Minggu, 20 September 2015

Aku memimpikan duduk disini, entah sendiri atau berdua denganmu. Atau dibeberapa waktu yang akan datang, dengan anak-anak kecil yang berisik. Membaca sambil sesekali mengawasi apakah ada yang bertengkar atau bahkan sampai menangis.

Dari dulu mimpi ku sederhana, tapi juga rumit. Memiliki rumah besar yang muat untuk banyak orang. Dengan setiap sisinya dipenuhi buku buku. Rasanya menyenangkan. Terlebih lagi jika membangunnya dengan kamu. Iya, kamu.

Mungkin juga aku butuh ruang baca ku sendiri. Isinya adalah aku dengan buku-buku favorit dan juga buku ku yang telah terbit.

Mimpi.
Tidak dilarangkan?

Sore itu seperti biasa, seorang teman menceritakan miraclenya. Keajaiban dari Sang Pencipta yang diberikan untuk orang yang berhak.

"Naa, aku dapet tempat buat perpustakaan ku sendiri. Alhamdulillah, dikasih gratis. Katanya dia punya tempat gak kepake. Daripada mubazir, dia titipin ke aku. Alhamdulillah."

Alhamdulillah.
Selalu ada rasa deg degan saat mendengar kisah miracle. Romantis. Sangat menyentuh hati.

"Kok Allah bisa ngasih itu ke kamu? Apa tips nya?"

Aku juga pasti bisa. Allah pasti mau memberikan rumah besar yang muat banyak orang dengan banyak buku di dalamnya.

"Minta sama Allah Naa. Kasih tau Allah kalo kamu butuh. Temui Dia di sepertiga malam terakhir. Berdoa padaNya seperti Nabi Yunus berdoa saat minta dikeluarkan dari perut ikan paus. Gantungkan hati hanya pada Allah. Inget, cuma Allah yang bisa ngabulin keinginan kamu. Bukan usaha kamu, bukan ibu kamu, bukan temen temen kamu, apalagi kamu sendiri."

Aku mengangguk paham.

"Satu lagi naa. Kasih tau Allah, kalo semua itu untuk menyebarkan ilmuNya. Untuk dakwah dijalanNya. Mohon kepadaNya, agar Dia mengabulkan impian mu, karena impianmu itu adalah salah satu cara untuk berdakwah."

Aku mengangguk lagi.

"Pointnya naa, niat yang kuat, lurus, dan murni. Kuncinya, diluaskan. Paham?"

Deg.
Harus ku coba.
Aku mengangguk lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar