Senin, 21 Agustus 2017

The hobbit - J. R. R. Tolkien

Jadi setelah berjuang membaca buku ini ditengah kesibukan akan masa depan #ea, saya sempatkan menulis hasil bacaan buku ini.

Pertama tama akan saya mulai dengan sebuah apresiasi. Mungkin salah satu film yang berusaha agar tidak jauh berbeda dengan bukunya adalah film The Hobbit ini. Kalau tidak salah ingat, justru filmnya banyak melebih lebihkan ceritanya yang sampai tiga part, ya gak si? Lupa hehe.

Terus saya juga apresiasi karena buku ini ternyata terbit dikala perang dunia dua hampir dimulai. Dengan segala kondisi yang ada, akhirnya buku fantasi nan penuh imajinasi ini muncul. Sejujurnya memang saya lebih suka baca buku fantasi dibandingkan diktat kuliah, heuheu. Karena imajinasi bisa berkembang bebas. Tapi karena udah nonton filmnya duluan, akhirnya saya cukup terbantu dalam mengimajinasikan buku ini.

Berikutnya, secara umum cara penulisannya memang menggambarkan latar tahun buku tersebut ditulis. Dan ternyata sesuai dengan novel sastra karangan penulis angkatan 20'an. Si penulis seolah-olah menceritakan secara langsung dan sesekali memberikan komentar. Hal tersebut gak saya temukan dibuku Harry Potter. Jadi agak lucu aja, berasa baca novel sastra klasik.

Saya juga suka alurnya si, ceritanya gak muter muter, mudah diikuti dan menyenangkan untuk dibaca. Sayang aja, saya gak punya cukup waktu yang bisa diluangkan untuk fokus ke buku ini. Mungkin kalo So hal buku hamka yang tebelnya gajauh beda, bisa selesai kurang dari seminggu~

Selain itu, agak aneh juga si, The lord of the ring bisa difilmkan duluan baru the hobbit. Nanti kita cari tau ya~

Ah iya, saya juga suka banget sama imajinasi Tolkien yang gak nanggung. Secara jelas dia gambarkan peta negeri yang diarungi sama Baggins. Keren sih. Walaupun gak terlalu membantu buat saya yang gabisa baca peta. Tapi jadi keliatan kalo dia itu gak setengah setengah dalam berimajiinasi. Keren keren~°

Tidak ada komentar:

Posting Komentar