Jumat, 29 Maret 2019

Dia bertanya, "kamu dimana?"

Kemudian aku berfikir keras, mencari kata yang tepat untuk menjelaskan dimana keberadaan ku.

Masih di bumi memang, tidak berbeda sekian banyak daerah waktu. Namun tidak ku temukan kata kata yang tepat untuk menggambarkannya.

"Aku masih di bumi."
Akhirnya ku jawab seperti itu setelah menghabiskan waktu 24 jam untuk berpikir.

Dia diam.
Aku melihat ceklis dua biru sedetik setelah ku balas pesan itu. Tapi sudah hampir satu purnama tak ia balas.

Hari ini kembali ku tengok, ia belum lama online. Aku melihat statusnya pun baru saja ia update.

Barangkali keberadaan ku tak lagi penting untuknya. Tak apa. Bumi masih akan terus berputar dan langit tak akan berubah menjadi merah jambu hanya karena pengabaiannya.

Aku tidak apa apa.

***

"Di bumi sebelah mana?"
Purnama ketiga ia datang, lagi.

Tak ku buka pesannya, hanya ku baca sekilas dari pemberitahuan chat.

Aku masih belum menemukan kata kata dimana bisa ku jelaskan keberadaan ku.

Tak apa apa, dia tak butuh jawaban itu sekarang.

"kamu ada dimana?"

Setelah satu matahari terbit ia bertanya lagi.

Pesannya masih belum ku baca, tak apa, dia masih sanggup menunggu.

***

Aku sudah menemukannya.

Pesannya ku buka dan ya aku kirimkan lokasi keberadaan ku melalui sebuah foto.

Ia segera membalas pesan ku, langsung, setelah tanda biru itu muncul kembali.

"dimana itu?"
"apa harus satu purnama lagi aku menunggu balasan pesanmu?"

Apalagi yang perlu ku katakan?
Baiklah, besok lusa akan ku balas pesannya.

***

"di dunia ini, apa masih banyak lagi tempat yang ingin kau kunjungi?"

"iya," akhirnya ku jawab setelah bertemu purnama kembali.

"dan berapa banyak lagi tempat yang ingin kau kunjungi?"

....

"tanpa aku."

Katanya lagi, setelah berkali kali pemberitahuan ia sedang mengetik.

"Aku masih di bumi, di sebuah tempat yang belum pernah ku datangi. Sebuah tempat yang mungkin dua puluh tahun lagi akan jadi pemukiman padat. Aku sedang berpikir apa yang bisa ku lakukan untuknya. Tak banyak memang yang bisa dilakukan tangan kecil ku untuk dunia yang besar ini. Tapi, aku sedang berpikir tentang keadilan.

"Adakah perubahan itu harus terjadi? Perlukah pembangunan itu dilakukan? Bukankah hutan akan menjadi aman apabila ia tak disentuh tangan tangan jahat manusia. Maksudku manusia yang hanya memikirkan dirinya dan kebutuhannya. Bukan, tapi keinginannya. Apakah kita benar-benar sedang melakukan perbaikan atau merencanakan kehancuran? Haruskah kita buat desa desa ini menjadi kota metropolitan agar orang orang tak perlu lagi pergi ke tempat lain? Supaya pertumbuhan ini merata tanpa ada yang tertinggal dan ditinggal?"

Send.
Terkirim.
Ceklis biru.

"beri tau aku jawabannya, agar ku beri tau dimana aku berada sekarang."

***

Sudah hampir satu putaran bumi mengelilingi matahari dan ia tak membalas pesanku lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar