Hampir
setiap malam Kinar melakukan hal yang sama, duduk di depan laptop dan
menjelajahi dunia maya. Menurut Kinar ini adalah cara yang paling tepat untuk
mengisi waktu luag, tapi terkadang ia termenung ketika menemukan sesuatu di
dunia maya itu yang berhasil membuatnya terbang dan bermain bersama
imajinasinya sendiri.
Kinar
berusaha untuk membuang semua perasaan perasaan negatiif saat ia menemukan
sesuatu itu, tapi ternyata daya imajinasinya sudah terlanjur berjalan jauh,
mengabaikan semua usahanya untuk tetap berfikir positif.
Social
network, ya di social network itu Kinar mulai merasakan hal hal yang seharusnya
tidak ia rasakan. Menjadi seorang penguntit, memata matai kehidupan orang lain
dan berfikir bahwa tidak ada seorang pun yang melakukan hal itu kepadanya,
padahal banyak sekali orang yang melakukan hal itu kepadanya. Stalking someone
and being stalked by someone, sudah bukan hal yang aneh lagi. Para stalker itu
tidak pernah sadar bahwa mereka saling men-stalk.
Kinar
pun begitu, ia merasa dirinya stalker yang cukup professional karena tidak
pernah meninggalkan jejak apapun saat stalking. Banyak stalker yang
meninggalkan jejak saat dia stalking, entah karena tidak sengaja mengklik
unfollow, block, favorite, or retweet. Yaa, walaupun sudah berusaha ditutupi,
hal yang dilakukan stalker itu sudah dikirimkan oleh server ke email kita.
Jadi, percuma menutupi ketidak profesionalan dalam hal stalk. Hal ini benar
benar membuat Kinar memikirkan betapa bodohnya dan tidak profesionalnya stalker
itu.
Malam
ini Kinar membuka accountnya, online dan ‘melihat lihat’ yah, go to his page
adalah hal rutin yang tidak pernah Kinar lewatkan. Memperhatikan setiap update-an
yang dia buat, memikirkan untuk siapa update-an itu dibuat, dengan siapa ia
berinteraksi dan segala hal lainnya. Kinar melakukan hal ini bukan karena
perasaan ‘insecure’nya. Ia hanya melakukan apa yang ingin dia lakukan, dan
masuk ke profil orang itu adalah hal yang paling tidak pernah ia tinggalkan.
Selesai
masuk ke account orang yang special itu, ia akan menjelajahi account account
lainnya. Hanya iseng awalnya, kemudian perasaan penasaran itu muncul, dan belum
puas jika belum menemukan jawaban yang tidak punya pertanyaan itu.
Bosan,
Kinar pun duduk diam dan memandangi timeline dan melihat setiap update-an orang
yang dia follow. Mulai dari yang penting sampai yang tidak penting, semuanya di
update. Hemm, Kinar juga dulu seperti itu. Dulu sebelum perasaannya hancur
karena jejaring social itu.
Berbagai
username bergantian mengisi baris pertama timeline, Kinar hanya duduk
memandangi, membaca, tersenyum saat merasa lucu, berfikir saat merasa bingung,
dan tidak berekspresi jika membaca update-an tidak penting. Tiba tiba, username
itu muncul. Kinar mengklik profilnya dan mulai stalking. Profil dia dan semua
update-annya, ingin sekali Kinar hancurkan, ia delete, ia edit, atau di
deactivate sekalian. Kinar tidak suka sekali melihat update-annya. Ia merasa ‘tersindir’.
Yah begitulah dunia maya, yang mengupdate satu orang yang tersindir semua
orang.
Kinar
stalker professional, ia akan bersikap biasa saja walaupun sebenarnya ingin
teriak habis habisan. Itulah duka seorang stalker. Kesal terhadap sesuatu, tapi
apa daya, tertuntut profesionalitas dan sepertinya harga dirinya juga tinggi
sekali. Jadi berpura pura baik baik saja itu lebih baik bagi seorang stalker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar