Sabtu, 06 April 2019

Dia banyak menangis belakangan ini. Belum lama ku ketahui ternyata ia sedang mengingat dosa dosanya. Menghitung seberapa banyak sholat yang ia lalaikan karena belum tersentuh hidayah. Berusaha mengingat kapan ia baligh namun belum menutup aurat secara sempurna.

Ia banyak menangis belakangan ini, ku pikir seiring berjalannya waktu ia akan normal kembali. Tapi semakin kesini kulihat matanya semakin bengkak. Ketika ku tanya ada apa, ia menjawab dengan lemas dan lemah. Katanya, untuk orang yang pelupa seperti dia, mengingat dosa dosa bukan hal yang mudah. Ia menghabiskan beberapa waktu ini untuk menentukan kapan mulai menjadi perempuan dewasa seutuhnya. Hasilnya tak ada, lalu dia meneteskan air mata lagi.

Besoknya ku lihat ia menghabiskan waktu sepanjang yang ia miliki untuk sholat. Zuhur nya tidak hanya empat rokaat wajib, tapi diulang terus terus terus. Katanya ia membayar sholat sholat yang ia lalaikan. Ia hanya ingin diringankan urusan akhiratnya.

Ia hampir tak pernah keluar, siang malam menangisi dosa dosanya, aku hanya perlu untuk lebih sering ke rumahnya. Hidupnya juga tentang hari ini, tidak hanya kemarin.

Awalnya ia menolak, bahkan waktunya untuk makan pun berkurang. Aku sedih melihatnya, ada yang perlu diperbaiki dari dirinya.

Akhirnya dari situ ku ajak semua teman temannya untuk ke rumahnya. Pelan pelan diperkenalkan dengan cakrawala dunia. Memberikan pemahaman bahwa Allah akan mengampuni orang orang yang memohon ampun dengan sungguh sungguh.

Lalu sekarang dia sudah mulai berani keluar rumah, menjadi pribadi yang baru. Berhenti menangisi masa lalunya dan lebih banyak berkontribusi agar tak ada lagi orang orang seperti dirinya yang dulu.

Ia memutuskan lebih banyak bermain dengan anak anak baru gede. Menjadi orang yang mengenalkan masa lalunya agar tak ada manusia yang memiliki dosa sebanyak dirinya.

Ia banyak belajar, banyak mengamalkan dan menyampaikan. Ia menjadi orang baru, yang tak lagi ku kenal. Ia banyak tersenyum, teduh, meneduhkan, memberikan kenyamanan bagi siapa saja yang melihat.

Ia terbaik.
Representasi manusia yang mau belajar menuju sempurna.

Selamat, izinkan aku menjadi sepertimu ya. Bersaing dalam kebaikan, mengurangi dosa dan berbagai hal lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar