Kamis, 10 Mei 2018

Betapa anehnya, ketika kamu begitu optimis disatu waktu, kemudian kamu menjadi patah semangat pada detik berikutnya.

Telfon terakhir yang ku terima benar benar membuat semuanya mematahkan, kalau tidak mau dibilang kacau. Sesungguhnya aku kacau, bahkan tidak tau lagi harusnya bagaimana.

Ketika aku benar benar begitu semangat, lalu semuanya berantakan tiba-tiba. Ketika aku bersantai santai ria, kemudian pada akhirnya aku tidak berhenti mengucap kata, "seharusnya..."

Ini benar benar aneh, dan semuanya benae benar menguji kesabaran, kalau tidak mau dibilang menyebalkan.

Aku ingin marah, ingin saja. Marah, kecewa, kemudian pergi meninggalkan. Abaikan segala sesuatu yang seharusnya ku pikirkan. Melupakan yang seharusnya ku ingat.

Sampai waktunya nanti menyembuhkan.

Tapi aku seolah masih ingin berjuang, hanya saja tak lagi sesemangat dulu.

Tidak tidak.

Bebanku tidak yang paling sulit, tentu saja. Kamu juga punya ujiannya sendiri. Kita sama sama diberi ujian sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tidak usah merasa yang paling sulit, atau yang paling menderita. Semuanya sama.

Mungkin memang benar kamu harus menengok ke arah yang lain. Melihat pilihan lain dan memutuskan yang lain.

Kamu hanya perlu berhenti untuk sok tau. Hanya perlu lebih banyak berpasrah dan berkhusnudzon pada yang Mahamenentukan.

Kalau yang ini mampu kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar