Pasca berdoa atas luka, seketika ada yang sirna.
Pagi tadi setelah matahari agak lama bersinar, ku cari kembali, "dimana luka kemarin?"
Kenapa secepat itu sebuah luka bisa pergi padahal sebelumnya butuh hitungan bulan untuk kembali baik-baik saja.
Siang tadi, di tengah terik matahari, kembali ku cari, "dimana luka itu berada?"
Ku korek, ku cari, ku panggil kembali semua memori yang berujung luka. Nihil, dia sirna.
Malam tadi, ku sampaikan bahwa luka ku hilang. Tak percaya juga, ku ceritakan pada malam tentang luka yang telah hilang, tentang memori yang berujung luka. Tentang kenangan yang pernah indah namun berujung air mata.
Tapi dalam setiap kisah, kenapa aku merasa lega? Ada dimana semua luka?
Bahkan sampai saat ku tulis, aku kembali bertanya, kenapa aku baik-baik saja? Kemana perginya setiap luka?
Ah barangkali aku terlalu mengenal cara kerja ciptaanNya sampai hilang semua kecewa mendalam pun tak lagi ku rasa bahagia utuh.
Aku terlalu percaya tentang ketidakabadian sampai luka dan bahagia rasanya sama. Bedanya, luka meninggalkan kesedihan, bahagia meninggalkan senyuman. Keesokan harinya semua tinggal memori dan paling aku sudah lupa rasanya hehe.