Selasa, 01 Mei 2018

Tentang sejarah

Kemarin di Singasari, sambil mengenang kehidupan Ken Arok dan Ken Dedes, saya juga kembali ke sebuah masa yang akhirnya menyadarkan bahwa saya bukan lagi pelajar biasa. Status saya (waktu itu) bukan sekedar siswa, tapi mahasiswa. Hal ini berarti apa yang saya lakukan, perkataan yang saya tuliskan, harus jelas sumbernya, berdasarkan fakta dan bukan asumsi belaka.

Menjadi mahasiswa sejarah di kampus negeri ibu kota bukan termasuk dalam cita-cita saya. Pun juga tak pernah sekalipun saya bayangkan. Semua berlalu begitu saja tapi saya bertekad untuk bertanggung jawab karena telah menerima keputusanNya. Bentuk tanggung jawab saya adalah dengan jadi mahasiswa yang baik dalam perkuliahan, salah satunya.

Ditahun pertama, ketika kebebasan mau belajar atau tidak telah ada di tangan saya, salah satu mata kuliah terbaik membuat saya sadar bahwa saya harus belajar. Mata kuliah tersebut adalah Sejarah Indonesia Masa Klasik. Memang judulnya adalah masa klasik, tapi dipertemuan awal kami membahas tentang bagaimana bumi dan dunia terbentuk, teori apa yang paling kuat, sampai masa masa prasejarah dunia. Mengenali makhluk - makhluk yang mereka katakan sebagai manusia jenis pertama. (padahal sampai saat ini saya tidak mau mengakui bahwa saya adalah versi terusan dari pitecantropus erectus. Kita berbeda tentu saja.)

Sampai akhirnya di pertemuan ke tiga atau ke empat, dosen terbaik pun datang dan benar-benar membawakan masa klasik Indonesia ke kami mahasiswanya. Kami dibawa ke masa kerajaan Kutai sampai Majapahit. Pertemuan pertama langsung dijelaskan tentang bagaimana perkuliahan kita kedepannya : kami membuat kelompok, mempresentasikan satu masalah yang paling menarik dari kerajaan yang kami dapatkan dari hasil kocokan, menyampaikan argumen dan pendapat serta buku sumber yang dijadikan rujukan minimal lima buku. Buku buku tersebut harus lulus sensor dosen tentu saja. Tidak bisa sembarang buku sejarah yang tidak kredibel penulisnya dijadikan rujukan. Dan semuanya disampaikan dalam bentuk power point (saja).

Sederhana memang kelihatannya, tapi bagi saya yang waktu itu baru menjadi mahasiswa tentu saja itu tidak mudah. Entah buku seperti apa yang bisa lulus sensor dosen. Dan rupanya, setelah buku buku tersebut ditemukan, saya yang mendapatkan Kerajaan Melayu, semakin asyik dibawanya.

Satu persatu kata saya baca, berbagai buku saya lahap sampai akhirnya saya berhenti pada satu kesimpulan : setiap kisah kerajaan bergantung pada yang menulis. Interpretasi setiap penulis pada satu fakta yang sama sangat mungkin memiliki perbedaan. Ini sangat menarik karena bagi saya, sejarah klasik Indonesia adalah hal yang sangat sulit untuk dipercayai. Sekalipun semua ahli sejarah mengatakan bahwa sejarah itu berdasarkan fakta.

Satu persatu kerajaan kami bahas, tanya jawab kami lakukan. Ilmu baru lagi, pertanyaan yang diajukan harus memiliki sumber rujukan dan alasan kenapa kamu bisa bertanya seperti itu. Tidak bisa lagi bertanya seenak jidat. Selanjutnya, pertanyaan tidak lagi bisa tentang mana yang benar antara pendapat A atau pendapat B. Ini menarik, karena saya jadi menilai, pada sejarah kebenaran bisa jadi relatif.

Pun juga dengan Ken Arok yang (katanya) kerajaannya terletak ditempat yang saya pijaki waktu itu. Ada tokoh yang mengatakan bahwa Ken Arok adalah anak dewa. Ada yang bilang dia anak manusia. Ada yang bilang dia titisan dari dewa A. Terlalu banyak versi hanya untuk menentukan "Ken Arok anak siapa". Tapi memang itu tugas sejarah, kebenaran yang ada perlu dikritisi. Mana mungkin Ken Arok adalah anak manusia biasa tapi memiliki kemampuan untuk mendirikan kerajaan Singasari. Dia pasti dibantu sesuatu. Tapi apa benar dia anak dewa? Apa hubungannya dengan Poseidon? Ah, mereka beda dunia. Dewa nya tentu tidak sama.

Juga tentang dari sekian banyak wanita, kenapa Ken Dedes yang diperebutkan? Ada banyak versi jawaban dari pertanyaan tersebut.

Menarik bukan?

Bahwa ketidakpastian lah yang akhirnya membuat saya jatuh cinta pada sejarah. Tertarik pada setiap kejadiannya, dan sibuk membuat cerita versi diri saya sendiri tentang sejarah tersebut. Semuanya menyenangkan untuk dipelajari.

Ya kan?

Mau belajar sejarah dengan ku?
Atau
Mau mengukir sejarah dengan ku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar