Senin, 11 Juli 2016

1. menghitung hari

Bagaimana harus kusampaikan segalanya jika ternyata kebersamaan kita tinggal menghitung hari. Detik demi detik yang berlalu tanpa kita tau diam diam menyiapkan jarak terdahsyat sepanjang sejarah. Jarak demi mempersiapkan masa depan.

Kamu percaya hal itu ada?

Aku percaya, sangat. Sepenuh keyakinan. Sepercaya aku padamu. Sepercaya aku dengan tatapan matamu. Sepercaya aku dengan Langit dan senja. Sepercaya aku dengan usahaku dan usahamu tentunya.

Jika waktu kita tinggal sedetik lagi, izinkan aku menghabiskannya dengan berdoa. Mungkin aku tak siap menatap matamu, lebih lebih melihat punggungmu yang menjauh. Lebih baik aku menutup mata saat kamu masih disini dan membuka mata saat kau tak disisi. Seperti mimpi, tak ada bedanya. Agar nanti, aku bisa meyakini bahwa kamu adalah mimpiku. Bahwa kamu adalah salah satu motivasiku menjadi lebih baik. Dan semoga kamu juga menjadikanku sebagai motivasi.

Ketika jenuh, lelah, hampa bahkan rindu datang menjemput haknya didalam rasa. Maka, putarlah keran. Basuh kepala kita dengan air lalu tuntaskan dengan bersujud. Akhirkan dengan doa. Ya? Yang ku tau, bahwa Sang Pemilik Hati akan mengabulkan doa. Akan lebih baik jika tak hanya aku yang berdoa untuk kita, tapi kamu juga. Lalu Dia, akan mengiyakan dengan caraNya. Indah kan?

Lalu kamu percaya dengan menjaga dalam diam?

Aku percaya.
Bahwa semakin aku berkeras kamu adalah masa depanku, justru semakin aku takut dengan kebersamaan kita. Namun ketika aku titipkan hatiku beserta kamu yang ada didalamnya kepada Sang Maha, tak ada yang lain yang menggelisahkan. Hanya doa yang mampu kusampaikan untuk akhirnya menjemput masa depan kita.
Indah kan?

Apalagi yang akan kusampaikan jika semuanya telah kamu ketahui duluan?
Bagaimana akan kusampaikan jika senyummu telah tersedia sebagai jawaban?

Jika sudah begini, yang kubisa dan kamu bisa, hanya menghitung hari. Mempersiapkan detik agar kita terbiasa dalam jarak dan doa.

Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar