Jumat, 29 Januari 2016

Catatan dari Jogja

Perjalanan dari kosakora menuju malioboro menakdirkan saya dan teman teman untuk sholat maghrib di masjid pinggir jalan. Masjid Al Hilal namanya.

Masjid ini dekat dengan perumahan dan juga dekat dengan anak anak. Terbukti dengan banyaknya anak-anak yang sholat maghrib berjamaah disini. Ah...masjid. Selalu berhasil membuat jatuh cinta.

Memang sedari dulu, sejak masih kecil. Adzan maghrib selalu jadi alarm untuk pulang ke rumah dan bersegera mengambil air wudhu lalu berlari ke masjid dan ngaji. Bersama teman teman lagi. Kalian mengalami ini juga?

Ada yang unik selepas sholat. Seolah sedang lebaran, anak anak berbaris dengan sangat rapi untuk salim ke orang tua - orang tua mereka yang ada satu saf tepat di belakang. Semua mereka salimi satu persatu tanpa terkecuali, termasuk kami para musafir yang hanya numpang lewat di masjid itu.

Selepas sholat dan bersalaman, mereka bersegera mengambil Al Quran lalu membentuk lingkaran. Laki laki disisi yang satu dan perempuan disisi satunya. Dan dengan tanpa komando, mereka serta merta melantunkan ta'awudz, basmalah lalu surat Al Fatihah.

Kalian tau, salah satu suara terindah yang melantunan ayat Al Quran adalah suara anak-anak mengaji dengan lantang dan bersemangat. Suara mereka selalu berhasil menyentuh hati dan membuat bibir menyunggingkan senyuman. Manis.

Maghrib ini di Jogja, saya dibuat jatuh cinta kembali dengan anak anak. Sejujurnya, pendidikan karakter seperti inilah yang dibutuhkan untuk memperbaiki moral bangsa. Catatan terbesarnya dari perbaikan generasi muda adalah dengan memperbaiki para pendidiknya. Pendidik utama mereka adalah orangtua. Maka, salah satu cara untuk memperbaiki generasi muda adalah dengan memperbaiki orangtua-orangtua agar paham karakter bangsa yang bermoral yang ingin dihasilkan oleh Indonesia dan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar