Jumat, 11 Oktober 2013

Hai, Ada yang Ingin Kusampaikan...

Pagi ini matahari belum terbit, aku sengaja bangun lebih awal karena ada sesuatu yang ingin kuberi tahu kepadamu. Semuanya harus tersampaikan sebelum matahari terbit, karena jika matahari sudah terbit mungkin kenyataan akan segera hadir dan mimpi mimpi ku bersama bulan akan segera sirna.

Apa kabar?

Aku masih sering kali kebingungan kenapa aku harus menanyakan kabar disetiap kalimat pembuka. Padahal aku tau kau baik baik saja, setidaknya dalam pandangan dan penilaian ku kau baik baik saja secara fisik. Semoga hatimu juga baik baik saja.
Matahari belum terbit, kau pasti masih terlelap bersama sejuta mimpimu, tidak apa. Teruslah bermimpi karena mungkin saat kau bangun kau akan melupakan mimpimu itu.

Ada yang ingin kusampaikan kepadamu pagi ini.
Mungkin selama ini kau melihat ku baik baik saja,
Mungkin selama ini kau melihatku selalu tersenyum,
Mungkin selama ini kau melihat aku tenang tenang saja bermain, berbicara, bertemu dan melakukan semuanya bersamamu.

Tapi kau tidak tau satu hal.
Satu hal yang selalu ingin kusimpan sendiri agar semuanya baik baik saja.
Satu hal yang seluruh dunia tidak boleh tau.
Satu hal yang bahkan aku sendiri pun tidak boleh mengetahuinya.
Satu hal yang akan terus kusimpan di dalam hati agar ia bisa tenggelam bersama mimpi.

Pagi ini aku terbangun lebih awal, dan aku mulai kebingungan mana mimpi mana kenyataan. Bahkan aku bingung mana perasaan yang benar benar nyata dan mana yang hanya khayalan. Aku semakin takut menyadari perasaan yang nyata itu akan menjadi khayalan. Aku takut perasaan yang ada di khayalan itu akan menjadi nyata.
Tadi malam aku bermimpi, tidak buruk memang tapi cukup membuatku bergetar. Mungkin sudah kesekian juta kalinya kau hadir di mimpi ku dan aku selalu melupakannya ketika aku bangun, kadang hal ini membuat ku tidak ingin bangun dan berusaha untuk terus tertidur. Kenyataan itu menyakitkan, tidak seindah mimpi.
Aku bermimpi tentang bagaimana perasaan perasaan yang tersembunyi itu mulai mengalir perlahan lahan ke muara. Perasaan yang tertahan oleh tumpukan batu batu besar yang menahannya agar tidak mengalir ke muara itu menang.
Akhirnya ia perlahan lahan sampai ke muara. Akhirnya perasaan perasaan mu yang tesembunyi itu sampai ke muara, tepatnya ke perasaan ku.
Aku bingung bagaimana cara menanggapinya jika perasaanmu yang mengalir itu tidak sesuai jalur, maksud ku perasaan yang mengalir ke muara itu melalui jalur yang lain, bukan jalur yang seharusnya dapat langsung mengalir tepat ke perasaan ku.
Bagaimana aku bisa mengatakan bahwa perasaan mu telah sampai ke muara jika kau saja tidak pernah membiarkan perasaan ku tau tentang perasaan mu.
Benar memang, aku yang mendirikan batu batu besar itu agar tidak ada perasaan yang mengalir ke perasaan ku. Aku yang melarangnya. Aku yang menghindarinya. Ah, kau tidak tau bagaimana sulitnya mendirikan benteng itu.
Setidaknya dengan adanya benteng itu, aku melarang muara hati ku terisi oleh perasaan perasaan lain yang hanya akan membuat kenangan kenangan yang seharusnya segera terlupakan seiring berjalannya waktu. Setidaknya dengan adanya benteng itu aku membuat muara hati ku untuk ku sendiri. Aku tidak bisa membiarkan sembarang perasaan mengalir ke muara itu dan membuatnya tercampur baur menjadi satu. Aku tidak akan pernah bisa membiarkannya.
Tapi setidaknya sekarang, perasaanmu sedikit demi sedikit telah sampai ke muara. Kau sungguh hebat, saat aku menutup jalur utama kau dengan sejuta akal menemukan jalur yang lainnya lagi. Kau hebat sekali.
Tapi untuk sekarang ini aku akan berpura pura tidak tau bahwa perasaan mu telah sampai ke muara, aku akan berpura pura tidak tau. Aku akan tetap berakting seperti biasa agar semuanya tetap baik baik saja.

Hai, bagaimana pagimu?

Aku sudah memberi tahu apa yang ingin ku beritau. Matahari hampir terbit sepertinya, aku akan menemui mu di ujung jalan depan. Kelas pertama akan segera dimulai.


Selamat pagi J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar