Kisah ini bukan tentang aku, tapi tentang mereka. Kisah yang begitu mengharukan
menurutku, tapi sekaligus menyakitkan. Ah, jika aku tau kisah mereka akan seperti
ini jadinya, aku enggan sekali menjadi salah satu pemainnya.
Aku, kamu, kita semua, selalu mengharapkan menjadi peran utama dalam setiap
bagian cerita, dan setidaknya menjadi pendamping peran utama yang ikut merasakan
bahagia.Tapi dikisah ini, entah bagaimana aku bisa menjadi orang ketiga.
Kisah ini dimulai tepat ketika kisah favoritku berakhir. Saat bagianku menjadi
peran utama sudah berakhir, aku mulai menjalani hari hari yang kosong. Sampai pada
suatu hari, dia datang. Aku pikir dia hanya akan menjadi viguran dihidupku,
tapi ternyata salah. Jika ini kisahku, aku akan menjadi peran utama, dan dia akan
menjadi pendamping peran utama. Tapi ternyata ini kisah mereka, dia menjadi peran
utama, perempuan itu menjadi pendamping peran utama, dan aku menjadi orang
ketiga diantara mereka.
Kamu tau, aku tau, dan semua orang tau, menjadi orang ketiga bukanlah hal
yang menyenangkan, kau bisa merasa begitu bahagia, tapi juga merasa begitu salah. Kebahagiaan
yang kau dapatkan, tapi rasa sakit bagi orang lain yang kau berikan. Yahh, jika
bukan tentang perasaan, pasti semua akan baik baik saja.
Aku kira, saat kisah mereka mulai berakhir, aku bisa memulai kisahku dengannya,
tapi percaya atau tidak, jika ini sebuah sinetron, aku hanya akan menjadi viguran
yang berusaha mengembalikan semangat si pemeran utama. Posisiku sangat menyedihkan.
Hari itu, saat semuanya benar benar berakhir. Kisah mereka yang benar benar
sudah berakhir, dan ternyata kisahku sebagai orang ketigajuga berakhir.
Dia sakit, entah bagaimana, aku bisa melihat wajahnya yang pucat, matanya
yang berkaca kaca, dan semuakesakitan yang ia rasakan. Ingin rasanya menangis melihat
wajahnya yang seperti itu, ingin terus berada di sampingnya, di dekatnya,
menyemangati.
Aku hampiri dia, aku ingin sekali menolongnya. Ku bawa dia ketempat duduk
terdekat di UKS, “sebentar akan kucarikan obat.”Dia bilang, “tida kusah, ini akan
semakin menunjukkan betapa kamu menginginkanku dihidupmu, tapi aku…tidak.”
Aku hanya berharap tidak bisa mendengar sesaat, tapi faktanya aku mendengarnya.
“tidak, aku hanya ingin membantumu.”
Aku pergi berlari, mencari orang
yang bisa membantu, entah, tidak ada orang.
Aku memutuskan kembali menemuinya, tapi dia.. hilang. Mencari cari kesekeliling
tapi dia tidak ada juga, dan aku pun memutuskan untuk ke UKS, saat ku buka pintu
sedikit, aku melihatnya terbaring lemah. Tapi dia tidak sendirian, ada seseorang
yang memeluknya, tangannya yang begitu lemas membelai kepala perempuan itu yang
terlihat seperti terisak.
Ah, jika aku hanya menjadi penonton, atau pembaca cerita, pasti aku akan mengatakan,
“akhirnya, pemeran utama dan pendampingnya kembali lagi.”
Tapi saat ini aku menjadi orang ketiga.
Aku tutup pintu itu, kualihkan pandanganku ketempat lain. Mungkin aku salah
liat. Aku putuskan untuk mengintip sekali lagi dari jendela, tapi kini aku yakin,
aku tidak salah. Ini benar mereka, kisah
mereka yang kukira sudah berakhir, ternyata belum.
“maafin aku ya… aku gamau ngeliat kamu kaya gini lagi.”
“iyaa, gapapa, udah jangan nangis lagi.”
Rasanya sesak di dada, melihat dan mendengarnya. Aku alihkan pandanganku,
dan rupanya perempuan itu keluar dari UKS. Aku tidak boleh terlihat!
Aku bersembunyi dibalik meja bundar itu, memperhatikan perempuan itu berjalan
sambil terus bersembunyi. Hemm, kenapa menyakitkan sekali…
Jika ini kisahku, semua pembaca pasti akan merasa kasihan kepadaku, tapi ini
kisah mereka, semua orang akan bahagia dengan bertemunya kembali mereka, dan aku?
Semua akan melupakanku –si orang ketiga- begitu saja. Menyakitkan sekali.
Di berbagai cerita, orang ketiga hanya akan berjalan meninggalkan si pemeran
utama dan pendampingnya berdua, tapi izinkan aku melihat dia berbaring sekali lagi,
izinkan aku.
Aku lihat dia dari jauh, wajahnya masih pucat, tubuhnya lemas, dan yah…
sudahlah, dia akan bersama orang yang bisa membuatnya bahagia.
Sakit sekali.
Aku berjalan menyusuri lorong, tidak tau apa yang harus kupikirkan.
Berjalan perlahan, tanpa tau arah dan tujuan. Berjalan, terus, terus terus,
apakah kaki ku bisa merasakan lelahnya berjalan?
Semua rasa sakit dan rasa lelah, kini berada tepat di hatiku. Sakitnya benar
benar tidak bisa digambarkan. Air mataku
pun tidak bisa menetes, aku tidak tau apa yang sedang kupikirkan.
Berjalan, berjalan, berjalan.
Seandainya ini kisahku, mungkin akan ada akhir cerita yang benar benar membahagiakan
atau setidaknya menyakitkan, yang ku tau, kisah ini pasti berakhir. Tapi ini kisah
mereka, kisah yang dulu pernah begitu indah, dan begitu menyedihkan, tapi sekarang
sudah menemui kebahagiaan lagi. Hemm, entah harus seberapa jauh
lagi aku berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar