Selasa, 22 Desember 2015

Sebuah Pembenaran Atas Me Time

Ada yang salah dari pemahaman me time saya selama ini.
Sederhana dan rumitnya adalah me time berarti waktu yang saya habiskan sendirian, berteman hati sambil sesekali memperhatikan orang orang.

Dari dulu memang pergi sendirian bukan hal yang aneh untuk saya. Sekalipun itu membuat penjual tiket XX1 memandang keanehan karena saya hanya membeli satu tiket dengan rasa bangga.
Ada yang salah?

Di training PPA kemaren, ada pemahaman baru tentang me time. Setelah mengulang kesekian kali, saya baru mendengar PPA membicarakan me time. Dan berkali kali, trainer menjelaskan bahwa me time itu penting. Perlu.

Lalu me time seperti apa yang diperlukan?

Dulu, duluuu sekali, me time bagi saya berarti jalan jalan ke sebuah tempat yang ada bioskop, tempat makan dan gramedia. Pergi ke mall, beli tiket, lalu melihat lihat toko buku, mencari buku bacaan baru, menonton film, lalu pergi makan atau hanya sekedar membeli minuman. Kadang saya juga belanja ala-ala perempuan atau kadang pergi ke salon memanjakan diri.

Saat training kemarin, trainer saya menjelaskan.
"Coba deh kalian me time."

Apa sih me time itu?
Seperti apa sih?

Ka rendy bilang, kalian gak harus pergi ke masjid, tapi kalian bisa ke suatu tempat dan memperhatikan. Diam. Berpikir.

Tentang langit, bumi, matahari, bulan dan bintang. Atau berfikir tentang penciptaan. Berfikir tentang kehidupan. Atau mungkin bertanya tanya untuk apa kita beribadah.
Pikirkan.

Renungkan kalimat "kenali dirimu, maka kamu akan mengenali siapa Tuhanmu."

Saat manusia sudah sadar, bahwa dia adalah seorang hamba, tak bisa melakukan apa apa, bahkan tak lebih dari butiran debu, maka dia akan paham adanya Sang Maha.

Saat manusia telah sadar tentang dirinya, tentang partikel partikel yang ada dalam tubuhnya, tentang pikirannya bagaimana ia berpikir. Mestinya, dia akan paham adanya Sang Pencipta.

Me time.
Kenali diri.
Kenali lingkungan.
Amati.
Pikirkan.
Sadari.
Pahami.
Kita adalah hamba.
Setiap hamba ada yang menciptakan.
Lalu kembalilah kepada Sang Pencipta dalam keadaan diri serendah rendahnya dan pujilah Dia setinggi-tingginya.

يٰۤاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ  ۙ   ۖ
Wahai jiwa yang tenang!

ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى ۙ
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,

وَادْخُلِيْ جَنَّتِى
dan masuklah ke dalam surga-Ku.
[QS. Al-Fajr: Ayat 27-30]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar