Disa terbangun lagi seperti malam malam
sebelumnya. Rasa kehilangan itu masih ada, padahal sudah hampir setahun Disa
berpisah dengan mantannya, Deni. Disa duduk di kasur dan menyalakan lampu
kamarnya. Pandangannya menuju ke jam dinding yang terletak di dekat pintu. Disa
masih tidak bisa berpikir secara jernih, dia mengedarkan pandangannya keliling
kamarnya. Tangannya meraih gelas yang ada di meja dekat lampu kamar, semoga
saja segelas air dapat membuat pikirannya lebih jernih.
Disa meraih handphone tuanya. Sudah
berjuta juta orang menyarankan agar Disa mengganti handphonenya dengan smart
phone, tapi dia menolak dengan alasan sudah terlanjur cinta dengan handphone
itu. Padahal ada beberapa alasan lain yang membuat Disa terus bertahan dengan
handphone itu.
Dua puluh Januari 2013. Ada apa ya hari
ini? Disa berpikir, lama sekali. Ada sesuatu di tanggal hari ini yang
membuatnya penasaran, dia tau ada sesuatu yang terjadi di tanggal 20 Januari
ini. Deadline? Meeting? Client? Birthday? Anniv… ah, iya. Disa ingat!
Hari ini, setahun yang lalu, dia dan
Deni harusnya merayakan hari jadian mereka yang ke 22 bulan. Tapi saat itu
hubungan mereka sudah seperti tidak dapat diperbaiki lagi. Tanggal 20 yang
biasanya selalu Disa tunggu tunggu menjadi tidak berarti lagi. Ucapan selamat
tanggal 20 yang biasanya Disa persiapkan beberapa hari sebelumnya sudah tidak
ada lagi. Bahkan melihat Deni mengucapkan selamat tanggal 20 yang ke 22 Disa
biarkan saja.
Disa tau dia sangat mencintai Deni, tapi
disisi lain Disa ingin sekali melepaskan Deni yang sepertinya ingin terlepas. Semuanya
akan segera berakhir, Disa yakin itu.
Disa membuka inboxnya dan melihat pesan
dari Deni setahun yang lalu, “selamat tanggal 20 yang ke 22, semoga….” Disa
tersenyum, semuanya hanya tinggal kenangan. Ucapan selamat tanggal 20 yang
terakhir dari Deni beserta segala harapannya masih menghiasi inbox Disa. Terlalu
banyak pesan dari Deni di handphone tua itu yang membuat Disa terus saja
bertahan dengan handphone itu.
Rutinitas Disa tanggal 20, yang
sepertinya tidak pernah Disa sadari bahwa dia melakukan hal yang sama disetiap
tanggal 20. Membaca sms dari Deni. Disa tersenyum membaca pesan yang sudah
lebih dari setahun itu. Seandainya saja ada cara yang mampu membuat semuanya
kembali lagi. Ah, tidak. Disa sama sekali tidak ingin kembali ke masa masa itu,
terlalu indah dan terlalu menyakitkan.
Jika Disa kembali lagi, mungkin semuanya
bisa diperbaiki, tapi Disa tau jika dia kembali, ia hanya akan mengulang kisah
yang dulu dan tentu saja ia tau endingnya seperti apa. Berkali kali Disa
menekan tombol delete message, tapi ia selalu memilih cancel jika ada
pertanyaan are you want to delete this message?
Harus berapa lama lagi Disa tenggelam
bersama kenangannya tentang Deni? Bukan hanya handphonenya, tapi laptopnya juga
memiliki sebuah folder yang berisi semua kenangan tentangnya dan Deni. Disa tidak
berani menghapus folder itu, dia takut jika suatu hari Deni menanyakan apakah
Disa masih menyimpan folder itu dan Disa akan menjawab ‘tidak.’ Walaupun Disa
yakin Deni tidak mungkin menanyakan hal itu, tapi Disa hanya bersiap siap saja,
jika itu terjadi. Ya walaupun hanya 1:1000000 Disa tetap bersiap siap dengan
kemungkinan itu.
Disa melarang orang orang masuk ke
kamarnya, karena kamarnya penuh barang tentang Deni. Foto, tulisan, tempelan,
gambar, kalender, semua hal tentang Deni masih tersimpan rapi di kamarnya. Bagaimana
Disa akan melupakan Deni jika semuanya masih saja tersimpan rapi dikamarnya? Disa
tau benar jika dia terus saja menyimpan semua barang barang ini, hanya akan
menghambatnya untuk melupakan Deni. Tapi… seperti alasan sebelumnya, Disa hanya
bersiap siap saja jika Deni menanyakan apakah dia masih menyimpan semua
kenangan tentang mereka.
Disa sudah bisa berfikir jernih, 1.58
a.m. dia menghidupkan MP3 nya dan memutar lagu Last Kiss yang dinyanyikan oleh
Taylor Swift. Lirik lagunya membuat suasana kamar dan hati Disa semakin
dipenuhi dengan semua kenangan tentang Deni.
“never imagine we’d end like this, your
name forever the name on my lips just like our last kiss…” begitu banyak orang
yang menciptakan lagu sesuai dengan apa yang sedang kita rasakan. Hal ini tentu
saja membuat kita semakin mellow, begitu juga Disa. Semua lagu Taylor Swift
yang dia miliki benar benar menggambarkan perasaannya, tentu saja perasaannya
ke Deni.
“you tell me you loved me, so why did
you go away?”
Lagu yang berdurasi lebih dari enam
menit tersebut menemani malam Disa. Ia kembali mengingat Deni, kembali
mengingat semua kenangan tentang Deni, kembali dengan semua hal tentang Deni. Bagaimana
mereka bertemu, bagaimana mereka mulai dekat, bagaimana mereka sering berbagi
cerita dan bagaimana kisah mereka berakhir.
“Aaaaaaaaaaaaaa” Disa teriak ditengah
kegelapan malam, dia tidak mau terjebak dengan masa lalunya, dia ingin lepas
dari masa lalunya, dia ingin bebas. Rasanya sudah tidak sakit, tidak ada air
mata yang jatuh, tidak ada perasaan galau, yang ada hanya rasa kehilangan. Entah
bagaimana, dia masih merasa kehilangan. Jika ia memiliki sepasang hati, yang
ada pada dirinya kini hanya satu, yang satunya lagi masih tertinggal di Deni.
walaupun Disa tidak tau apakah Deni masih menyimpan hati itu atau tidak.
Rutinitas Disa disetiap tanggal 20 masih
sama. Terbangun ditengah malam, berpikir keras kenapa dia merasa ada sesuatu
ditanggal 20, menyadari bahwa itu adalah tanggal yang penuh kenangan baginya,
membaca semua pesan dari Deni, mengingat semua hal tentang Deni, memutar lagu
yang penuh kenangan tentang Deni dan jatuh tertidur saat dia sedang mengingat
semua kenangan tentang Deni. Semua hal itu masih Disa lakukan walaupun Disa
tau, tanggal 20 yang penuh kenangan itu sudah lama berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar