Minggu, 17 Januari 2016

Aku iri dengan mereka...

Di sepertiga malam terakhir, ada mata yang dengan susah payah menahan kantuk. Mengabaikan panggilan sayang dari kasur yang seolah mengatakan, "mimpimu belum selesai... Kemarilah, lanjutkan kisahmu..."

Ada yang rela menolak ajakan selimut untuk terus berada di bawahnya. Mereka yang dengan susah payah bangun, menuju keran air, berwudhu dan melaksanakan sholat. Mengabaikan segala keduniawian melangkah halus menuju Rabb-nya.

Aku iri dengan mereka.
Yang dengan mudahnya bangun lalu bersujud. Merendahkan diri dihadapan Sang Maha. Menangis, merintih, mengadu. Menceritakan hal hal yang menyakitkan. Memohon pertolongan. Pasrah dengan segala kehendakNya.

Aku iri dengan mereka.
Yang bersujud, bersyukur tak henti. Menyadari nikmat nikmat terkecil, lalu bersyukur lagi. Menangis, memohon ampun karena seringkali lupa bersyukur. Seolah melupakan semua nikmat yang telah diberikan Rabb-nya. Lalu menangis, bersyukur dan memohon agar diberikan hati yang selalu bersyukur, yang selalu dengan mudahnya menemukan hikmah hikmah tersembunyi, lalu bersyukur lagi. Hati yang selalu terpaut akan kecintaan kepada Sang Maha.

Aku iri dengan mereka.
Yang memiliki sejuta keinginan lalu tau kepada Siapa harus meminta. Kemudian mereka bangun di sepertiga malam terakhir, lalu menyampaikan perlahan lahan apa yang dirasa, apa yang diinginkan, menyampaikan setiap inci dari hal hal yang selama ini diinginkan hati dan pikirannya.

Lalu pasrah, berserah dan kemudian mengatakan,

"Ya Allah... Jika pun tak kau izinkan aku memilikinya, maka pautkan hatiku kepada setiap kehendakMu. Izinkan hatiku mencintai yang terbaik untukku menurutMu, bukan menurut ku. Namun Ya Rabb, jika apa yang aku cintai dapat membuatku lebih banyak mengingatMu dan mengagungkanMu, maka izinkan ya Rabb, izinkan aku memilikinya."

Kemudian mereka, dengan "keperluan" masing masing, tenggelam dalam sujud panjang. Keheningan seolah membersamai mereka. Menambah syahdu setiap hembusan nafas. Melenakan dalam doa doa panjang. Lalu tersadarkan ketika adzan shubuh berkumandang. Panggilan sayang dari Sang Maha pun datang. Kemudian mereka kembali tenggelam bersama sujud sujud dalam sholat. Menyatu dengan alam, mengakui kerendahan diri. Lalu lagi lagi meminta, bersyukur, memohon ampun.

Karena hanya kepada Sang Maha lah hati boleh berlabuh.
Hanya kepada Sang Maha lah hati boleh meminta.
Hanya kepada Sang Maha lah segala hal bisa didapatkan.
Maka, dekati Dia, maka Dia akan dekatkanmu kepada yang kau butuhkan, bukan yang kau inginkan.

Semoga Allah izinkan hati kita terpaut selalu bersamaNya, selalu cinta kepadaNya, selalu Dia jadi yang pertama dan utama.

Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar