Jumat, 02 Oktober 2015

Ada yang salah dari cara kita belajar sejarah. Sebagai mahasiswa tahun kedua di jurusan sejarah, ternyata cara kita selama ini menerima dan mengajarkan sejarah dapat dikatakan salah. Tujuan awal kita belajar sejarah adalah agar kita semakin kritis menerima serangkaian cerita sejarah. Namun ternyata sejarah bukan lagi ilmu yang membuat kritis pemikiran kita, tapi membuat kita terdoktrin dengan pola pikir yang diharapkan rezim pemerintahan.

Sebut saja masa penjajahan yang digembar gemborkan selama 350 tahun. Pada kenyataannya, Indonesia saat itu belum berdiri. Jika penjajahan benar dilakukan, itu hanya terjadi pada beberapa kerajaan. Kerajaan itu pun hanya dibeberapa wilayah setempat. Belum meng-Indonesia atau me-nusantara. Faktanya, Papua adalah wilayah yang dapat dikatakan terjajah paling akhir. Maka adalah salah jika mengatakan Indonesia dijajah selama 350 tahun.

Kesalahan dalam belajar sejarah inilah yang kemudian memudahkan kita untuk menjudge suatu kejadian. Padahal, suatu kejadian tidak akan terjadi tanpa latar belakang. Maka hal utama yang mesti kita tekankan dari belajar sejarah adalah unsur bagaimana dan mengapa.

Beberapa hari ini, kita dihebohkan dengan peringatan G30S/PKI. Seperti yang telah saya jelaskan diatas, tidak mungkin ada kejadian tanpa latar belakang dan pure hanya terjadi pada satu hari. Kita perlu menengok ke tahun tahun sebelumnya. Bagaimana posisi pemerintah dengan rakyat. Posisi partai dengan rakyat. Kita tidak bisa menjudge satu hari yang penuh darah sebagai pure kesalahan satu pihak.

Doktrinisasi sejarah yang selama ini kita terima, membuat daya kritis kita hilang. Kita mendukung semua perkataan pemerintah dalam hal pembelajaran di sekolah. Kemdian tanpa kita sadari ternyata disitulah otak kita sedang di doktrin.

Jujur saya akui, saya belum pernah menonton film G30S/PKI, namun doktrinisasi yang saya dapatkan semasa sekolah cukup membuat saya benci terhadap partai ini. Tapi, setelah duduk di bangku kuliah dan mengenyam pendidikan sejarah, saya belajar keras bagaimana untuk netral. Tidak menilai satu dan lain hal dari satu sisi.
Kita perlu melihat latar belakang dari suatu kejadian, maka kita akan beraifat netral.

Saya bukan pendukung PKI ataupun komunisme, terlebih lagi marxisme. Yang ingin saya tekankan adalah, kita perlu perbaikan terhadap cara belajar sejarah. Agar doktrinisasi sejarah yang berujung pembelokan fakta sejarah dapat kita hindari semaksimal mungkin.
Kita tidak bisa belajar sejarah dari sebuah buku, karena penulisannya mungkin terlalu subjektif. Kita perlu belajar dari banyak buku, melihat dari banyak sudut pandang, memahami, dan kritis. Agar kita tak lagi dibodohi rezim pemerintahan dan berhenti menjudge kejadian dan menyalahkan saudara satu bangsa.

Bukankan yang memperkenalkan komunisme adalah seorang Haji?
Bukankah komunisme menjadi ideologi Sarekat Islam Merah?
Bukankah PKI pernah begitu dekat dengan para santri?

Yuk belajar sejarah, perbaiki cara kita memandangnya, mari belajar netral, hindari doktrinisasi sejarah.

Ayok berpikir kritis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar