Senin, 09 Maret 2020

Kita Semua Punya Waktu

Yang tak habis adalah dia, tapi mungkin juga ia terlewatkan. Dia mungkin dilalaikan dan diabaikan, mungkin juga tak dinantikan.

Dia tak mau menunggu, selalu berjalan dan tak peduli yang lain. Tak sekalipun ku perhatikan ia peduli pada yang lain. 

Baginya, hidup adalah tentang dirinya dan dia tak akan peduli dengan apa yang ia lakukan apalagi orang lain. Ia hanya berjalan selangkah selangkah. Terus ke depan sampai kita semua kehilangan. 

Kita tak banyak memperhatikan, tapi dia selalu berjalan melalui setiap yang kita lakukan. 

Langkahnya konstan, jaraknya selalu sama. Tak pernah lebih lambat tak juga selangkah lebih cepat. Dia selalu melakukan hal yang sama sejak dilahirkan. 

Ada yang memintanya untuk sesekali lebih lambat, besok ada yang berdoa untuk lebih cepat datang. Ada pula yang meminta untuk sekali saja terlewati. 

Mereka semua dengan harapan masing-masing menginginkan dapat mengontrolnya. Sedang dia menoleh pun tidak. Tatapannya lurus ke depan. Tak pernah sekalipun menjawab pertanyaan.

Dia hanya ingin menyelesaikan tugasnya. Berjalan terus sampai nanti dia tak dipedulikan lagi oleh umat manusia. 

Kapan?

Nanti, ketika semua sudah kekal abadi, tak ada lagi yang peduli tentangnya. Dikeabadian, tak satupun menghiraukan sudah berapa lama mereka bersama dan berapa lama lagi mereka akan bersama. 

Tak satu pun. 

Kekekalan yang bisa jadi bahagia bisa juga sengsara selamanya. 

Saat itu mungkin untuk pertama kalinya ia berkata

"aku memberikan segalanya sama, tak ku bedakan yang satu dengan lainnya. Aku sesuai dengan perintah Penciptaku. Dan aku menjalankan tugas sesuai perintahNya. Aku tak dapat kembali berputar mengulang dari awal. Sekarang aku kekal ataupun menghilang tak ada lagi yang peduli. Aku hanya akan menjadi diri sendiri."

Tinggal kita yang bertanya tentang kekekalan, kebahagian dan kesengsaraan. Akan ada di sebelah mana kita akhirnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar