Kamis, 08 Agustus 2013

Ini Kisah Ku!

Ini kisah ku, bagaimana pun caranya, ini adalah kisah ku.
menjadi orang yang tiba tiba masuk ke dalam kehidupan orang lain memang tidak mudah, terlebih lagi jika kau harus menjadi orang ketiga untuk sementara waktu. iya, untuk sementara waktu. karena ini kisah ku, maka aku akan menjadi peran utama perempuan, bukan menjadi orang ketiga.

kisah ini berawal disaat semuanya mulai hancur berantakan. saat cinta sudah tidak bisa berkata kata, saat semua perkataan  maaf hanya bisa diterima dengan percuma, tak ada gunanya.
matahari masih terbit dari timur, dia masih bersinar cerah. tapi....hari ku mendung.

aku berjalan memikirkan semua masalah ini, kehidupan ku yang mulai berantakan. sebagai seorang pelajar, bukan kah tugas mu belajar? bukan bekerja kan? tapi...ahh, orang tua ku terlilit hutang dengan rentenir itu. apa yang harus ku lakukan?
hari ini rasanya aku malas sekali berangkat ke sekolah. pura pura sakit dan berbaring di rumah mungkin akan menjadi obat yang paling manjur untuk ku.
ibu, dengan mudahnya mengizinkan aku untuk tidak masuk hari ini, tapi...kenapa? tumben. sudahlah, manfaatkan saja.

sejam dua jam aku berleha leha di atas kasur, datanglah orang itu. orang orang yang membuat hidup ku berubah 180 derajat. mereka berpakaian amat sangat rapi, mengenakan kemeja, jas, sepatu, dan kaca mata yang sama. aku yakin mereka bukan boy band. lalu mereka siapa?
aku mengintip ke arah ruang tamu dari lubang kunci yang ada di pintu. siapa mereka? ibu ku melayani mereka dengan penuh rasa hormaat. apa mereka rentenir yang menagih utang? tapi kenapa sopan sekali?

rasa penasaran ku terus muncul, lubang kunci ini terlalu kecil untuk orang yang penuh rasa penasaran seperti ku. aku pun membuka pintu ku sedikit. ia mengulurkan sebuah cincin, dan aku bisa mendengar kata kata 'putri mahkota' ada apa ini? otak ku semakin bingung, sebisa mungkin aku merangkai cerita, tapi yang ada hanya kisah kisah cinderella, snow white dan cerita tidak masuk akal lainnya.
aku terus berfikir sampai tiba tiba ibu menegur ku dari balik pintu.
'ngintipin apa kamu?'
'ah, enggak. tadi siapa?'
'kamu beneran mau tau?'
'em.'
aku melihat ibu menarik nafas panjang, dan berusaha berbicara setenang mungkin.
dan rentetan cerita ibu membuat ku tertawa terbahak bahak, maksud ku, di era seperti ini, apakah masih ada perjodohan antara orang biasa dengan seorang keluarga kerajaan? aku pikir cerita itu hanya dongeng.
tapi ibu mengeluarkan cincin.
'pakai ini besok, kau akan pergi ke istana.'
kata kata ibu simple, tapi begitu membuat ku bingung.

keesokan harinya, benar saja, aku dijemput oleh orang yang datang kemarin. mereka memperlakukan ku dengan sangat baik.
aku berangkat ke istana dan menemui satu satu orang orang yang akan memberikan pendidikan menjadi putri mahkota. kau mungkin bertanya, apakah ini benar benar kisah ku?

setelah puas diwawancarai dan mewawancarai orang orang di istana, tibalah saat ku bertemu dengan calon suami ku, calon putra mahkota. apa ini benar nyata?

inilah puncaknya.

'kenapa kau mau dinikahkan dengan ku? kau kan punya pacar, maksud ku kau...'
'rupanya putri mahkota kita harus mendapat banyak pelajaran etika.'
'apa maksudmu? aku hanya bertanya.'
'bukan urusan mu. persiapkan barang bawaan mu, dan kau akan segera tinggal disini. ah tidak usah, barang barang di istana jauh lebih baik daripada barang barang mu.'
ingin sekali rasanya ku pukul kepalanya.
'apa peduli mu? aku tidak akan datang, dan aku tidak akan pernah menikahi orang yang kasar sepertimu!'
ia menatap ku tajam, sorot mata mengejek dan penuh pandangan merendahkan. dia pikir dia siapa bisa melihat ku seperti itu.
'ada apa dengan wajah mu?'
'kau? tidak mau menikah dengan ku? aku tidak peduli, bicara saja dengan para tetua.'
menyebalkan sekali.
'kau kenapa tidak melawan? aku tau kenapa kau diam saja dan menuruti pernikahan ini. kau sedang bertengkar dengan pacarmu kan? dan kau ingin melupakannya makanya kau bersama ku. iya kan?'
tatapannya kini berubah sangat dingin. ia akan memakan ku.

setelah kejadian itu aku tidak ingat apa apa lagi, yang aku tau aku terbaring lemah di atas kasur rumah.
ah, itu berlebihan, aku berbohong.
ia tidak memakan ku, tapi ia mengancam akan membunuhku jika aku berani mengganggu kehidupannya. lihat saja nanti, ia atau aku yang akan mati duluan.

itulah awal cerita bagaimana aku 'si orang ke tiga' bisa menjadi pemeran utama perempuan, atau yang pernah ku bilang, pendamping peran utama.
aku kira kisah ku tidak akan pernah ada hubungannya dengan dua makhluk yang sedang jatuh cinta itu, tapi ternyata kisah Tuhan sangat indah, dan kisah mereka tiba tiba saja berubah menjadi sebuah kenangan. *ku harap semua orang melupakan kisah itu.*

hari hari ku di istana berat, ditambah lagi perdebatan sengit dan berbagai ancaman yang datang dari putra mahkota, suami ku sendiri.
tapi lambat laun semuanya berubah...
berbagai masalah datang bergantian mengganggu kehidupan di istana. tapi masalah ini membuat ku menjadi lebih dewasa dalam menghadapi dunia. dan setidaknya ini juga mengubah putra mahkota, ia tidak sekasar dulu. ia sedikit lebih manis.
kami masih sering bertengkar, tapi kini kami berteman juga.
aku kira waktu itu kami benar benar jago akting, menipu semua orang dengan bertingkah sebagai pasangan suami istri padahal dalam hati saling membenci.

sekian lama kami berakting seperti itu,
sekian banyak juga masalah yang datang.
semuanya berubah menjadi begitu berat.
sehingga suatu hari aku sadar, aku tidak bisa menghadapi masalah ini sendirian.
sendiri tanpa putra mahkota yang begitu menyebalkan.

masalah yang datang kali ini sungguh berat. dan harus memisahkan kami, aku dan putra mahkota.
entah apa yang harus ku lakukan, tapi putra mahkota tetap terlihat begitu tenang. wajahnya damai tapi matanya mengisyaratkan kesedihan.
ini tidak bisa dibiarkan.

aku memutuskan untuk memberanikan diri.
"aku tidak bisa menghadapi semua ini sendirian."
"kau bersama para tetua, dan pengurus kerajaan."
"bukan itu maksudku."
ia menatapku tanpa ekspresi.
"aku, tidak bisa menghadapi ini...tanpamu. aku akan tinggal jika kau meminta ku untuk tinggal. tapi jika kau ingin aku pergi..."
dia tetap diam.
"aku akan pergi."

tik...tok....

tik....tok....

tik....tok...

air mata ku seperti tidak terbendung lagi.

"baiklah, aku pergi."

satu...

dua....

tiga...

ia menarik tangan ku.

"jangan pergi."

dua kata itu membuat ku tersenyum, aku tau masalah ini bukanlah sebuah masalah. ia disisi ku sekarang. hanya aku dan dia.

ini kisah ku. bagaimana aku bisa datang dan membuat kisah ku sendiri.

#NowWatching Princess Hours

Tidak ada komentar:

Posting Komentar