendung sepanjang hari.

Alhamdulillah...
Jangan keluhkan hujan karena pakaian tidak kering.
Jangan keluhkan hujan karena jalanan macet.
Jangan keluhkan hujan karena banyak daerah yang banjir.
Jangan. Sekali kali jangan.

هُوَ الَّذِيْۤ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً لَّـكُمْ مِّنْهُ  شَرَابٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ
Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu.
[QS. An-Nahl: Ayat 10]

Allah yang nurunin hujan, maka kita harusnya bersyukur atas segala kondisi bumi. Allah yang lebih tau mana daerah yang butuh hujan, mana yang butuh panas, mana yang butuh matahari.

Kalo nengokin ayat di Qur'an, hujan itu bisa berupa dua hal yaitu berkah atau azab.
Karena waktu hujan adalah salah satu waktu mustajab buat doa, yuk banyak banyakin doa semoga hujan ini bukan azab dari Allah...

allahumma shayyiban nafi'an
Ya Allah jadikan hujan yang turun ini membawa manfaat.

Banyak banyak inget, beberapa bulan yang lalu kita pada sholat istisqo. Yuk syukuri hujan, banyakin doa, semoga berkaaahhhh....

Menu bersyukur

Mungkin kita perlu benar benar merasa lapar agar tau bagaimana rasanya kenyang, kemudian bersyukur.

Ada orang yang punya uang banyak tapi gabisa makan enak karena penyakit ini itu yang dideritanya.

Ada juga orang yang perutnya bisa nerima banyak makanan tapi ternyata gak ada uang di tangan buat beli makanan itu.

Ada juga yang sebenernya bisa makan, tapi sibuk mengkhawatirkan berat badan.

Ada yang makannya banyak, tapi gak gemuk gemuk.

Ada yang laper, punya uang, tapi mager beli makanan.

Ada yang semangat nyari uang sampe lupa makan.

Ada yang makan untuk hidup, ada yang hidup untuk makan.

Entah bagian yang mana pun kita, semoga kita termasuk orang orang beriman yang Allah panggil di surat Al Baqoroh ayat 172

يٰٓاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا کُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ کُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.

Yuk jadikan makan sebagai salah satu bentuk ibadah. Niatkan makan untuk menyambung hidup agar bisa ibadah enak.

Selamat malam semua, jangan lupa makan, jangan lupa bersyukur :)

Sabtu, 23 Januari 2016

Lagi lagi rindu

Kita tidak pernah benar benar berjanji untuk saling sapa disini. Menemukan satu dengan yang lainnya lalu memulai hidup baru. Setidaknya tempat ini menjadi saksi bahwa pertemuan kita dimulai di tempat yang baik baik.

Secerah senja, hadirmu menjanjikan keindahan.
Apa kabar kamu? Aku rindu. Tapi takdir belum benar benar mengizinkan kita bertemu. Menahan rasa, menahan jumpa. Hatiku teriris, langkahku berat. Mataku berkaca kaca.
Aku benar benar merindukan kamu.

Duduk melingkar saling sebut nama. Bercanda tawa walau tak saling tatap. Saling menolak saat diberi amanah. Namun siap menyediakan punggung dan pundak untuk memikulnya bersama.

Kita tidak pernah benar benar berjanji untuk bertemu disini, saling mendoakan atau sekedar saling bertatapan. Tersenyum, tertawa atau saling sebut nama. Aku bahkan tidak benar benar tau kamu siapa, tapi aku rindu.

Kamu apa kabar?
Masih jadi pusat peradaban kan?
Masih ramai oleh lantunan doa kan?
Masih dengan sejuta orang yang kehausan akan ilmu kan?

Aku tau, dulu bertemu denganmu tidak benar benar ku inginkan, apalagi sampai ku lantunkan dalam doa. Tapi sekali hatiku terpaut, aku selalu rindu. Dan setiap detiknya aku semakin merindukanmu.

Ya Rabb, mudahkan pertemuan kami, satukan dengan caraMu dan jangan pisahkan lagi. Rinduku sudah menggunung, rasaku tak lagi bisa ditahan. Ringankan langkah kakiku menujunya...

#rindukamu
#rindumasjid
#rinduyiscalazhar
#rindukamujuga

Allah knows, we don't : Semester T I G A

Semester T I G A

Ada hati yang dag dig dug tak tentu menanti IP, ada juga yang mulutnya tak henti melantunkan doa berharap kepada Sang Maha, ada pula yang terlelap dalam tidur karena terlalu lama menanti. Kamu yang mana?

Aku, menjadi bagian yang ketiga. Dari maghrib sampai akhirnya kasur menjanjikan mimpi yang indah, yang ku lakukan tidak jauh dari berdoa lalu mereload siakad. Sambil sesekali bilang ke ayah dan ibu. Doain ya doain.

Dari dulu, hobiku adalah minta doa. Apalagi kata Rasulullah, doa orang tua itu mampu menembus langit lalu sampai ke Allah *redaksi aslinya bisa dicari sendiri*
Pun doa orang tua semanjur doa Rasulullah. Oleh karena itu, doa adalah segalanya. Terutama doa orang tua.

Karena lelah, ayah bilang udah besok aja liatnya, tunggu bisa. Akhirnya bener, baru keesokan harinya nilai keluar tanpa hambatan. Alhamdulillah...

Semester tiga itu luar biasa. Saat kuliah tidak terasa seperti kuliah. Saat tugas dikerjakan saat mepet deadline. Saat untuk pertama kalinya ditegur dosen di kelas karena ngobrol. Semester tiga bener bener menghasilkan sesuatu yang wow selama masa perkuliahan. Tapi saat melihat IP, alhamdulillah.

Allah knows, we don't.

Saya semakin meyakini ayat ini :

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
[QS. Muhammad: Ayat 7]

Kesibukan semester tiga yang membuat sering banget doa, "Ya Allah.. Jangan sampe hamba ngurusin urusan hamba di dunia ini sendirian ya Allah... Semoga apa yang hamba lakukan, semua adalah campur tangan mu. Aamiin."
Sekalipun uas, doanya juga gitu. "Ya Allah, hamba belom belajar banyak, kemaren ngurus ini untuk syiar agamaMu, sebelumnya ngerjain ini untuk menyuarakan cintaMu. Maka ya Allah, jangan sampai untuk urusan ujian ini hamba sombong seolah bisa mengerjakan sendiri. Apapun yang terjadi, semua karenaMu ya Rabb..."

Kalo di PPA, itu namanya ikhlas pasrah. Gak ngotot tapi tetep ikhtiar. Alhamdulillah, bergantung sama Allah gapernah bikin kecewa. Gapernah bikin sakit hati. Cuma kadang kitanya aja yang gak sabar menanti makna kode Nya.

Pun semakin kita sibuk karena urusan Allah, maka Allah akan ngurus urusan kita. Sering banget gagal belajar karena ada yang perlu diurus, padahal besok presentasi. Lalu yang Allah kasih apa? Ternyata dihari yang harusnya presentasi, dosen gak masuk. Akhirnya dosen gak ngeliat kalo mahasiswanya ini kurang maksimal. Allah tu gitu ya, tau aja gimana caranya nutupin aib hambaNya :'D

Alhamdulillah, setelah paham bahwa semua bergantung pada Allah, sedikit banyak mampu menghilangkan perasaan kecewa. Karena lagi lagi kecewa datang karena kita gak bergantung sama Dia. Padahal kata Ali bin Abi Thalib, yang paling mengecewakan adalah bergantung pada manusia. Coba deh rasain. Bergantung sama Allah itu yang paling paling. Bahagia sama sedih gak ada bedanya. Dapet gak dapet sama aja rasanya. Yang penting, jangan ngeliat ke atas terus, ke bawah dong, terus bersyukur deh.

Allah itu gitu, ngasih yang kita butuh bukan ingin,
Allah lebih tau kita itu mampu untuk dapet yang mana. Bisa jadi jangan jangan kalo Allah kasih IP 4,00 eh gataunya itu IP terbaik seangkatan terus disemester berikutnya dosen malah meng-elu elu-kan kita dan kita gak kuat untuk menanggungnya. Bisa jadi kan?
Jadi bersyukurlah dengan apa yang kita dapetin sekarang. Kalo kata orang orang, hasil tidak akan mengkhianati proses. Pun Allah gak akan ngecewain hambaNya. Selama masih yakin kalo kita punya Allah, rasa rasanya sakit hati, kecewa, sedih dan perasaan campur aduk mestinya bisa ke handle dengan mudah lah ya.
*ngomong depan kaca*

Nah kan~
Jadi kemana mana kan~
Sebenernya gini, pola yang bisa disimpulin setelah tiga semester kuliah. Semakin bertambah kesibukan kita di dunia karena Allah, semakin Allah mudahkan urusan di dunia. Siapa yang mengejar dunia, maka dia akan dapet dunia. Siapa yang mengejar akhirat, maka Allah akan berikan akhirat beserta dunia untuknya.

Ma syaa Allah.
Yuk, just focus on Allah.

Rabu, 20 Januari 2016

Mestinya saat aku mencinta, maka terimalah apa adanya...

Hai gerimis,
Kamu masih hadir dengan sejuta kenangan. Setiap tetesmu menghasilkan cerita yang diam diam kusembunyikan dalam keheningan.

Bagaimana harimu?
Hari ini kamu datang saat aku tak lagi di rumah. Jemuranku pasti terkena sapaan hangat setiap tetesanmu. Entah menyenangkan atau menyedihkan, aku suka gerimis tapi aku tidak terlalu menyukai ketika bajuku basah karena tetesannya.

Seperti tidak adil, karena aku memutuskan untuk menyukai gerimis tapi tetap ada bagian yang tak ku suka. Aku hanya menyukai beberapa hal tertentu yang menguntungkanku. Rasanya tidak adil sekali. Tapi, bukankah itu manusiawi?

Coba lihat, ada banyak manusia yang katanya membenci nasi karena katanya membuat berat badan naik. Tapi coba kamu lihat lebih jauh, berapa banyak manusia yang setelah mengetahui hal itu tetap memakan nasi. Dilain kisah, ada orang yang begitu menyukai makan menggunakan sambel, tapi begitu rasa pedas yang keterlaluan menghampiri, lidahnya sibuk mencak mencak seolah marah karena kepedasan.

Manusiawi ya? Katanya.
Padahal jika kamu telah memutuskan untuk menyukai suatu hal, maka cintai hal tersebut sepenuhnya. Syukuri kelebihannya dan tetap terima kekurangannya. Karena lagi lagi tak ada di dunia ini yang sempurna. Seperti aku dan kamu yang juga terus diselimuti kekurangan.

Harusnya, saat aku memutuskan untuk menyukaimu, maka hal yang paling menyebalkan itu bisa ku abaikan. Harusnya. Dan saat kamu memutuskan untuk menyukaiku, maka kamu harus menerima kekuranganku walaupun itu menjengkelkanmu.

Seperti bumi yang selalu menerima hujan. Entah banyak, entah sedikit. Selalu diterima. Walaupun hadirnya menimbulkan genangan, yang diakibatkan oleh sampah, tapi tak sekalipun bumi meminta hujan berhenti menetes.

Ah gerimis, kenapa sampai kemana mana obrolan kita sore ini?
Mungkin aku akan lebih banyak belajar untuk menerimamu apa adanya dan itu berarti mengikhlaskan pakaian yang harusnya sudah kering menjadi basah lagi.

20/1/2016
-diperjalanan pulang refreshing-

Selasa, 19 Januari 2016

Dari ku yang merindu

Lagi lagi bicara cinta selalu mampu membuat hati jadi tak menentu. Karena curhat di grup tadi malam, pagi ini sedikit lebih dapat tersenyum tenang. Mereka selalu mampu mengubah panik menjadi canda yang menghilangkan rasa dag dig dug yang luar biasa. Walau tidak jarang, bercandaan mereka menjadi buah emosi yang akhirnya berhasil membuat orang left group. -tekaje28-

Sebenarnya pagi ini ingin sekali kutulis tentang cinta yang membuat hati berbunga bunga, atau tulisan tentang cinta yang membuat hati patah menjadi ratusan kepingan, atau malah membicarakan cinta dalam diam karena berusaha menjaga ketaatan kepada Dia Yang Paling Wajib untuk dicinta.

Tapi, karena pagi ini mengingat tekaje28, kelas kesayangan yang selama ini selalu membersamai, rasa rasanya sudah lama tidak menulis tentang mereka.

Hei kalian, aku rindu.
Bahkan ditengah kesibukanku di kelas, di kampus, di organisasi, aku masih bisa memikirkan bahwa aku rindu kalian. Terlebih lagi saat rasa penat datang menghampiri, sederetan perbedaan pendapat dengan orang orang tak bisa dihindari, saat itu aku justru semakin memikirkan kalian. Diam diam aku berharap agar kalian mampu menemaniku untuk menertawai masalah masalah ini. Persis seperti yang dulu kalian lakukan.

Kalian bukan yang selalu memberikan solusi terbaik, tapi kalian selalu jadi tempat favorit ku untuk bertanya. Bahkan ditengah keseriusan, kalian masih mampu memberikan jawaban aneh nan menggelitik.

Bagaimana hari kalian?
Dulu, selama tiga tahun di kelas tak pernah sekalipun terbersit rasa bosan bertemu kalian. Ada saja tingkah laku yang membuat tertawa. Kalian mewarnai masa putih abu abu ku dengan sangat indah, bahkan lebih indah dari pelangi.

Tapi sekarang kalian sudah besar. Sudah menjalani hidup masing masing. Bersiap mencari jati diri kalian yang seolah belum juga ditemukan setelah sekian tahun hidup.

Ciee kalian.
Aku sering kali lupa untuk menjadi dewasa, jika telah bersama kalian. Bahkan seketika aku lupa bahwa aku cukup tua untuk sekedar main kejar kejaran karena sebuah ledekan. Mengejar sampai dapat lalu entah, mungkin menginjak kaki atau sekedar menggetok kepala kalian yang cukup error. Tapi mungkin sekarang bobot kita sudah bertambah, berlari menjadi cukup melelahkan. Apa namanya? Ah iya, gendutan.

Selamat pagi kalian yang sedang libur kuliah, yang sedang mencari nafkah, atau yang sedang sibuk berbagi kisah. Dimanapun kalian berada, jangan lupa bahagia ya, dan jangan terlalu error. Pagi tak menjanjikan semua orang siap menghadapi kita :)

Dari ku yang merindu
-absen 15-

Minggu, 17 Januari 2016

Aku iri dengan mereka...

Di sepertiga malam terakhir, ada mata yang dengan susah payah menahan kantuk. Mengabaikan panggilan sayang dari kasur yang seolah mengatakan, "mimpimu belum selesai... Kemarilah, lanjutkan kisahmu..."

Ada yang rela menolak ajakan selimut untuk terus berada di bawahnya. Mereka yang dengan susah payah bangun, menuju keran air, berwudhu dan melaksanakan sholat. Mengabaikan segala keduniawian melangkah halus menuju Rabb-nya.

Aku iri dengan mereka.
Yang dengan mudahnya bangun lalu bersujud. Merendahkan diri dihadapan Sang Maha. Menangis, merintih, mengadu. Menceritakan hal hal yang menyakitkan. Memohon pertolongan. Pasrah dengan segala kehendakNya.

Aku iri dengan mereka.
Yang bersujud, bersyukur tak henti. Menyadari nikmat nikmat terkecil, lalu bersyukur lagi. Menangis, memohon ampun karena seringkali lupa bersyukur. Seolah melupakan semua nikmat yang telah diberikan Rabb-nya. Lalu menangis, bersyukur dan memohon agar diberikan hati yang selalu bersyukur, yang selalu dengan mudahnya menemukan hikmah hikmah tersembunyi, lalu bersyukur lagi. Hati yang selalu terpaut akan kecintaan kepada Sang Maha.

Aku iri dengan mereka.
Yang memiliki sejuta keinginan lalu tau kepada Siapa harus meminta. Kemudian mereka bangun di sepertiga malam terakhir, lalu menyampaikan perlahan lahan apa yang dirasa, apa yang diinginkan, menyampaikan setiap inci dari hal hal yang selama ini diinginkan hati dan pikirannya.

Lalu pasrah, berserah dan kemudian mengatakan,

"Ya Allah... Jika pun tak kau izinkan aku memilikinya, maka pautkan hatiku kepada setiap kehendakMu. Izinkan hatiku mencintai yang terbaik untukku menurutMu, bukan menurut ku. Namun Ya Rabb, jika apa yang aku cintai dapat membuatku lebih banyak mengingatMu dan mengagungkanMu, maka izinkan ya Rabb, izinkan aku memilikinya."

Kemudian mereka, dengan "keperluan" masing masing, tenggelam dalam sujud panjang. Keheningan seolah membersamai mereka. Menambah syahdu setiap hembusan nafas. Melenakan dalam doa doa panjang. Lalu tersadarkan ketika adzan shubuh berkumandang. Panggilan sayang dari Sang Maha pun datang. Kemudian mereka kembali tenggelam bersama sujud sujud dalam sholat. Menyatu dengan alam, mengakui kerendahan diri. Lalu lagi lagi meminta, bersyukur, memohon ampun.

Karena hanya kepada Sang Maha lah hati boleh berlabuh.
Hanya kepada Sang Maha lah hati boleh meminta.
Hanya kepada Sang Maha lah segala hal bisa didapatkan.
Maka, dekati Dia, maka Dia akan dekatkanmu kepada yang kau butuhkan, bukan yang kau inginkan.

Semoga Allah izinkan hati kita terpaut selalu bersamaNya, selalu cinta kepadaNya, selalu Dia jadi yang pertama dan utama.

Aamiin..

Sabtu, 16 Januari 2016

Sepatu Dahlan - Krisna Pabichara

Sepatu Dahlan - Krisna Pabichara

Novel lain yang baru saja saya selesai baca ini bener bener menginspirasi.

Kamu pernah merasakan menginginkan sesuatu dengan sangat?

Bahkan bertahun tahun mengidamkannya lalu yang kamu dapatkan hanya sebuah ucapan,
"Nanti ibu belikan ya nak.."

Bahkan sampai ibu kembali ke haribaan ilahi, hal yang kamu inginkan pun belum juga terpenuhi. Sedangkan bapak, hanya dapat tersenyum menahan perih. Tak dapat memenuhi keinginanmu sekaligus sedih tak lagi hidup bersama pasangan.

Iya, ini kisah Dahlan Iskan, Menteri BUMN Indonesia. Semakin hari, saya semakin meyakini bahwa orang besar justru lahir dari rasa sakit. Orang besar adalah mereka yang mampu bangkit dari keterpurukan. Orang besar adalah mereka yang berani bermimpi lalu bergegas untuk mewujudkannya.

Mimpi Dahlan waktu kecil sangat sederhana. Sebuah sepatu dan sebuah sepeda. Alasannya pun sungguh mulia. Bukan karena ingin pamer atau kebut kebutan di jalan. Karena Dahlan sendiri berasal dari keluarga yang berteman lapar. Tapi, Dahlan ingin cepat sampai sekolah dengan sepeda. Dahlan ingin memakai sepatu agar kaki tak lecet saat harus berangkat sekolah.

Berlatar tahun 60an dengan segala konflik politik Indonesia, Krisna Pabichara menceritakan kehidupan Dahlan Iskan dengan bumbu bumbu fiktif yang tak jarang mengharu biru.

Novel ini menceritakan tentang perjuangan, pengorbanan dan segudang bukti bahwa sabar tak memiliki ujung, sabar tak ada batasnya, sabar adalah sebuah pelajaran yang ujiannya seumur hidup.

Menginspirasi. Saat kamu punya sejuta mimpi, maka raihlah. Bangun, bergerak dan wujudkan. Tak peduli sesederhana mimpimu itu - seperti punya sepatu - bangunlah dan wujudkanlah.

Dahlan Iskan sudah membuktikan. Sepatu yang saat itu harganya lebih mahal dari sepeda, lebih mahal dari tiga ekor domba, tetap saja bisa dipenuhi. Seperti itu.

Dan kamu tau, saat sudah bertekat, maka gantungkanlah mimpimu dilangit. Raihlah dengan doa. Karena hanya doa doamu yang mampu menyentuhnya. Hanya doa yang mampu menggerakkan hati Sang Pencipta untuk tersenyum dan berkata "Kun!"

Dahlan sudah membuktikan, doa dan ikhtiar lalu tawakal akan membuat ia mendapatkan mimpinya itu, sepatu dan sepeda. Bahkan ia bisa memberikan sepeda untuk kakaknya dan sepatu untuk adiknya. Padahal, Dahlan sehari hari selalu berteman lapar, dan tertidur bersama rintihan menahan perih perut.

Sepatu Dahlan.
Walaupun saya belum menonton filmnya *seringkali film kurang semenyenangkan novelnya* saya dapat merasakan suasana pedesaan, sungai, sawah, tebu dan hal hal lainnya yang diceritakan oleh Krisna Pabichara.

Teruntuk kamu yang senang bermimpi, luangkan waktu untuk membaca novel ini. Lalu bergegaslah meraihnya. Seperti Dahlan.

Selasa, 12 Januari 2016

Rembulan Tenggelam di Wajahmu - Tere Liye

Rembulan Tenggelam di Wajahmu - Tere Liye

Baru beberapa menit yang lalu, akhirnya saya berhasil menyelesaikan membaca novel ini. Sebenernya target saya itu malam kemarin, tapi karena ngantuk merajalela, alhasil saya tidur.

Sekilas tentang novel ini, Bang Tere selalu dengan caranya memberikan hikmah hikmah tersembunyi. Saya semakin yakin dengan ucapan Allah knows, we don't.

Ray a.k.a Rehan, yang tumbuh dengan rasa sakit luar biasa akhirnya mampu mencapai puncak kesuksesan dalam hidup di dunia. Namun masalahnya diakhir hidup nya justru penyakit tak kunjung henti menyapa. Datang lebih sering bahkan sampai akhirnya membuat Ray tertidur selama enam bulan.

Selama hidup, kita pasti memiliki moment dimana akhirnya muncul pertanyaan pertanyaan mengganggu yang disebabkan oleh ketidaktahuan kita. Beruntung, Ray mendapat kesempatan untuk mendapatkan jawaban dari 5 pertanyaan dalam hidupnya. Rumit. Ternyata jawaban ini justru membawa Ray ke dalam perjalanan flashback kisah hidupnya.

Pelan pelan, pertanyaan Ray terjawab. Beruntung. Berhasil menentukan jawaban atas pertanyaan adalah sebuah kebanggaan. Terlebih lagi memiliki kesempatan untuk menyaksikan ulang kisah hidupnya.

Kita boleh kesakitan, hampir mati mengutuki kenyataan yang seolah hanya membuat luka luka dihati. Tidak nampak, namun nyata adanya. Memang inilah yang terlihat dari sisi kita.
Tapi kenyataannya, dunia tidak berasal dari satu sudut pandang yang semua serba kamu. Tidak.

Setiap kisah memiliki rangkaiannya sendiri. Dan setiap rangkaian ada hikmah yang bisa dipetik dan diambil pelajarannya.
Seperti itu, Bang Tere ingin membuka mata kita bahwa tak hanya kita yang kesakitan, tapi banyak. Pun kesakitan itu, tidak semua orang merasakan bahwa kesakitan mu adalah hal buruk. Sejatinya, Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu.

Lagi lagi, ini novel fiksi, namun Bang Tere berhasil memasukan nilai dan point penting tentang kehidupan.
Luar biasa.

9/1/16 23:31

Saat aku dan kamu jadi kita

Saat aku dan kamu jadi kita,
Mungkin saat itu sedang bulan purnama, bintang memenuhi langit, pelangi berusaha ikut menampakan diri.
Tak tergambar pemandangannya, tapi itu pasti indah.
Seindah mengucapkan kata "kita" bersamamu.

Saat aku dan kamu jadi kita,
Saat itu lah airmata haru mulai berlinangan.
Rasa lelah akan penantian, mulai bepergian.
Hanya ada rasa bahagia mengucap kata "kita."

Saat aku dan kamu jadi kita,
Senyum malu malu tak terelakan,
Gemetar saling bergandengan tangan tak tertolakan,
Ingin dekat, namun jantung dag dig dug tak tertahankan,
Tapi tak mau jauh walau kata cie terus digaungkan.

Saat aku dan kamu jadi kita,
Langit tersenyum,
Bumi berdendang riang,
Ada mata yang menyiratkan kebahagiaan,
Ada mata yang menyuguhkan keharuan,
Dilain tempat, ada hati yang terkosongkan,
Semua karena aku dan kamu jadi kita.
Maka tak lagi boleh ada ruang untuk yang lain.

Hanya disaat aku dan kamu jadi kita,
Kebersamaan dan kebahagiaan akan kita perjuangkan bersama.
Susah, sedih, bahagia atau gembira,
Akan kita hadapi bersama.
Semua ada disaat aku dan kamu jadi kita