Jumat, 15 September 2017

Tentang Kejujuran

Nak, dalam salah satu pelatihan kepemimpinan yang pernah ibu ikuti, pembicara yang saat itu adalah founder Dompet Dhuafa menyampaikan,

"sayang, ibu kita lupa mengingatkan untuk jujur."

Nak, saat itu, pembicara menanyakan, "Apakah disini ada yang ibunya selalu mengingatkan jangan lupa jujur?"

Dari lebih dari 50 orang peserta, hanya beberapa orang yang mengacungkan tangan. Tidak lebih dari lima orang.

Nak, barangkali nanti nanti ada yang bertanya ke kamu, apakah ibumu selalu mengingatkan untuk jujur?
Mudah mudahan kamu bisa menjawab, iya, ibu mengajarkan saya jujur.

Nak, jika saja ibu memahami di dalam hati bahwa kita akan ditanya tentang bagaimana cara kita mendapatkan nilai kita, bukan berapa nilai yang kita dapatkan, barangkali sejak saat itu, ibu akan berjuang keras melawan hal yang bernama percontekan.

Tapi nak, saat itu ibu belum memahami, belum mau mempraktekkan. Jadi ibu masih melakukan dosa dalam hal contek menyontek.

Sekarang, ibu tidak ingin kamu mencontek satu kata pun. Selalu ibu akan mengulangi bahwa ibu akan lebih menghargai orang yang jujur dibandingkan dengan orang yang mencontek.

Kamu paham nak?
Jadi, mari kita belajar jujur. Minimal pada diri sendiri. Agar kedepannya terus jujur dalam segala hal, maka malu lah pada diri sendiri ketika tidak melakukan usaha apapun tapi ingin mendapatkan hasil terbaik.

In frame : Kelas yang isinya lelaki semua. Dan selalu berhasil bikin deg degan saat mereka udah ngerubungin. Tulisan dibuat saat mendekati ulangan, dan ternyata mengajarkan anak untuk jujur itu sulit. Mungkin itu juga karena ibunya belum berhasil praktik jujur :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar