Rabu, 13 Juni 2018

Sering kita, atau saya merasa bahwa apa apa yang saya lakukan adalah untuk diri saya sendiri. Jika orang orang merasa itu baik dan mereka bisa ambil kebaikan dari hal tersebut, maka itu baik juga bagi saya.

Namun ketika orang orang merasa itu tidak baik, dan berusaha menghentikan saya dari hal tersebut, saya seolah olah merasa bahwa itukan urusan saya, bukan urusan anda. Itu kan untuk diri saya bukan kalian.

Pun juga dengan efek samping yang diberikan. Saya mendeklarasikan bahwa resikonya saya akan tanggung sendiri. Sampai lupa bahwa saya tidak berdiri sendiri. Saya memang memiliki identitas diri dan orang orang mengenal saya dengan identitas diri tersebut.

Tidak cukup orang orang mengenal saya hanya sebagai Husna. Ada sebagian orang orang lain yang bertanya, "Husna yang mana?" kemudian yang lain lagi menjawab, "Husna yang pakai kerudung."
Kesimpulan pertama adalah oh husna seorang muslimah.

Lalu ada lagi yang belum berhasil menemukan husna yang mana. Hingga muncul lah identitas berikutnya. "Husna yang anak UNJ." kesimpulan berikutnya, husna adalah mahasiswa UNJ.

Dan seterusnya.

Orang orang mengenali saya dengan latar belakang yang banyak. Pun juga sampai ke orang tua, adik kakak, tempat tinggal, bahkan organisasi. Ketika saya baik, maka tertular baik pulalah lingkungan saya.

"masukin UNJ aja anaknya bu, biar bisa kaya husna. Pinter, sholihah, dll." itu misalnya ya. Misalnya. Karena orang orang beranggapan bahwa saya adalah representasi mahasiswa UNJ yang tidak neko neko. (walaupun mahasiswa UNJ sebenarnya sangat beragam).

Sampai disini, saya meyakini bawa diri Saya tidak berdiri sendiri diatas identitas yang saya miliki. Ada banyak hal yang akhirnya saya "tumpangi" untuk kemudian dijadikan sebagai identitas diri.

Lalu, saya melihat seseorang yang diundang ke Israel untuk menjadi pembicara. Menyampaikan bahwa apa yang dilakukan Israel bukan sebuah kejahatan besar.

Namun berbagai pihak melarang. Orang orang menolak. Berbagai usaha dilakukan. Hasilnya? Tidak tau.

Mari kita lihat, kenapa akhirnya orang ini yang dipilih. Tentu saja karena latar belakang yang ia miliki. Jika ia hanya berdiri sebagai dirinya sendiri, tentu saja ia tidak akan dipilih.

Kemudian dari negaranya. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling sering melakukan aksi unjuk rasa untuk Israel. Harapan nya dengan mendatangkan tokoh dari Indonesia, masyarakat Indonesia bisa lebih santai terhadap Israel.

Berikutnya, organisasinya.
Karena ia berasal dari organisasi yang cukup besar dan baik, maka ia dipilih. Ia dianggap sebagai representasi muslim yang mampu memahami Israel dan kemudian diharapkan dapat membantu memperbaiki citra Israel.

Begitu.

Karena ia yang berangkat pada akhirnya tidak hanya membawa nama diri, tapi juga nama bangsa dan organisasi. Itu sebabnya banyak tokoh yang menolak keberangkatannya.

Jangankan tokoh, saya yang hanya manusia biasa pun berusaha keras untuk menolak. Karena ketika ia pergi, hancur sudah lah nama Indonesia, muslim Indonesia pun juga nama organisasinya.

Nasihat saya untuk diri saya sendiri lebih tepatnya.
Banyak banyak lah mempertimbangkan sesuatu. Karena hal hal yang kita lakukan pada akhirnya tidak membuat nama kita saja yang menjadi baik atau hancur. Tapi juga nama nama orang, organisasi, lingkungan atau apapun itu yang berkaitan dengan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar