Senin, 25 Juli 2016

Sakit? Baca Pesan CintaNya!

"Bu, perutku sakit."

Perjalanan hidup yang tak selamanya di atas, semestinya mampu membuka mata setiap insan dan akhirnya membuat besyukur.

"Pakein minyak tawon, urut urut dulu sendiri."

Memang jawaban itu yang sedari dulu keluar setiap anaknya sakit. Tidak ada yang lain. Namun itu merupakan cara jitu seumur hidup. Terbukti, sampai hari itu anaknya tak pernah terbaring lemah tak berdaya sampai berhari hari lamanya.

Tak juga hilang, 'pengaduan' berpindah ke ayah. "Yah, perutku sakit."
Jawabannya hanya diam. Ia terus memandangi si pengadu yang akhirnya berlalu masuk ke kamar.

Belum juga ditemukan solusi, "ka, perutnya sakit. Kalo udah telentang, gabisa miring. Gabisa ganti posisi tidur. Gimana nih. Sakit banget."

"Bentar bentar."
Rupanya si kakak sedang sibuk nyebar undangan via sosmed.

Si pengadu diam. Ya Allah..

Hingga ketika waktunya tiba, si kakak bilang ke ayah, "yah perutnya dia sakit, gabisa gerak, jalan susah, takut ada apa apa."

Ayah kembali berjalan ke dapur. Menyangka bahwa dirinya kembali terabaikan, ia hanya bisa pasrah. Rupanya dari dapur terdengar suara diskusi orangtua tentang apa keputusan terbaik yang harus dilakukan.

"Siap siap. Kita ke igd."

Sebuah perintah singkat dari ayah yang akhirnya menggerakkan seisi rumah. Dalam hitungan menit, semua telah siap dan beberapa saat kemudian, terbaringlah si pengadu di IGD. Selang waktu beberapa jam, terbaring lah si pengadu di ruang rawat inap. Lalu, selang waktu sehari, terdengarlah berita dari si suster.

"Lusa diagendakan operasi ya."

Hari itu, dunia seperti behenti berputar. Seorang anak yang sehat tanpa pernah mengeluhkan kesehatannya, menangis. Lemah. Pasrah.

"Ya Allah, hamba ridho. Jadikan ini penggugur dosa."

Rupanya tak sendirian ia berair mata. Pemilik rahim tempat ia dikeluarkan pun dalam hitungan detik keluar dari kamar.

"Jangan nangis, ibu nangis juga kalo kamu nangis."

Semahal apa harga sakit?
Semahal air mata ibu.

Hari berlalu lambat. Semua pasrah menghitung hari. Lalu yang harus menjalani semakin pasrah pada ilahi.

Kamu tau, tugas kita hanya ikhtiar, mencoba semaksimal mungkin. Urusan berhasil atau ada rencana lainnya serahkan pada Sang Pembuat Skenario. Iya kan?

Kita tak kemudian harus berhasil hanya karena telah berjuang. Allah tak lantas harus mengabulkan hanya karena kita selalu menangis di sepertiga malam.

21.Al-Anbiyā : 83

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang."

Semenjak berita datang, doa nabi ayyub ini selalu menemani. Membuat berkaca diri sampai sampai malu, lalu menemukan bahwa betapa Ia punya sejuta cara untuk menunjukan rasa cintaNya. Nabi Ayyub diuji karena Allah cinta kepadaNya kan?

Sambil menghitung waktu berdetak, ia berkaca diri. Pantaskah sakitnya disebut ujian jika dosanya yang segunung membuatnya layak mendapat azab.

Hingga akhirnya operasi selesai, rasa sakit tak kunjung henti, ia hanya berkurang lalu kembali sakit di detik yang lain.

"Allah... Saya pasrah... Jadikan sakit ini sebagai penggugur dosa.
Allah... Betapa banyak yang Kamu urus. Apa pantas saya meminta lebih jika bersyukur saja tak mampu."

Ia ingat bahwa sedari menunggu operasi, ada banyak juga pasien lain yang menanti operasi. Saat ia dibawa ke kamar bedah, ada banyak orang yang sedang operasi. Lalu saat dia operasi, tiba tiba terdengar suara tangisan bayi.

Allah....
Betapa banyak yang kamu urus.
Hamba disini operasi, lalu hanya berjarak sekian meter, Engkau izinkan seorang bayi lagi lahir ke bumi. Ma syaa Allah..
Betapa banyak yang Kamu urus. Betapa tidak ada apa apanya hamba.

Allah...

Hari itu ia kembali menemukan bahwa ternyata dirinya yang dalam keadaan lemah, mampu menahan haus hampir 18 jam. Tak makan lebih dari 24 jam. Dan banyaaak keajaiban diri lainnya. Semakin makin, meleleh ia dibuatnya. Apa ada yang lebih indah dari berdekatan dengan Sang Pemilik Diri?

Lalu saya teringat trainer PolaPertolonganAllah pernah mengatakan, masalah ada bukan untuk diselesaikan, tapi dibaca pesan cintaNya.

Jika sakit ini saya anggap masalah, meskipun tak pernah sekali saja terbersit bahwa sakit ini adalah masalah/ujian/azab. Maka semoga saya telah menemukan pesan cinta terindahNya dengan membagikan tulisan ini dan menceritakan pengalaman saya.

Memang, ini bukan apa apa jika dibandingkan dengan orang orang lainnya. Tapi semoga kamu yang membaca mendapat rahmatNya.

Selalu, semangat bermanfaat.

Alhamdulillah, saya udah pulang. Terimakasih atas doanya, semoga kita semua sehat sampai akhir hayat. Semoga yang terserang sakit, Allah jadikan penggugur dosa.

Mari baca pesan cintaNya.

Satu lagi, jangan lupa Bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar