Jumat, 10 Maret 2017

Tuan Putri Mengenal Cantik


"bunda, Putri Putri itu kaya gimana si?"

"Kalo menurut Tuan Putri yang kaya gimana?"

"Ih bunda, setiap aku nanya pasti ditanya balik deh. Sebel."

Muka setengah cemberut ditunjukkan oleh Tuan Putri. Bunda memang jarang langsung menjawab pertanyaan yang diberikan putrinya itu. Iya lebih suka membuat putrinya berfikir lalu menyempurnakan jawabannya.

Lagi lagi sekarang bunda hanya tersenyum. Sangat manis. Senyuman yang Tuan Putri kenal sebagai senyum menanti jawaban.

"Emmm, kalo menurut akuuu, yang kaya Cinderella gitu bun. Kaya snow white, kaya Aurora, kayaaaa Mulan atau Moana juga boleh. Tapi Putri juga bisa punya kekuatan kaya Elsa."

Disney princesses. Siapa yang tidak kenal mereka? Masa kecil dulu bunda juga suka menonton film-film tersebut. Siapa sangka bahwa Snow White telah lahir jauh sebelum negeri tercintanya berdiri.

"Apalagi?"

Tuan Putri berfikir keras.

"Kenapa Putri Putri itu yang kamu sebutkan sayang?"

Emmmm. Tuan Putri kembali berfikir.

"Kenapa ya bun....? Mungkin...emmm mungkin..."

Tuan Putri masih berfikir.

"Mungkin karena mereka cantik bun, bajunya, pesta dansa, aku suka deh."

"Masa karena kecantikan fisiknya aja si? Berarti nanti kalo udah gak cantik lagi, gak ada yang suka dong."

Iya ya....
Tuan Putri mengangguk pelan.

"Cinderella bun, Cinderella temenan sama semuanya. Tikus, burung, semuanya disayang. Cinderella juga mau memaafkan saudaranya yang jahat. Cinderella rajin bersih-bersih rumah, gak pernah ngeluh, suka menolong."

Bunda tersenyum lega mendengar jawaban putrinya.

"Terus Snow White numpang tinggal di rumah kurcaci tapi kurcacinya sayang sama Snow White. Snow White orangnya menyenangkan. Terus kata cermin ajaib juga Snow White selain mukanya cantik, hatinya juga cantik. Makanya ibu tirinya kesel sama dia."

"Cerdas sekali anak bunda. Terus apalagi sayang?"

"Masa semuanya bun? Banyak dong."

Putri cemberut diikuti bunda yang langsung tertawa.

"Ah iya bun, Mulan juga bisa lindungi dirinya sendiri. Moana juga. Elsa juga. Jadi kalo jadi Putri harus bisa semua ya bun."

"Iya sayang, tapi... Tau gak, apa yang kurang dari mereka dan sudah ada di diri kamu Tuan Putri nya bunda."

Tuan putri kembali berfikir.

"Yang gak ada di mereka, tapi ada di aku bun?"

Bunda mengangguk mantap. Sedangkan Putri nya kembali berfikir.

1
.
.
2...
.
.
Lama.

Bunda segera menggendong anaknya lalu membawanya ke depan cermin.

"Apa bedanya?"

Tuan Putri menatap kaca sungguh sungguh.

"Coba tuan putri liat pakaian tuan putri."

"Aku gak pake dress kaya mereka bun. Malah pake baju sekolah. Tuan Putri kan gak sekolah. Eh berarti yang ada di aku tapi gak ada di putri itu sekolah ya bun?"

"Heeee, itu satu. Apalagi? Ini yang pertama dan utama."

Tuan Putri, kembali berkaca. Hampir frustasi karena daritadi bunda meminta nya untuk berfikir.

"Nyerah bun..."

"Yaaah, masa Tuan Putri nyeraah. Tapi sini bunda kasih tau.

Tuan Putri, yang ada di diri Tuan Putri tapi tidak ada di diri Putri Putri lainnya adalah ini."

Bunda memegang kain panjang yang menjulur menutup dada dan kepala anaknya.

"Ini sayang. Kesadaran untuk menutup auratnya. Tuan putri tau tidak. Kecantikan di wajah akan sirna. Tapi kecantikan di hati tidak.

Cinderella, Snow White, Aurora, Elsa, Mulan bahkan juga Moana, hanya cantik dimata manusia. Tapi yang paling penting adalah cantik dimata Yang Menciptakan kita semua.

Tuan Putri tau tidak, bahwa perempuan yang cantik itu yang menutup auratnya. Yang rambutnya tidak terlihat, yang tubuhnya tidak terlihat bentuknya. Yang langkah kakinya tidak berisik. Yang suaranya tidak dimanja manjakan. Ya.

Tuan Putri nya bunda sudah memiliki semua itu. Rambutnya tidak terlihat oleh orang lain. Bentuk tubuhnya tidak juga terlihat. Langkah kakinya tidak berisik, suaranya tegas dan hanya kepada ayah bunda dan kakak bisa bermanja-manja."

Bunda tersenyum sambil memandangi wajah anaknya lagi.
Tuan Putri masih mencerna pelan pelan kalimat dari bundanya.

Tapi satu hal yang telah melekat dalam ingatannya adalah Tuan Putri harus cantik dimata Allah, bukan dimata manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar