Senin, 28 Januari 2013

white horse - taylor swift

Say you're sorryThat face of an angel comes out just when you need it toAs I paced back and forth all this time'Cause I honestly believed in you
Holding on, the days drag onStupid girl, I should have knownI should have known
That I'm not a princess, this ain't a fairytaleI'm not the one you'll sweep off her feetLead her up the stairwell
This ain't Hollywood, this is a small townI was a dreamer before you went and let me downNow it's too late for you and your white horse to come around
Baby I was naiveGot lost in your eyes and never really had a chanceMy mistake, I didn't know that to be in loveYou had to fight to have the upper hand
I had so many dreams about you and meHappy endings, now I know
That I'm not a princess, this ain't a fairytaleI'm not the one you'll sweep off her feetLead her up the stairwell
This ain't Hollywood, this is a small townI was a dreamer before you went and let me downNow it's too late for you and your white horse to come around
And there you are on your kneesBegging for forgiveness, begging for meJust like I always wanted, but I'm so sorry
'Cause I'm not your princess, this ain't a fairytaleI'm gonna find someone someday who might actually treat me wellThis is a big world, that was a small townThere in my rearview mirror disappearing now
And it's too late for you and your white horseNow it's too late for you and your white horse to catch me now
Oh, whoa, whoa, whoaTry and catch me now
Oh, it's too late to catch me now


jar of heart - christina perri

I know I can't take one more step towards youCause all that's waiting is regretAnd don't you know I'm not your ghost anymore?You lost the love I loved the most
I learned to live, half-aliveAnd now you want me one more time
And who do you think you are?Runnin' 'round leaving scarsCollecting your jar of heartsAnd tearing love apart
You're gonna catch a coldFrom the ice inside your soulSo don't come back for meWho do you think you are?
I hear you're asking all aroundIf I am anywhere to be foundI have grown too strongTo ever fall back in your arms
I've learned to live, half-aliveNow you want me one more time
Who do you think you are?Runnin' 'round leaving scarsCollecting your jar of heartsAnd tearing love apart
You're gonna catch a coldFrom the ice inside your soulSo don't come back for meWho do you think you are?
Dear, it took so longJust to feel alrightRemember how to put backThe light in my eyes
I wish I had missedThe first time that we kissed'Cause you broke all your promisesAnd now you're back you don't get to get me back
Who do you think you are?Runnin' 'round leaving scarsCollecting your jar of heartsAnd tearing love apart
You're gonna catch a coldFrom the ice inside your soulSo don't come back for meDon't come back at all
And who do you think you are?Runnin' 'round leaving scarsCollecting your jar of heartsAnd tearing love apart
You're gonna catch a coldFrom the ice inside your soulDon't come back for meDon't come back at all
Who do you think you are?Who do you think you are?Who do you think you are?

Rabu, 23 Januari 2013

one direction - irresistible


Harry:
Don’t
Try to make me stay
Or ask if I’m okay
I don’t have the answer
Don’t
Make me stay the night
Or ask if I’m alright
I don’t have the answer

Liam:
Heartache doesn’t last forever
I’ll say I’m fine
Midnight ain’t no time for laughing
When you say goodbye

Zayn:
It makes your lips
So kissable
And your kiss
Unmissable
Your fingertips
So touchable
And your eyes
Irresistible

Niall:
I've tried to ask myself
Should I see someone else?
I wish I knew the answer

Harry:
But I know
If I go now
If I leave
Then I’m on my own tonight
I’ll never know the answer

Liam:
Midnight doesn’t last forever
Dark turns to light
Heartache flips my world around I’m falling
Down, down, down that’s why

Zayn:
I find your lips
So kissable
And your kiss
Unmissable
Your fingertips
So touchable
And your eyes
Irresistible

All:
Irresistible (Irresistible)
Irresistible (Irresistible)
Irresistible (Irresistible)
Irresistible

Harry:
It’s in your lips
And in your kiss
It’s in your touch
And your fingertips
And it’s in all the things and other things
That make you who you are
And your eyes
Irresistible

All:
It makes your lips (Ohh)
So kissable (Ohh)
And your kiss (Ohh)
Unmissable (Ohh)
Your fingertips (Ohh)
So touchable (Ohh)
And your eyes, your eyes, your eyes, your eyes, your eyes, your eyes (Ohh)
Irresistible

Minggu, 20 Januari 2013

The Last Twenty



Disa terbangun lagi seperti malam malam sebelumnya. Rasa kehilangan itu masih ada, padahal sudah hampir setahun Disa berpisah dengan mantannya, Deni. Disa duduk di kasur dan menyalakan lampu kamarnya. Pandangannya menuju ke jam dinding yang terletak di dekat pintu. Disa masih tidak bisa berpikir secara jernih, dia mengedarkan pandangannya keliling kamarnya. Tangannya meraih gelas yang ada di meja dekat lampu kamar, semoga saja segelas air dapat membuat pikirannya lebih jernih.
Disa meraih handphone tuanya. Sudah berjuta juta orang menyarankan agar Disa mengganti handphonenya dengan smart phone, tapi dia menolak dengan alasan sudah terlanjur cinta dengan handphone itu. Padahal ada beberapa alasan lain yang membuat Disa terus bertahan dengan handphone itu.
Dua puluh Januari 2013. Ada apa ya hari ini? Disa berpikir, lama sekali. Ada sesuatu di tanggal hari ini yang membuatnya penasaran, dia tau ada sesuatu yang terjadi di tanggal 20 Januari ini. Deadline? Meeting? Client? Birthday? Anniv… ah, iya. Disa ingat!
Hari ini, setahun yang lalu, dia dan Deni harusnya merayakan hari jadian mereka yang ke 22 bulan. Tapi saat itu hubungan mereka sudah seperti tidak dapat diperbaiki lagi. Tanggal 20 yang biasanya selalu Disa tunggu tunggu menjadi tidak berarti lagi. Ucapan selamat tanggal 20 yang biasanya Disa persiapkan beberapa hari sebelumnya sudah tidak ada lagi. Bahkan melihat Deni mengucapkan selamat tanggal 20 yang ke 22 Disa biarkan saja.
Disa tau dia sangat mencintai Deni, tapi disisi lain Disa ingin sekali melepaskan Deni yang sepertinya ingin terlepas. Semuanya akan segera berakhir, Disa yakin itu.
Disa membuka inboxnya dan melihat pesan dari Deni setahun yang lalu, “selamat tanggal 20 yang ke 22, semoga….” Disa tersenyum, semuanya hanya tinggal kenangan. Ucapan selamat tanggal 20 yang terakhir dari Deni beserta segala harapannya masih menghiasi inbox Disa. Terlalu banyak pesan dari Deni di handphone tua itu yang membuat Disa terus saja bertahan dengan handphone itu.
Rutinitas Disa tanggal 20, yang sepertinya tidak pernah Disa sadari bahwa dia melakukan hal yang sama disetiap tanggal 20. Membaca sms dari Deni. Disa tersenyum membaca pesan yang sudah lebih dari setahun itu. Seandainya saja ada cara yang mampu membuat semuanya kembali lagi. Ah, tidak. Disa sama sekali tidak ingin kembali ke masa masa itu, terlalu indah dan terlalu menyakitkan.
Jika Disa kembali lagi, mungkin semuanya bisa diperbaiki, tapi Disa tau jika dia kembali, ia hanya akan mengulang kisah yang dulu dan tentu saja ia tau endingnya seperti apa. Berkali kali Disa menekan tombol delete message, tapi ia selalu memilih cancel jika ada pertanyaan are you want to delete this message?
Harus berapa lama lagi Disa tenggelam bersama kenangannya tentang Deni? Bukan hanya handphonenya, tapi laptopnya juga memiliki sebuah folder yang berisi semua kenangan tentangnya dan Deni. Disa tidak berani menghapus folder itu, dia takut jika suatu hari Deni menanyakan apakah Disa masih menyimpan folder itu dan Disa akan menjawab ‘tidak.’ Walaupun Disa yakin Deni tidak mungkin menanyakan hal itu, tapi Disa hanya bersiap siap saja, jika itu terjadi. Ya walaupun hanya 1:1000000 Disa tetap bersiap siap dengan kemungkinan itu.
Disa melarang orang orang masuk ke kamarnya, karena kamarnya penuh barang tentang Deni. Foto, tulisan, tempelan, gambar, kalender, semua hal tentang Deni masih tersimpan rapi di kamarnya. Bagaimana Disa akan melupakan Deni jika semuanya masih saja tersimpan rapi dikamarnya? Disa tau benar jika dia terus saja menyimpan semua barang barang ini, hanya akan menghambatnya untuk melupakan Deni. Tapi… seperti alasan sebelumnya, Disa hanya bersiap siap saja jika Deni menanyakan apakah dia masih menyimpan semua kenangan tentang mereka.
Disa sudah bisa berfikir jernih, 1.58 a.m. dia menghidupkan MP3 nya dan memutar lagu Last Kiss yang dinyanyikan oleh Taylor Swift. Lirik lagunya membuat suasana kamar dan hati Disa semakin dipenuhi dengan semua kenangan tentang Deni.
“never imagine we’d end like this, your name forever the name on my lips just like our last kiss…” begitu banyak orang yang menciptakan lagu sesuai dengan apa yang sedang kita rasakan. Hal ini tentu saja membuat kita semakin mellow, begitu juga Disa. Semua lagu Taylor Swift yang dia miliki benar benar menggambarkan perasaannya, tentu saja perasaannya ke Deni.
“you tell me you loved me, so why did you go away?”
Lagu yang berdurasi lebih dari enam menit tersebut menemani malam Disa. Ia kembali mengingat Deni, kembali mengingat semua kenangan tentang Deni, kembali dengan semua hal tentang Deni. Bagaimana mereka bertemu, bagaimana mereka mulai dekat, bagaimana mereka sering berbagi cerita dan bagaimana kisah mereka berakhir.
“Aaaaaaaaaaaaaa” Disa teriak ditengah kegelapan malam, dia tidak mau terjebak dengan masa lalunya, dia ingin lepas dari masa lalunya, dia ingin bebas. Rasanya sudah tidak sakit, tidak ada air mata yang jatuh, tidak ada perasaan galau, yang ada hanya rasa kehilangan. Entah bagaimana, dia masih merasa kehilangan. Jika ia memiliki sepasang hati, yang ada pada dirinya kini hanya satu, yang satunya lagi masih tertinggal di Deni. walaupun Disa tidak tau apakah Deni masih menyimpan hati itu atau tidak.
Rutinitas Disa disetiap tanggal 20 masih sama. Terbangun ditengah malam, berpikir keras kenapa dia merasa ada sesuatu ditanggal 20, menyadari bahwa itu adalah tanggal yang penuh kenangan baginya, membaca semua pesan dari Deni, mengingat semua hal tentang Deni, memutar lagu yang penuh kenangan tentang Deni dan jatuh tertidur saat dia sedang mengingat semua kenangan tentang Deni. Semua hal itu masih Disa lakukan walaupun Disa tau, tanggal 20 yang penuh kenangan itu sudah lama berakhir.

Sabtu, 19 Januari 2013

Lara Hati


Rina termenung mendengar lagu yang diputar di radio. Matanya berkaca-kaca. Ada hal yang sedang mengganggu pikirannya, ditambah lagu yang diputar di radio itu benar benar membuat dadanya semakin sesak. Sakit… sakit sekali. Seandainya saja ada hal yang mampu dia lakukan untuk menghilangkan rasa sakit itu. Walaupun beribu tetesan air mata telah jatuh, hal itu sama sekali tidak akan membantu.
Kenapa dadanya begitu sakit padahal tidak ada satu pun luka yang terlihat. Rentetan kejadian beberapa menit yang lalu berputar kembali. Air matanya semakin mengalir deras tidak dapat terbendung lagi. Setetes demi setetes air mata itu jatuh, rasa sakit itu masih tetap terasa. Rina mencoba menghapus air matanya, sebelum air mata itu jatuh, dia telah menghapuskannya. Rina melarang air mata itu jatuh, tapi airmata itu terus saja melawan kecepatan tangan Rina. Rina pun menyerah dan membiarkan air mata itu jatuh, terus terus dan terus.
Satu jam yang lalu Dika datang ke rumahnya. Rina tau ada yang salah, kedatangan Dika yang begitu tiba tiba dan dari raut muka yang Dika tunjukkan, semuanya begitu aneh.
“Rina, ini bukan yang pertama atau kedua kalinya kita mempermasalahkan hal ini.” Rina mengangguk mendengar perkataan Dika.
“kita hampir dua tahun bersama, kamu tau kan?” Rina kembali mengangguk. “dan kamu tau hal yang membuatmu marah adalah hal yang itu saja.” Rina mulai menggigit bibirnya.
“Rina…” Dika melembutkan suaranya.
“aku sangat membutuhkan kepercayaan darimu, dan kita hampir dua tahun, tapi kepercayaan itu tak kunjung hadir.” Rina semakin keras menggigit bibirnya. Kini Dika menghembuskan nafasnya, seakan mencoba mengangkan beban yang ada dipundaknya.
“kita sudahi saja” Kata kata itu telah keluar.
“maaf…” Rina benar benar mencegah air matanya untuk jatuh, ia menggigit bibirnya, berusaha agar airmatanya tidak jatuh. Rina menatap langit langit rumahnya, ia melarang airmatanya untuk jatuh. Rina tidak boleh menangis di depan Dika.
Dika tersenyum, Rina benar benar tau dia akan merindukan senyuman itu.
“jaga diri baik baik ya Rina.” Dika tersenyum dan mengelus kepala Rina hangat. Rina tersenyum, memberikan senyum yang paling Dika sukai. Rina mengangguk manis.
Dika melangkahkan kaki dengan begitu pelan, langkahnya penuh keraguan tapi Dika memutuskan untuk jalan terus ke depan tanpa mampu menengok ke belakang lagi. Dika tau, jika dia menengok ke belakang dan melihat Rina, semua keputusannya akan berubah seketika. Hanya jika dia menengok ke belakang dan melihat Rina.
Rina mengikuti dari belakang dengan lemas dan senyuman manis yang begitu Dika sukai. Sakit. Sakit sekali. Ingin sekali Rina mengejar Dika dan memohon untuk tetap di dekatnya, jangan pernah pergi kemanapun, Rina berani bersumpah tidak akan mengulangi kesalahannya itu. Rina berjanji akan memberikan kepercayaan kepada Dika sepenuhnya, apapun yang Dika lakukan akan Rina percaya. Tapi yang bisa Rina lakukan hanyalah memandang sosok Dika yang semakin lama semakin jauh.
Dika kembali tersenyum dan melambaikan tangan. Sosok Dika semakin jauh, semakin tidak terlihat, tidak, bukan karena Dika semakin jauh yang membuatnya tidak terlihat. Tapi genangan air mata Rina yang membuat pandangannya buyar. Rina berlari ke kamarnya, mencoba menahan air mata, tapi gagal. Kini ia biarkan air mata itu jatuh, mengalir, dan terus mengalir.
Air mata karena Dika, rasa sakit karena Dika, semua hal yang Rina rasakan untuk Dika. Biarlah tetesan air matanya yang menyampaikan.
Seandainya saja ada yang bisa Rina lakukan untuk membuat Dika kembali, atau sesuatu yang bisa menghentikan rasa sakit kehilangan Dika, atau sesuatu yang bisa membuat Rina melupakan segala hal tentang Dika. Rina benar benar merasakan sakit di hati yang tidak bisa digambarkan dengan apapun. Sakit, sakit sekali.
Tetesan air mata itu terus saja jatuh menemani malam hari Rina yang tanpa Dika lagi.

Jumat, 04 Januari 2013

Meraih Mimpi!



Bismillahirrahmanirrahim…..
Mimpi. Apa sih arti mimpi untuk kita? Kenapa kita bermimpi? Kenapa kita harus mempunyai mimpi? Apakah mimpi itu harus diwujudkan? Tentu saja. Mimpi itu adalah kunci untuk kita menaklukan dunia, seperti potongan lagu lascar pelangi dari Nidji. Mimpi, kadang yang kita pikirkan mimpi adalah sesuatu yang terjadi di alam bawah sadar disaat kita tidur. Ya, memang tidak salah, itu juga bisa disebut mimpi. Tapi percayalah, dalam keadaan sadar pun kita bermimpi dan mimpi disaat kita dalam keadaan sadar itu adalah mimpi yang bisa kita capai, bisa kita raih, dan bisa kita rasakan dalam keadaan yang nyata.
Mungkin tadi malam kita bermimpi bertemu dengan pangeran tampan seperti yang ada di negeri dongeng, lalu kita memikirkan apakah mungkin kita bertemu dengan pangeran tampan seperti yang ada dimimpi kita, tentu saja bisa. Kita tidak perlu mencarinya ke kerajaan kerajaan yang ada di dunia, yang perlu kita lakukan adalah pergi ke suatu tempat yang bisa membuat kita bertemu dengan pangeran tampan itu. Saya yakin ketampanan seseorang tidak terlalu berarti, tapi yang kita cari adalah yang akhlaknya baik, yang pintar, yang selalu ada disetiap saat kita. Iya kan?
Nah, jika kita mencari pria tampan yang memiliki sifat seperti tadi, kita tidak mungkin menemukannya dipinggir jalan, kita harus mencarinya ditempat yang baik. Bagaimana agar kita bisa mencarinya ditempat yang baik? Diri kita harus menjadi baik terlebih dahulu. Benar kan? Jika diri kita baik, tentu saja Allah akan memberikan pangeran tampan yang baik seperti diri kita, iya kan?
Nah, kembali ke mimpi tadi, agar kita bisa meraih mimpi, kita harus bergerak, dan memperbaiki diri, meningkatkan kualitas hidup kita, meningkatkan standar standar kita, dan selalu ingin menjadi lebih baik lagi.
Mimpi tidak akan terwujud dengan sendirinya jika kita hanya memikirkannya, bergerak dan lakukan hal yang bisa membuat mimpi kita itu menjadi nyata. Caranya?
  • Tulis mimpi kita sebagai judulnya.
  •  Ambil langkah pertama yang mengarahkan kita ke arah mimpi kita berada. Misalnya, kita bermimpi menjadi seorang polisi, berarti yang harus kita langkah pertama kita adalah memenuhi syarat syarat menjadi seorang polisi, contoh : olahraga agar badan tambah tinggi dan bisa memenuhi kriteria fisik.
  • Tulis langkah langkah berikutnya yang bisa mengarahkan kita agar lebih dekat dengan mimpi kita. Misalnya, untuk menjadi polisi setelah target secara fisik selesai, kita periksa kesehatan kita, menjaga kesehatan gigi, tidak merokok, tidak memakai narkoba, berwawasan luas, memiliki keberanian yang tinggi, dll.
  •  Minta bantuan kepada orang yang bisa membantu kita mewujudkan mimpi kita. Misalnya setelah langkah langkah kita untuk menjadi polisi terpenuhi, kita datang kepada seorang polisi yang bisa membantu kita menjadi polisi, jika ada kerabat atau teman kita yang seorang polisi akan semakin mudah untuk mewujudkan mimpi kita itu. Kita minta tolong kepada orang orang yang bisa membantu kita mewujudkan mimpi kita itu, dan kita insya Allah akan bisa mencapainya.
  •  Memulai meraih mimpi. Nah, jika sudah sampai kepada tahap ini, berarti kita sudah siap membuat mimpi kita menjadi nyata, jika menjadi polisi seperti contoh contoh diatas, berarti sekarang saatnya melakukan tes tes yang ada.
  • Tawakal. Selesai melakukan serangkaian tes, selebihnya kita serahkan kepada Allah, Allah pasti memberikan yang terbaik untuk kita.

Nah, tips tips diatas tidak hanya untuk polisi, tapi bisa juga untuk dokter, penulis, artis, bahkan seorang presiden.

Jangan pernah takut untuk bermimpi, jangan takut untuk menuliskan mimpi kita, jangan takut untuk mewujudkannya, bermimpi itu tidak dilarang !

Kamis, 03 Januari 2013

Kambing Hitam


Kambing hitam.

Apasih yang ada dipikiran kalian kalo denger kata kambing hitam?
Gue yakin bukan kambing yang warnanya hitam atau temennya kambing jantan (?)
Kambing hitam itu nyalahin sesuatu atas kesalahan yang udah kita perbuat atau kekurangan yang ada di diri kita. Kurang lebih inti dari artinya itu begitu.
Hampir semua orang gak mau ngakuin kesalahan atau kekurangannya. Mungkin daripada harus ngakuin itu mendingan nyalahin orang lain yang emang mungkin salah satu penyebab kesalahan itu. Tapi gue pernah dikasih tau sama senior gue, “jangan nyari alesan tapi cari solusi.”
Nah kata kata ini emang awalnya Cuma angina lewat doang. Cuma sekedar didengerin doang. tapi setelah gue kesel sama orang gara gara ngasih alesan terus atas semua kesalahan yang udah dia lakuin, gue jadi mikirin kata kata senior gue tadi. Berarti bener, jangan nyari alesan tapi cari solusinya. Ngasih alesan dan berharap orang lain akan bilang, “oh iya, yaudah gapapa.”
Mungkin dalam beberapa hal dan kesempatan yang berbeda, alesan masih bisa diterima. Tapi kalo udah masuk ke urusan yang serius, alesan udah gak diterima lagi, yang kita perlukan adalah solusi.
Contoh, ‘MACET’ udah ada berapa ribu orang Jakarta yang jadiin ‘macet’ sebagai alesan dia telat. Mengkambing hitamkan kemacetan. Padahal semua orang di Indonesia terlebih lagi warga Jakarta sendiri tau kalo macet itu udah kaya bagian utamanya Jakarta. “aduh sorry telat, biasa macet” nah, dia udah tau kalo macet masih aja telat. Padahal tanpa harus mikir lama lama juga dia udah tau solusi menghindari keterlambatan dari macet adalah dengan berangkat lebih awal. Tapi Cuma ada sedikit orang yang menerapkan kaya gini sih.
Nah, balik lagi ke kambing hitam, buat apa sih mengkambing hitamkan sesuatu atas kesalahan atau kekurangan yang kita perbuat? Ini gak akan membuat kita maju. Saat kita mengkambing hitamkan sesuatu, otomatis kita nyalah nyalahin hal itu kan? Padahal mungkin aja dia gak salah atau mungkin kesalahan ada di kita yang gak mau sedikit aja usaha.
Lebih baik kita sadar diri dan ‘ngaca.’
Udah berapa hal yang kita jadiin kambing hitam karena gak mau disalahin?
Udah berapa kali kita mengkambing hitamkan sesuatu karena gak mau disalahin?
Saat mengkambing hitamkan sesuatu, apa kita yakin itu alasan sebenarnya?
Apa sesuatu yang kita kambing hitamkan itu emang bener bener salah atau Cuma ‘pelarian’ dari kesalahan?
seharusnya kita sadar, mengkambing hitamkan sesuatu gak akan pernah bikin kita ngerasa puas. Kita hanya ngerasa tenang sesaat, tapi yang kita kambing hitamkan? Mungkin suatu hari nanti kita akan kena karma karena mengkambing hitamkan sesuatu.
Inget, cari solusi bukan alesan. Buat apa ngasih beribu alesan kalo emang kalian salah?
Saat mengkambing hitamkan sesuatu, otak kita akan berpikir lebih keras dibandingkan dengan harus mengakui kesalahan. Hemm, tapi otak kita juga berimajinasi sendiri kalo kita mengakui kesalahan mungkin nanti akan dimarahin atau kena hukuman. Padahal kalo kita mau berpikir positif, kalo kita dimarahin atau kena hukuman kan kita akan takut atau gamau ngelakuin kesalahan lagi, iya kan? Kita jadi berhenti nyari nyari alesan dan kita akan cari solusi supaya gak kena marah atau hukuman lagi. Nah, ini namanya pikirannya maju. Tuh kan, kerasa banget bedanya.
So, jauh jauh deh yang namanya mengkambing hitamkan sesuatu!