Selasa, 06 Agustus 2013

You Belong With Me

Hai, ini bukan kisah ku yang baru saja menonton film the conjuring. Ini bukan kisah persahabatan antara laki laki dan perempuan. Ini juga bukan kisah tentang bagaimana seorang sahabat kecil laki laki dan perempuan terpisahkan. Berdoa saja, semoga kisah ini tidak terinspirasi darimu.
Entah bagaimana, kisah ini bermula pada suatu hari ketika langit sudah gelap. It’s typical Tuesday night, I listen to the kind of music she doesn’t like and she’ll never know your story like I do. Itu petikan lagu You Belong With Me – Taylor Swift. Dan yak, benar. Kisah ini tentang bagaimana seharusnya kau dengan ku, bukan dengan dia.
Langit gelap, bintang berkelip menggoda, bulan sedang ingin tampil purnama, sinarnya sampai ke genting rumah. Bulan itu hanya satu, jadi jika saat ini kau sedang menatapnya, dan aku juga sedang menatapnya, percayalah, bulan itu memantulkan cahaya mu, dan entah bagaimana, aku bisa melihatnya.
Hari ini aku berjalan santai keliling komplek, melihat dengan asyik ke kanan dan ke kiri. Banyak orang yang sedang menyuapi anaknya, olahraga, jalan santai dan juga ada yang sekedar bergosip. Biar ku beri tahu, sebenarnya aku tidak jalan santai, aku memiliki misi rahasia. Stalk. Rasa penasaran ku yang berlebihan ini membuat ku berubah menjadi stalker, tapi tenang saja, aku professional stalker. Setidaknya jika apa yang kulihat tidak terlalu penting, aku tidak akan menuangkannya ke dalam tulisan dan mempublishnya di blog.
Tapi kali ini berbeda.
Rute yang ku ambil sengaja sedikit agak memutar. Dari rumah aku ambil arah kanan, sampai di ujung jalan belok kiri, tepat di plang yang bertuliskan pejalan kaki only. 10 meter dari plang itu lah tempat dimana aku akan menjalankan misi ku sebagai stalker. Jadi aku cukup berdiri di plang ini berpura pura sebagai orang yang sedang menunggu jemputan.
Dan…..sial. jemputan itu benar datang.
Aku mendengar suara klakson dua kali dan melihat kaca mobil terbuka. “heeyy, wanna join with us?” nada suara itu memang mengajak, tapi sekaligus mengejek. Entah, apa yang salah dengan diriku. Tapi sepertinya mereka terlalu merendahkan hobi menulis ku. Mereka tidak tau, diam diam aku membunuh mereka melalui imajinasi ku, hahahaha.
“no, I have so much things to do. Sorry.”
“oh deaarr, wish you could join with us next time.”
Aku berusaha berfikir positif, sepertinya kali ini mereka serius mengajak ku jalan.
“if you still alive of course, ‘cause I want to kill you tomorrow morning. Hahahaha”
Aaahhh, tawa panjang teman temannya mengakhiri perbincangan ku.
Bodoh sekali mengharapkan orang orang famous itu mengajak ku jalan dan menghabiskan malam yang panjang ini.
Sampai mana tadi tugas stalking ku?
Aku memantau apa yang terjadi tepat 10 meter di depan ku. Sebuah mobil berwarna hitam terparkir di depan sebuah rumah dengan cat biru laut. Warnanya bagus tapi terlalu mencolok mata dan ekstrim sekali jika dibandingkan dengan cat cat rumah lainnya.
Ada seorang perempuan keluar dari mobil itu, rambutnya tergerai panjang sebahu, poninya rata, hidungnya mancung, dan sepatunyaa! Oh my god, it’s high heels that I’ve been searching for since i saw it at the detik.com.
Aku tidak bisa tinggal diam, aku harus bertanya dimana dia beli sepatu itu.
Aku jalan pelan pelan, sambil terus memantau. Dan akhirnya aku liat anak laki laki muda yang seusia ku keluar dari rumah melemparkan sebuah senyuman ke arah perempuan itu. Aku sedang membayangkan arti kata dari ‘melemparkan sebuah senyuman.’ Apakah ini kau tersenyum lalu melemparnya? Atau kau tersenyum lalu melempar muka mu? Atau kau terlempar lalu tersenyum. Ah aku tidak mengerti, yang jelas ia tersenyum ke arah perempuan itu.
“hey, nice shoes. Where did you but it?”
“ooh, thank you. This is the last one, I bought it yesterday when I went to the Black shop last night.”
“are you serious that is the last one?”
“yeah honey, I’m really sorry.”
“oh my god, how can you do that to me? You belong with me!!” yea, I talk to the shoes and at the same time the boy who smiled to that girl come to us.
“do you….lesbian?”
“oh nooo! How can you say that to me? I’m 100% normal. You can’t judge me just by one thing.”
“but you talk to her that she belong with you.”
“I’m not talk to her, I talk to the shoes. It belong with me. I’m the one who should wear it. But…ah nevermind, I’ll looking for another one.”

And that is, you belong with me. It sucks when you see something that you cant have. It belong to you. You should have it. Yes, you should.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar