Minggu, 20 Januari 2013

The Last Twenty



Disa terbangun lagi seperti malam malam sebelumnya. Rasa kehilangan itu masih ada, padahal sudah hampir setahun Disa berpisah dengan mantannya, Deni. Disa duduk di kasur dan menyalakan lampu kamarnya. Pandangannya menuju ke jam dinding yang terletak di dekat pintu. Disa masih tidak bisa berpikir secara jernih, dia mengedarkan pandangannya keliling kamarnya. Tangannya meraih gelas yang ada di meja dekat lampu kamar, semoga saja segelas air dapat membuat pikirannya lebih jernih.
Disa meraih handphone tuanya. Sudah berjuta juta orang menyarankan agar Disa mengganti handphonenya dengan smart phone, tapi dia menolak dengan alasan sudah terlanjur cinta dengan handphone itu. Padahal ada beberapa alasan lain yang membuat Disa terus bertahan dengan handphone itu.
Dua puluh Januari 2013. Ada apa ya hari ini? Disa berpikir, lama sekali. Ada sesuatu di tanggal hari ini yang membuatnya penasaran, dia tau ada sesuatu yang terjadi di tanggal 20 Januari ini. Deadline? Meeting? Client? Birthday? Anniv… ah, iya. Disa ingat!
Hari ini, setahun yang lalu, dia dan Deni harusnya merayakan hari jadian mereka yang ke 22 bulan. Tapi saat itu hubungan mereka sudah seperti tidak dapat diperbaiki lagi. Tanggal 20 yang biasanya selalu Disa tunggu tunggu menjadi tidak berarti lagi. Ucapan selamat tanggal 20 yang biasanya Disa persiapkan beberapa hari sebelumnya sudah tidak ada lagi. Bahkan melihat Deni mengucapkan selamat tanggal 20 yang ke 22 Disa biarkan saja.
Disa tau dia sangat mencintai Deni, tapi disisi lain Disa ingin sekali melepaskan Deni yang sepertinya ingin terlepas. Semuanya akan segera berakhir, Disa yakin itu.
Disa membuka inboxnya dan melihat pesan dari Deni setahun yang lalu, “selamat tanggal 20 yang ke 22, semoga….” Disa tersenyum, semuanya hanya tinggal kenangan. Ucapan selamat tanggal 20 yang terakhir dari Deni beserta segala harapannya masih menghiasi inbox Disa. Terlalu banyak pesan dari Deni di handphone tua itu yang membuat Disa terus saja bertahan dengan handphone itu.
Rutinitas Disa tanggal 20, yang sepertinya tidak pernah Disa sadari bahwa dia melakukan hal yang sama disetiap tanggal 20. Membaca sms dari Deni. Disa tersenyum membaca pesan yang sudah lebih dari setahun itu. Seandainya saja ada cara yang mampu membuat semuanya kembali lagi. Ah, tidak. Disa sama sekali tidak ingin kembali ke masa masa itu, terlalu indah dan terlalu menyakitkan.
Jika Disa kembali lagi, mungkin semuanya bisa diperbaiki, tapi Disa tau jika dia kembali, ia hanya akan mengulang kisah yang dulu dan tentu saja ia tau endingnya seperti apa. Berkali kali Disa menekan tombol delete message, tapi ia selalu memilih cancel jika ada pertanyaan are you want to delete this message?
Harus berapa lama lagi Disa tenggelam bersama kenangannya tentang Deni? Bukan hanya handphonenya, tapi laptopnya juga memiliki sebuah folder yang berisi semua kenangan tentangnya dan Deni. Disa tidak berani menghapus folder itu, dia takut jika suatu hari Deni menanyakan apakah Disa masih menyimpan folder itu dan Disa akan menjawab ‘tidak.’ Walaupun Disa yakin Deni tidak mungkin menanyakan hal itu, tapi Disa hanya bersiap siap saja, jika itu terjadi. Ya walaupun hanya 1:1000000 Disa tetap bersiap siap dengan kemungkinan itu.
Disa melarang orang orang masuk ke kamarnya, karena kamarnya penuh barang tentang Deni. Foto, tulisan, tempelan, gambar, kalender, semua hal tentang Deni masih tersimpan rapi di kamarnya. Bagaimana Disa akan melupakan Deni jika semuanya masih saja tersimpan rapi dikamarnya? Disa tau benar jika dia terus saja menyimpan semua barang barang ini, hanya akan menghambatnya untuk melupakan Deni. Tapi… seperti alasan sebelumnya, Disa hanya bersiap siap saja jika Deni menanyakan apakah dia masih menyimpan semua kenangan tentang mereka.
Disa sudah bisa berfikir jernih, 1.58 a.m. dia menghidupkan MP3 nya dan memutar lagu Last Kiss yang dinyanyikan oleh Taylor Swift. Lirik lagunya membuat suasana kamar dan hati Disa semakin dipenuhi dengan semua kenangan tentang Deni.
“never imagine we’d end like this, your name forever the name on my lips just like our last kiss…” begitu banyak orang yang menciptakan lagu sesuai dengan apa yang sedang kita rasakan. Hal ini tentu saja membuat kita semakin mellow, begitu juga Disa. Semua lagu Taylor Swift yang dia miliki benar benar menggambarkan perasaannya, tentu saja perasaannya ke Deni.
“you tell me you loved me, so why did you go away?”
Lagu yang berdurasi lebih dari enam menit tersebut menemani malam Disa. Ia kembali mengingat Deni, kembali mengingat semua kenangan tentang Deni, kembali dengan semua hal tentang Deni. Bagaimana mereka bertemu, bagaimana mereka mulai dekat, bagaimana mereka sering berbagi cerita dan bagaimana kisah mereka berakhir.
“Aaaaaaaaaaaaaa” Disa teriak ditengah kegelapan malam, dia tidak mau terjebak dengan masa lalunya, dia ingin lepas dari masa lalunya, dia ingin bebas. Rasanya sudah tidak sakit, tidak ada air mata yang jatuh, tidak ada perasaan galau, yang ada hanya rasa kehilangan. Entah bagaimana, dia masih merasa kehilangan. Jika ia memiliki sepasang hati, yang ada pada dirinya kini hanya satu, yang satunya lagi masih tertinggal di Deni. walaupun Disa tidak tau apakah Deni masih menyimpan hati itu atau tidak.
Rutinitas Disa disetiap tanggal 20 masih sama. Terbangun ditengah malam, berpikir keras kenapa dia merasa ada sesuatu ditanggal 20, menyadari bahwa itu adalah tanggal yang penuh kenangan baginya, membaca semua pesan dari Deni, mengingat semua hal tentang Deni, memutar lagu yang penuh kenangan tentang Deni dan jatuh tertidur saat dia sedang mengingat semua kenangan tentang Deni. Semua hal itu masih Disa lakukan walaupun Disa tau, tanggal 20 yang penuh kenangan itu sudah lama berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar