Senin, 26 Juni 2017

Kenari Kecil dari Kalabahi dan 29 Kisah Inspiratif Anak Indonesia

Saya menyadari bahwa selama ini waktu banyak sekali yang habis terbuang mungkin sia-sia. Sekalipun selalu ada hikmah dibalik apapun, namun dengan feels like doing nothing, apa benar ada hikmah dibalik itu? Namun dilain waktu, ketika deadline begitu dekat kemudian Allah bantu menyelesaikan ‘urusan’ saya, rasanya saya semakin tidak menghargai waktu dan mengerjakan segala sesuatu ketika mepet deadline. Ah, tapi Allah tak kenal malas untuk menolong hambaNya. Saya bersyukur bahwa Allah selalu menolong saya.

Tulisan ini berangkat dari sebuah refleksi diri ketika membaca buku “Kenari Kecil dari Kalabahi dan 29 kisah inspiratif anak Indonesia.” buku ini sama seperti buku-buku yang menggugah hati pada umumnya. Sedih, menyentuh hati, membuat terenyuh dan akhirnya berefleksi. Benar memang rasanya selama ini saya masih kurang bersyukur. Bersyukur itu bukan hanya tentang “alhamdulillah makasih ya Allah.” Tapi bersyukur lebih dari itu. Suatu ketika Rasulullah SAW pernah ditanya kenapa Rasulullah tetap beribadah sekalipun Rasulullah telah dijamin masuk surga? Kemudian Rasulullah menjawab, “apakah aku tidak boleh menjadi orang yang bersyukur?”
Seperti itulah bersyukur. Memaksimalkan kebaikan-kebaikan yang telah Allah berikan, bersyukur dengan beribadah kepada Allah dan bermanfaat untuk sesama. Tapi rasanya saya masih jauh dari dua hal ini. ya Allah.

Buku ini menceritakan tentang berbagai kisah dari anak yang ‘biasa saja.’ Anak yang hidup susah disebuah desa, kampung, dusun yang berjuang untuk tetap hidup dan terus menggapai cita-cita. Saya benar-benar kurang bersyukur bahwa sampai hari ini belum pernah merasakan yang namanya kesulitan untuk sekolah sedangkan dibuku itu banyak sekali yang kesulitan sekolah, bayaran dan lain sebagainya. Ketika saya hanya disuruh berdiri bermacet macetan dalam bus berAC, banyak anak-anak yang harus jalan kaki berjam jam dengan peluh tanpa ujung, keringat mengalir deras bahkan seringnya tanpa alas kaki. Allah….
Jarak dari rumah ke kampus hanya 17km dan di papua sana harus berjalan kaki sejauh 30 km. ya Allah…
Dikisah yang sama, ada pula yang kesulitan untuk makan bahkan sampai akhirnya hanya memenuhi perutnya dengan air putih. Sedangkan saya masih sering bosan dengan makanan yang itu-itu saja. Dan bahkan memilih tidak makan ketika melihat lauk yang tidak menggugah selera. Kemudian membeli makanan diluar dengan harga berkali lipat hanya untuk mengenyangkan perut yang berakhir di toilet.
Saya benar-benar kurang bersyukur.
Membaca buku ini, sekalipun belum selesai, tetap membuat saya berfikir dan ingin berusaha semaksimal mungkin agar selalu bersyukur dengan segala kondisi dan tidak menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak bermanfaat, apalagi hanya untuk sekedar mengenyangkan perut :”
Harus berubah!
Refleksi berikutnya adalah, karena buku ini merupakan kumpulan kisah dari anak-anak yang menerima manfaat dari wahana visi dan world vision, maka buku ini kembali mengingatkan saya untuk tetap bermanfaat bagi orang lain. Karena akhirnya bahagia itu ketika melihat orang lain yang membutuhkan kemudian terpenuhi kebutuhannya. Dalam kisah ini, ada tiga orang bersaudara yatim piatu yang tidak punya makanan, minuman dan hal lainnya dalam keadaan lapar. Lalu mereka berdoa kepada Allah, mengadu dan meminta agar Allah menolong mereka. Apa yang terjadi kemudian? Allah memberikan rizkiNya dari arah yang tidak diduga-duga. Segera saja ada orang yang mengajaknya membeli beras dan kebutuhan lainnya. Bahkan ketika menceritakan hal tersebut, mata mereka berkaca-kaca, mereka mengatakan, Tuhan tidak tidur.

Allah~

Maafkan tulisan yang berantakan ini, karena sesungguhnya banyak sekali yang ingin disampaikan dan ingin diubah namun perjuangan untuk istiqomah tidak pernah semudah mendapatkan kipas angina dari undian dorprize, ya kan?

Semoga Allah mudahkan saya dan kita semua untuk terus berbuat baik dan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar