Sabtu, 30 Januari 2016

Catatan dari Jogja : Tekaje28

Kita seperti dua manusia yang sedang menjalin kasih. Berusaha saling memahami dan bertahan akan kejengkelan satu sama lain. Tak jarang bertengkar, namun tidak pernah benar benar memutuskan untuk berpisah. Bahkan selepas pertengkaran, kita menjadi lebih dekat. Memahami karakter satu sama lain lebih jauh. Kadang kita saling membenci, kadang kita saling merindu, dilain waktu kita saling memikirkan satu sama lain.

Bedanya, jika pasangan hanya terdiri dari satu orang laki laki dan satu orang perempuan, maka kita terdiri dari 19 orang laki laki dan 9 orang perempuan. Jumlah kita 28, kita unik dengan karakter masing masing. Jika saling memahami saja untuk dua orang cukup dirasa sulit, apalagi dengan jumlah 28? Tapi lihat, kita tidak pernah benar benar memutuskan untuk berhenti bersama.

Kita sudah enam tahun bersama, kami tertakdir menjadi perempuan, kadang itu begitu merepotkan kalian. Entah karena kecerewetan kami melihat kesembronoan kalian atau karena geregetannya kalian menunggu kami berdandan. Kami selalu berkuasa atas tempat tinggal, terutama kamar mandi. Peraturan kami, laki laki tidak boleh masuk kamar perempuan, dan.....perempuan boleh sewaktu waktu masuk ke kamar laki laki, hanya untuk sekedar memanggil atau membangunkan. Lalu kemudian munculah kata emansipasi bagi kaum laki laki untuk mendapatkan hal yang sama. Ah kalian, seolah tidak mengerti padahal kalian paling tau kami.

Dan kalian, dengan 19 kepala, kadang membuat kami para perempuan tak habis pikir dengan tingkah kalian. Seolah merdeka saat tak ada disekitar kami. Kumpul untuk "ngebujang" hampir setiap minggu. Kami tau, sesekali kalian membicarakan kami hanya untuk menjadikan bahan hiburan. Tentang kekonyolan sikap kami dan gaya kecerewetan kami masing masing.

Bukankah kisah tadi malam yang kita bicarakan dengan beberapa tetes airmata tak tertahan telah membuktikan bahwa kita "benar benar serius" bersama?
Hanya untuk sekedar membicarakan akan jadi apa kita kedepannya. Pertemuan seperti apa yang akan kita buat nantinya. Dan berapa lama kita akan bersama. Iya kan?

Mungkin nanti, bukan sekedar reoni, atau ngumpul ngebujang atau mungkin curhat bareng. Tapi...gathering, family gathering. Kita dengan "tentengan" masing masing. Mungkin nanti, bukan kita yang sibuk berfoto-foto, tapi nanti anak-anak kita. Mereka yang bermain pasir, bermain petak umpet atau malah bertengkar.

Ah... Selama apa kita akan bersama?
Haruskah kita turunkan jalinan kasih kita ke anak cucu kita nanti?

Juni 2016 ini, kita memasuki usia ke tujuh. Tujuh tahun bersama bukan waktu yang sebentar kan? Bahkan jika hubungan kita adalah usia seorang manusia, maka manusia tersebut sudah boleh masuk ke sekolah dasar.

Kita saling mengenal mulai dari kepala masing masing yang masih botak, badan yang masih kurus, kulit yang belum terurus. Lalu sekarang, kita yang hidup masing masing dengan model perjuangan masing masing. Selama hampir tujuh tahun itu, kita berusaha saling menjaga rasa, walau tak jarang lidah sengaja meledek untuk sekedar menghadirkan tawa.

Aku jadi ingat kejadian beberapa tahun lalu. Lagi lagi left group menjadi pilihan terakhir saat hati dan tangan tak lagi mampu untuk membersamai kalian. Namun beberapa minggu atau hanya dalam hitungan hari, kita pasti kembali bersama. Tapi ternyata, tidak bagi seseorang yang tadi malam kita bicarakan. Sedih sebenarnya saat nama kita adalah Tekaje28, namun jumlah anggota grup tidak benar benar 28.

Hai kamu, kita rindu. Kembalilah. Disaat kita berkumpul seperti ini, selain rasa bahagia, ada rasa yang selalu mengiringi kebahagiaan itu. Rasa kehilangan dan kerinduan yang mendalam.

Hai kamu, tak bisakah kita kembali bersama? Kau maafkan kita, lalu kita kembali bersama. Walaupun kita tau mungkin luka yang kita buat terlalu dalam. Terlalu menusuk. Dan terlalu menyakitkan. Tolong, kamu anggap hal itu sebagai emosi anak baru gede yang tak bisa dihindari. Rasa ingin dipahami yang begitu besar tak bisa hilang dengan instan.

Ah kamu, harus berapa kali kita katakan, kita rindu. Kita membicarakan mu sesekali, lalu rasa kehilangan itu muncul.
Kamu, kembalilah.
Dan kita, tetaplah bersama selamanya.

Jika dalam sebuah hubungan hanya ada dua kepala yang mesti saling memahami, maka hubungan kita adalah hubungan yang terumit karena harus memahami 28 kepala dengan isinya masing masing.

Tapi katanya, perbedaan itulah yang menjadikan indah. Menjadikan berwarna. Menjadikan kita betah berlama-lama bersama.

Umbul ponggok masih agak jauh sepertinya, tapi kita sudah di klaten. Obrolan kita tadi malam yang ditemani beberapa cangkir kopi membuat tidurku berkurang, namun aku tetap bahagia.

Tulisanku, sampai disini dulu ya~
Besok, lusa, atau beberapa minggu lagi, akan kutuliskan kisah tentang kita dengan berjuta rasa yang membuncah dihatiku.

Sekarang, aku akan memandangi langit, lalu tertidur. Kalau nanti sampai umbul ponggok, jangan lupa capture moment dan bagikan dengan semua orang. Tunjukan pada dunia dan semesta bahwa kita sedang menjalin kasih yang tidak sederhana namun membahagiakan.

Selamat pagi sahabat.
Jangan lupa bahagia.
Jangan lupa bersyukur.
Jangan lupa tetap bersama.
I have already missed you again :"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar