Jumat, 24 Oktober 2014

Orang Ketiga, Salahkah atau Mengertilah?

Perdebatan dalam dunia mahasiswa adalah hal yang biasa dan temanya pun juga beragam. Mulai dari BBM sampai ke MM (Mall Metropolitan), RUU Pilkada sampai asal sebuah kata, dan juga dari cinta sampai orang ketiga.
Rawamangun, 22 Oktober 2014, mahasiswa jurusan sejarah kelas C terlibat debat panas tentang orang ketiga. Mulai dari yang mencaci maki sampai ingin dimengerti. Seolah mengalami pahitnya menjadi orang ketiga, mawar  mengatakan bahwa orang pertama yang seharusnya tidak menjadi pemberi harapan palsu (php). Hal ini disanggah oleh Melati yang mengatakan bahwa lelaki memang cenderung memberi perhatian, jadi bagi perempuan jangan selalu menyalah artikan perhatian.
Debat panas semakin menjadi saat mahasiswa lain ikut dalam perdebatan kemudian membuat dua kubu, dengan Mawar seorang diri bagian pro orang ketiga dan Melati serta sebagian besar mahasiswa menjadi bagian yang menyalahi orang ketiga, dan sisanya menjadi penonton yang sesekali memberikan celetukan celetukan tajam.
Suasana sedikit mereda ketika salah seorang mahasiswa laki laki kelas C datang dan menyanyi sebuah lagu berjudul Manusia Bodoh yang dipopulerkan oleh Ada Band. Tiada yang salah, hanya aku manusia bodoh, yang biarkan semua tega menari indah di atas tangisan ku… Lagu tersebut menggambarkan tentang kisah seseorang yang menjadi orang ketiga yang terbuang. Ia menyamar menjadi badut lalu melihat orang yang disayanginya sedang bermesraan dengan laki laki lain. Bahkan orang yang disayanginya itu mengajak badut – orang ketiga – untuk foto bersama. Walaupun wajah dibadut tersenyum, tapi hatinya menangis.
Orang pertama, orang kedua maupun orang ketiga, sejatinya adalah pilihan. Menjadi orang pertama dan kedua adalah pilihan. Datangnya orang ketiga pun adalah pilihan. Melati mengatakan bahwa orang ketiga layaknya tamu tak diundang, udah tau pagernya ditutup eh malah tetep berdiri depan rumah pengen  banget diajak. Benar saja, saat orang pertama dan kedua memutuskan untuk bersama, seharusnya saat itu juga mereka berkomitmen untuk menjaga hati masing masing. Namun, orang ketiga tidak mungkin masuk tanpa izin. Mungkin awalnya ia hanya seseorang yang lewat di depan rumah. lalu ada suat moment dimana orang pertama keluar rumah dan melakukan beberapa interaksi dengan orang ketiga. Ketika interaksi sudah semakin sering, orang ketiga pun semakin sering berdiri di depan rumah. walaupun ia tidak diundang, tetap saja ia merasa ada sesuatu yang menariknya agar ia berdiri di depan rumah tersebut.
Dalam beberapa kasus, orang ketiga bisa saja awalnya adalah orang pertama atau kedua, namun karena posisinya tergeserkan oleh orang ketiga yang berhasil masuk menjadi orang pertama atau kedua ia berubah menjadi orang ketiga. Contohnya, ida dan adi adalah sepasang kekasih, lalu adi dekat dengan ade. Ida marah lalu ia putus dengan adi, kemudian adi pacaran dengan ade tapi juga tetap dekat dengan ida. Ini berarti posisi ida yang awalnya orang pertama berubah menjadi orang ketiga.
Dilain kasus, orang ketiga bisa saja awalnya adalah orang pertama yang gajadi. Contohnya adalah ida dan adi sedang pdkt (pendekatan) diwaktu yang bersamaan ida dan ali juga dekat. Tapi karena adi lebih dulu menyatakan perasaannya ke adi, jadilah adi dan ida pacaran. Pada saat adi dan ida pacaran, ida tetap berhubungan dengan ali. Hal ini menyebabkan ali menjadi orang ketiga.
Seseorang, tidak akan masuk tanpa izin. Seseorang tidak akan masuk tanpa diundang. Seseorang tidak akan menjadi teman tanpa interaksi. Seseorang tidak akan memiliki hubungan yang lebih dekat tanpa ada keinginan. Alasan bahwa itu adalah ketidak sengajaan hanyalah sebuah alibi. Hanya karena tidak ingin kehilangan, lalu ia tidak mau melepaskan. Hal ini membuat semua pihak yang terlibat merasakan rasa sakit yang sama. Padahal, saat ada sesuatu yang ingin masuk kita bisa dengan tegas mengatakan bahwa tidak terima tamu. Namun, lagi lagi menjadi orang pertama, kedua atau ketiga adalah pilihan. Masuknya orang kedua dan ketiga pun juga pilihan. Cobalah untuk berkomitmen dan tegas dalam membuat keputusan. Wajah bisa tersenyum, namun hati orang tidak ada yang tahu. Percayalah, karma berlaku.

Perdebatan berakhir ketika dosen Pengantar Ilmu Sejarah masuk ke kelas dan memulai diskusi lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar