Senin, 30 September 2013

s t a l k e r

Hampir setiap malam Kinar melakukan hal yang sama, duduk di depan laptop dan menjelajahi dunia maya. Menurut Kinar ini adalah cara yang paling tepat untuk mengisi waktu luag, tapi terkadang ia termenung ketika menemukan sesuatu di dunia maya itu yang berhasil membuatnya terbang dan bermain bersama imajinasinya sendiri.
Kinar berusaha untuk membuang semua perasaan perasaan negatiif saat ia menemukan sesuatu itu, tapi ternyata daya imajinasinya sudah terlanjur berjalan jauh, mengabaikan semua usahanya untuk tetap berfikir positif.
Social network, ya di social network itu Kinar mulai merasakan hal hal yang seharusnya tidak ia rasakan. Menjadi seorang penguntit, memata matai kehidupan orang lain dan berfikir bahwa tidak ada seorang pun yang melakukan hal itu kepadanya, padahal banyak sekali orang yang melakukan hal itu kepadanya. Stalking someone and being stalked by someone, sudah bukan hal yang aneh lagi. Para stalker itu tidak pernah sadar bahwa mereka saling men-stalk.
Kinar pun begitu, ia merasa dirinya stalker yang cukup professional karena tidak pernah meninggalkan jejak apapun saat stalking. Banyak stalker yang meninggalkan jejak saat dia stalking, entah karena tidak sengaja mengklik unfollow, block, favorite, or retweet. Yaa, walaupun sudah berusaha ditutupi, hal yang dilakukan stalker itu sudah dikirimkan oleh server ke email kita. Jadi, percuma menutupi ketidak profesionalan dalam hal stalk. Hal ini benar benar membuat Kinar memikirkan betapa bodohnya dan tidak profesionalnya stalker itu.
Malam ini Kinar membuka accountnya, online dan ‘melihat lihat’ yah, go to his page adalah hal rutin yang tidak pernah Kinar lewatkan. Memperhatikan setiap update-an yang dia buat, memikirkan untuk siapa update-an itu dibuat, dengan siapa ia berinteraksi dan segala hal lainnya. Kinar melakukan hal ini bukan karena perasaan ‘insecure’nya. Ia hanya melakukan apa yang ingin dia lakukan, dan masuk ke profil orang itu adalah hal yang paling tidak pernah ia tinggalkan.
Selesai masuk ke account orang yang special itu, ia akan menjelajahi account account lainnya. Hanya iseng awalnya, kemudian perasaan penasaran itu muncul, dan belum puas jika belum menemukan jawaban yang tidak punya pertanyaan itu.
Bosan, Kinar pun duduk diam dan memandangi timeline dan melihat setiap update-an orang yang dia follow. Mulai dari yang penting sampai yang tidak penting, semuanya di update. Hemm, Kinar juga dulu seperti itu. Dulu sebelum perasaannya hancur karena jejaring social itu.
Berbagai username bergantian mengisi baris pertama timeline, Kinar hanya duduk memandangi, membaca, tersenyum saat merasa lucu, berfikir saat merasa bingung, dan tidak berekspresi jika membaca update-an tidak penting. Tiba tiba, username itu muncul. Kinar mengklik profilnya dan mulai stalking. Profil dia dan semua update-annya, ingin sekali Kinar hancurkan, ia delete, ia edit, atau di deactivate sekalian. Kinar tidak suka sekali melihat update-annya. Ia merasa ‘tersindir’. Yah begitulah dunia maya, yang mengupdate satu orang yang tersindir semua orang.

Kinar stalker professional, ia akan bersikap biasa saja walaupun sebenarnya ingin teriak habis habisan. Itulah duka seorang stalker. Kesal terhadap sesuatu, tapi apa daya, tertuntut profesionalitas dan sepertinya harga dirinya juga tinggi sekali. Jadi berpura pura baik baik saja itu lebih baik bagi seorang stalker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar