Rabu, 27 November 2013

Dari Ku yang Merindukan Matahari

Hai,

kau benar, kini aku merindukan matahari
bukan, bukan karenamu yang selalu merasakan kehangatannya disaat ia benar benar menyengat kulit, tapi karena aku benar benar merindukannya.
belakangan ini hujan turun hampir setiap saat. pagi, siang, sore dan malam. kau tau, tentu saja aku bingung bagaimana cara mengeringkan pakaian ku yang ada dijemuran itu. jika aku biarkan ia sebentar saja tergantung diluar sambil berharap angin sepoi sepoi membisikan barisan barisan puisi yang akan membuat baju itu kering, hanya hujan badai tetesan air mata dari awan yang jatuh.

setelah hujan terus menerus ini, aku jadi semakin sering memikirkan dirimu. kau pasti akan mengatakan, "mana matahariku?" dengan suara yang penuh dengan gambaran kehilangan. lalu kau menatap ke langit dan saat tetesan hujan membasahi wajahmu, kau akan bertingkah seperti orang yang sedang menangis. setelah membiarkan tetesan hujan itu membasahi dirimu, kau akan menarik tanganku berlari di bawah hujan terlebih dahulu lalu mengajak ku berteduh. lalu sebelum aku sempat bertanya kenapa kita tidak berteduh ditempat yang lebih dekat itu kau akan menjawab, "aku sangat menikmati berlari di bawah hujan sambil menggandeng tanganmu. kau tau? itu satu satunya hal yang paling aku suka dari hujan. karena kau suka hujan, kau pasti suka berdiri di bawahnya dan membiarkan badanmu basah kuyup karena semua tetesannya."

iya, aku memang suka hujan. tapi aku tidak terlalu menikmati berdiri dibawahnya dan membiarkan badanku basah kuyup karena tetesannya. setelah mendengar statement ku itu kau mengatakan, "kalau begitu aku perlu berhati hati dengan semua kata katamu." lagi lagi, sebelum aku sempat bertanya kau akan menjelaskan, "kau menyukai sesuatu bukan berarti kau benar benar menyukainya. kau suka hujan, suka melihat tetesannya. tapi kau menggunakan payung saat berjalan dibawahnya. mungkin seharusnya aku takut saat kau mengatakan kau mencintaiku, karena kau akan menggunakan sesuatu untuk menutupi dirimu dariku."

kalimatmu yang membingungkan itu benar benar aneh. bagaimana bisa kau berfilosofi seperti itu hanya karena aku suka hujan tapi aku tidak suka hujan hujanan? kau aneh.

tidak, aku tidak akan memberitaumu kalau aku merindukan matahari, tidak akan pernah. aku akan membiarkan kau berfikir bahwa aku menikmati setiap tetesan hujan yang jatuh itu. padahal aku benar benar membutuhkan matahari untuk baju baju ku itu. Ah, bagaimana bisa aku merindukan matahari hanya karena butuh sinarnya untuk mengeringkan baju? bodoh sekali.

baik, akan kuberi tau satu hal kepada kalian yang bukan dirinya, ku harap jangan pernah kalian memberi tau dirinya kalau aku merindukan matahari karena aku merindukan dirinya. ah tidak, aku merindukan matahari karena sinarnya untuk mengeringkan baju. ah tidak, aku merindukan matahari karena aku tidak bisa berjemur lagi. tidak tidak, aku tidak merindukan matahari.
sudahlah, cukup.

bagaimana menurut kalian jika aku benar benar merindukan matahari karena dia menyukai matahari? bagaimana menurut kaliain jika dia mengetahui aku merindukan matahari karena dia?
lalu apa yang akan terjadi berikutnya?
aku yang selalu merindukan hujan, menikmati pemandangan tetesannya yang jatuh kini dengan tiba tiba aku merindukan matahari? ini pasti aneh sekali. dia pasti sudah memasukan sesuatu ke dalam makanan ku siang tadi. pasti.

lalu bagaimana ini?

dari ku yang merindukan matahari
untuk matahari.

saat tulisan ku benar benar menjadi tidak terarah seperti ini, mungkin ini benar benar yang namanya rindu. matahari tolong datang selamatkan rinduku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar