Selasa, 30 Mei 2017

Adakah kamu takut?

Jika kita menghitung hari, maka kematian ikut membersamai.
Jika kita berhenti berbuat, maka kematian tak sedikitpun memutuskan untuk minggat.
Jika kita lari dari kehidupan, maka tak selangkah pun kematian pergi meninggalkan.

Karena kematian telah ditakdirkan.
Karena semuanya telah Allah tentukan.
Karena kita tak bisa menetapkan hanya bisa merencanakan.

Adakah hal ini mengganggumu?

Tentang seberapa adil Allah dengan takdir Nya yang padahal kita tertatih menjalaninya?

Tentang seberapa cinta Allah kepada hamba Nya dengan bahasa yang paling sulit diterjemahkan oleh kata kata.

Tentang seberapa baik Allah menyediakan waktu untuk kita merencanakan, mempersiapkan, lalu pada akhirnya, Ia tetap putuskan sesuai dengan kehendak Nya.

Tentang seberapa sanggup kita berkhusnudzon pada jumpa yang sesaat setelah dinanti sekian lama.

Adakah kamu mempersiapkannya?

Pada hal yang paling gaib,
Pada hal yang paling misterius,
Pada hal yang paling pasti kedatangannya.

Adakah kamu takut akan kedatangannya?

TakdirNya, KuasaNya, KeputusanNya, ketetapanNya.

Sudahkah kamu mempersiapkannya?
Sudahkah kamu siap menghadapinya?
Sudahkah kamu sanggup menjalaninya?

Barangkali, jika kita semua bisa secara sadar memilih,
Mungkin tak kan ada yang mau berlama lama di bumi,
Mengumpulkan dosa, menanam kenangan disetiap insan,
Lalu pergi meninggalkan kemudian mempertanggungjawabkan.

Ku pikir, aku ingin seperti mu.
Lahir di bumi tanpa dosa, kemudian pergi tanpa menyakiti hati manusia, lalu kembali kepadaNya dengan kondisi terbaik, terbersih, terindah.

Ku pikir, aku iri.
Bahwa kamu telah Allah pastikan jalannya ke surga, sedang aku berlama lama di bumi sambil berbuat dosa.

Tapi bukankah Allah Maha Mengetahui sedang manusia (khususnya aku) hanya menjadi sok tahu?

Tak apa apa.
Ketika kehadiranmu hanya sebatas mimpi.
Kedatangan mu seperti sebuah ilusi.
Namun kematianmu senyata mentari.

Nantikan aku disana.
Jemput aku di surga.
Izinkan aku menyapamu dalam bentuk yang lebih nyata.
Dalam kebahagiaan yang lebih hakiki.

-dalam pertemuan yang tanpa pisah -

Rabu, 24 Mei 2017

Ceritanya hari ini menemani murid saya khatam quran. Karena ini les privat, jadi belajarnya sebutuhnya dan malam ini jadwalnya khatam qur'an. Lalu saya... Flashback dong ya hahaha.

Dulu pertama kali khatam itu kelas lima sd, mulai baca quran dari kelas 3 sd. Kan lama banget ya, dua tahun baru khatam.

Tapi rasanya bangga loh, dulu bacanya terputus putus, satu 'ain, bahkan kebingungan ketika ketemu surat ar rahman yang ayatnya berulang ulang. Sampe akhirnya menyimpulkan ini al quran salah cetak kali ya sampe ada ayat yang diulang 😂

Begitu kelas 8 smp, akhirnya paham kalo emang ar rahman itu begitu suratnya. Pahamnya gara gara apa coba? Gara gara baca novel aac yang jelasin fahri baca fabi ayyi alaa irobbikuma tukadziban terus.

Lucu ya kadang, malu juga si, mengingat betapa tidak mengenalnya saya dengan al quran.

Dan ketika melihat murid saya sudah baca qur'an, hafalannya banyak, rasanya malu banget.

Mudah mudahan bisa istiqomah dalam taat 💞

Selasa, 23 Mei 2017

Ramadhan tiba

Saya pertama kali diperkenalkan dengan target ramadhan saat kelas 10 dulu, oleh seorang tutor luar biasa yang rupanya belum mampu menularkan keistiqomahan taatnya kepada saya yang masih jahil.

Awal mula diperkenalkan dengan target ramadhan rasanya bingung, kenapa ramadhan harus memiliki targetan?
Singkat cerita, target hanyalah target. Saya masih hidup sesuka hati, yang penting puasa full kecuali diskon bulanan perempuan.

Tahun berlalu, ketika akhirnya hidayah menyapa. Ah benarkah itu hidayah?

Ketika akhirnya ramadhan tiba, kemudian saya berdegup kencang. Degdegan. Ingin menyambut dengan suka cita, tapi yang ada justru haru tiada ujung. Kemudian tanpa arahan, tanpa perintah, saya menyambut ramadhan dengan membuat target ramadhan sendiri.

Khatam seminggu sekali.
Tarawih full.
Ql setiap hari.
Dhuha setiap hari.
Sedekah setiap hari.
Nulis setiap hari.

Segudang targetan yang saya sendiri belom pernah melakukannya. Ah dulu, ketika lelah atau kekenyangan saat berbuka, maka tak apalah tidak tarawih. Setelah ada target, ketika pulang bukber jam 9 malam, masih saya wajibkan untuk tarawih dengan mata yang sulit terbuka. Itupun masih harus dilanjutkan dengan tilawah agar target khatam setiap minggu tercapai.

Ah, ramadhan.
Semoga saya terus istiqomah dalam taat saat menunggumu, bersamamu dan terus merasa bahwa kamu ada disetiap waktu.

Kalian, sudah buat target ramadhan?