Kamis, 19 November 2015

Perpustakaan kelilingnya kok baru terus ya?

Hari ini sama seperti pada umumnya. Berprofesi sebagai mahasiswa -sebut saja itu profesi- membuat baca, tulis, diskusi merupakan hal yang tak asing. Pun dengan pergi melanglang buana mencari sesuatu yang bernama sumber kredibel, bukan lagi hal asing. Sehingga, melangkahkan kaki dengan semangat atau pun malas ke perpustakaan merupakan hal yang tak bisa ditinggalkan. Begitu kira kira.

Perpustakaan bukan tempat yang akrab untuk kehidupan di Indonesia, terlebih lagi anak anak. Mereka sibuk dengan gadget dan bermain seakan mempunyai dunia sendiri. Menyedihkan memang, namun ini adalah perkembangan zaman, tak bisa dihindari. Namun pasti bisa diatasi.

Perjalanan saya ke perpustakaan hari ini membuat saya menggeleng geleng heran. Karena ada banyak mobil bagus berwarna biru bertuliskan "perpustakaan keliling" hanya diam di tempat. Bersih, tak tersentuh. Bahkan kursi supir masih dibungkus plastik.

Hampir semua dosen di kelas saya selalu mengatakan minat baca anak jaman sekarang sudah berkurang. Bahkan tak segan generasi 2000an dikatakan masa depannya abu abu.

Menyedihkan kan?

Semua orang sibuk menyalahkan. Rakyat salahkan pemerintah. Pemerintah salahkan keadaan. Lalu keadaan akan menyalahkan siapa? Saya? Kamu? Mereka?

Lelah rasanya melihat masalah yang diselesaikan dengan tidak tuntas. Seperti kasus perpustakaan keliling ini. Saya meyakini bahwa perpustakaan keliling ini pun jawaban atas permasalahan menurunnya minat baca di Indonesia. Namun sayangnya tidak diselesaikan sampai tuntas.

Buat apa ada mobil yang bertuliskan perpustakaan keliling tapi tidak digunakan dengan baik? Agar dilihat indah? Atau agar dilihat "tetangga" kita juga punya perpustakaan keliling? Miris. Fasilitas ada tapi tidak dimanfaatkan. Jual saja pak, bagikan uangnya ke anak anak jalanan, pengemis, orang tidak mampu. Lebih bermanfaat daripada harus melihat mobil perpustakaan keliling berdebu.

Pengalaman saya, anak kecil itu mudah tertarik. Berikan buku, maka mereka akan pura pura membaca. Berikan pensil, maka mereka akan pura pura menulis. Berikan make up, mereka akan pura pura dandan.
Terserah mau diberikan yang mana, mereka akan menggunakannya tepat sesuai dengan fungsinya.

Saya juga meyakini, dengan sosialisasi yang baik, mobil biru itu akan menjadi hal yang dinanti anak anak.

Ini juga terjadi dengan keponakan saya. Saat saya perkenalkan dengan buku, dia pura pura membaca. Saat saya tanya itu apa? Dia mulai bercerita.

Sesederhana itu melahirkan budaya membaca. Yang penting ada kesadaran, keinginan, dan niat yang kuat. Gitu lho.

Tapi, doakan saja semoga hari ini jadwal istirahatnya mobil itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar