Rabu, 09 September 2015

Getaran itu Masih Ada..

Menunggu jemputan yang tak kunjung datang, sampai muncul sebuah kekesalan, pasti bukan hal yang kebetulan.
Pun, jalan kesana kemari mengarahkan jemputan itu, aku yakini juga bukan hal yang kebetulan.
Dan melihatmu dipersimpangan itu... Pasti bukan hal yang kebetulan.

Aku berada di depanmu beberapa meter, namun gesekan sendal mu terdengar jelas seperti kita sedang jalan bersebelahan. Kamu, tetap pria berkaca mata minus dua yang hobi membaca, juga bicara.

Badanmu masih kurus, tak terurus.
Senyummu masih ikhlas walau kau tampak tua sekarang.
Seperti ada kerutan yang tertinggal setelah senyummu hilang.
Berapa usia mu? 17?
Kau tampak seperti 40.

Caramu berbicara, buku bacaanmu, sampai sampai caramu menatap kehidupan. Kamu jauh lebih tua dari usiamu yang sebenarnya.
Kapan terakhir kali kau bermain?
Bercanda dan tertawa menikmati masa muda.
Jalan jalan menikmati indahnya dunia.
Mensyukuri karuniaNya dan menuliskan mimpi mimpi masa depan.

Kamu, tak berubah.
Kritis, optimis, anti apatis.
Dengan batik dan celana bahan disetiap kesempatan, katamu itu caramu menunjukan bahwa kamu orang Indonesia.

Kaca matamu juga.
Semakin hari semakin tebal.
Warna kulitmu semakin coklat.
Tulang tulang dibadanmu sedikit terlihat.
Sebenarnya apa yang kamu lakukan?
Bunuh diri pelan pelan?

Ah lagi lagi kamu.
Memang selalu ada tiupan angin kencang yang siap menghampiri pohon yang tinggi.
Apapun yang kamu lakukan, membela atau membiarkan, akan selalu ada yang mengomentari.
Akan selalu ada yang mencibir.
Tapi kamu, akan selalu tetap bergerak.

Suara gesekan sendal itu masih ku dengar, dan aku bisa melihat mu dari kaca-kaca mobil yang berbaris panjang.
Kamu, masih dengan buku tertenteng, menyapa orang di kanan kiri, hingga akhirnya suara gesekan sendal tak lagi ku dengar.

Apa aku harus menengok ke belakang?
Penasaran.
Kemana hilangnya kamu?
Tidak tidak tidak.
Itu bukan pilihan.
Jika skenarioNya menakdirkan kita bertemu, pasti kita akan bertemu.

Aku terus berjalan dan sesekali menyapa teman teman.
Hingga saat sampai disebuah persimpangan lagi... Lurus atau belok ya?

Ah ini, jemputan ku datang!

Setengah berlari, aku melangkah kan kaki belok ke kiri.
Dan itu... Kamu?
Kamu juga setengah berlari?
Mau kemana?
Apa yang akan kau lakukan?
Kehidupan model apa lagi yang akan kamu jalani?

Ah, setidaknya aku tau satu hal.
SkenarioNya masih mengizinkan kita untuk bertemu.
Dan aku, menyadari, setelah sekian tahun... Getaran itu masih ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar