Hai, ini bukan kisah ku yang baru saja menonton film the conjuring. Ini
bukan kisah persahabatan antara laki laki dan perempuan. Ini juga bukan kisah
tentang bagaimana seorang sahabat kecil laki laki dan perempuan terpisahkan.
Berdoa saja, semoga kisah ini tidak terinspirasi darimu.
Entah bagaimana, kisah ini bermula pada suatu hari ketika langit sudah
gelap. It’s typical Tuesday night, I listen to the kind of music she doesn’t
like and she’ll never know your story like I do. Itu petikan lagu You Belong With
Me – Taylor Swift. Dan yak, benar. Kisah ini tentang bagaimana seharusnya kau
dengan ku, bukan dengan dia.
Langit gelap, bintang berkelip menggoda, bulan sedang ingin tampil
purnama, sinarnya sampai ke genting rumah. Bulan itu hanya satu, jadi jika saat
ini kau sedang menatapnya, dan aku juga sedang menatapnya, percayalah, bulan
itu memantulkan cahaya mu, dan entah bagaimana, aku bisa melihatnya.
Hari ini aku berjalan santai keliling komplek, melihat dengan asyik ke
kanan dan ke kiri. Banyak orang yang sedang menyuapi anaknya, olahraga, jalan
santai dan juga ada yang sekedar bergosip. Biar ku beri tahu, sebenarnya aku
tidak jalan santai, aku memiliki misi rahasia. Stalk. Rasa penasaran ku yang
berlebihan ini membuat ku berubah menjadi stalker, tapi tenang saja, aku
professional stalker. Setidaknya jika apa yang kulihat tidak terlalu penting,
aku tidak akan menuangkannya ke dalam tulisan dan mempublishnya di blog.
Tapi kali ini berbeda.
Rute yang ku ambil sengaja sedikit agak memutar. Dari rumah aku ambil
arah kanan, sampai di ujung jalan belok kiri, tepat di plang yang bertuliskan
pejalan kaki only. 10 meter dari plang itu lah tempat dimana aku akan
menjalankan misi ku sebagai stalker. Jadi aku cukup berdiri di plang ini
berpura pura sebagai orang yang sedang menunggu jemputan.
Dan…..sial. jemputan itu benar datang.
Aku mendengar suara klakson dua kali dan melihat kaca mobil terbuka.
“heeyy, wanna join with us?” nada suara itu memang mengajak, tapi sekaligus
mengejek. Entah, apa yang salah dengan diriku. Tapi sepertinya mereka terlalu
merendahkan hobi menulis ku. Mereka tidak tau, diam diam aku membunuh mereka
melalui imajinasi ku, hahahaha.
“no, I have so much things to do. Sorry.”
“oh deaarr, wish you could join with us next time.”
Aku berusaha berfikir positif, sepertinya kali ini mereka serius mengajak
ku jalan.
“if you still alive of course, ‘cause I want to kill you tomorrow
morning. Hahahaha”
Aaahhh, tawa panjang teman temannya mengakhiri perbincangan ku.
Bodoh sekali mengharapkan orang orang famous itu mengajak ku jalan dan
menghabiskan malam yang panjang ini.
Sampai mana tadi tugas stalking ku?
Aku memantau apa yang terjadi tepat 10 meter di depan ku. Sebuah mobil
berwarna hitam terparkir di depan sebuah rumah dengan cat biru laut. Warnanya bagus
tapi terlalu mencolok mata dan ekstrim sekali jika dibandingkan dengan cat cat
rumah lainnya.
Ada seorang perempuan keluar dari mobil itu, rambutnya tergerai panjang
sebahu, poninya rata, hidungnya mancung, dan sepatunyaa! Oh my god, it’s high
heels that I’ve been searching for since i saw it at the detik.com.
Aku tidak bisa tinggal diam, aku harus bertanya dimana dia beli sepatu
itu.
Aku jalan pelan pelan, sambil terus memantau. Dan akhirnya aku liat anak
laki laki muda yang seusia ku keluar dari rumah melemparkan sebuah senyuman ke
arah perempuan itu. Aku sedang membayangkan arti kata dari ‘melemparkan sebuah
senyuman.’ Apakah ini kau tersenyum lalu melemparnya? Atau kau tersenyum lalu
melempar muka mu? Atau kau terlempar lalu tersenyum. Ah aku tidak mengerti,
yang jelas ia tersenyum ke arah perempuan itu.
“hey, nice shoes. Where did you but it?”
“ooh, thank you. This is the last one, I bought it yesterday when I went
to the Black shop last night.”
“are you serious that is the last one?”
“yeah honey, I’m really sorry.”
“oh my god, how can you do that to me? You belong with me!!” yea, I talk
to the shoes and at the same time the boy who smiled to that girl come to us.
“do you….lesbian?”
“oh nooo! How can you say that to me? I’m 100% normal. You can’t judge me
just by one thing.”
“but you talk to her that she belong with you.”
“I’m not talk to her, I talk to the shoes. It belong with me. I’m the one
who should wear it. But…ah nevermind, I’ll looking for another one.”
And that is, you belong with me. It sucks when you see something that you
cant have. It belong to you. You should have it. Yes, you should.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar