Senin, 14 Mei 2018

Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya

Mungkin secara khusus, ini adalah buku pertama tentang Bung Hatta yang saya baca. Biasanya sejarah Indonesia selalu mengungkit ungkit bung karno. Hampir jarang membahas bung hatta. Bener sih, karena bung karno itu orang nya amat vokal dan Indonesia seringkali lebih mengenal orang orang yang vokal.

Setelah bung hatta meletakkan jabatannya dari wakil presiden pertama RI, hampir tidak terdengar lagi kiprahnya di dunia politik Indonesia. Namun di buku ini, saya jadi banyak tau tentang bung hatta dan semakin kagum saya jadinya karena kecerdasan dan wibawa yang amat terasa.

Buku ini ditulis oleh ketiga putri bung hatta. Sebagai anak anak dari proklamator Indonesia, banyak hal yang tidak diketahui dituliskan disini. Bahkan sampai kepada kritikan terhadap orang orang yang sering kali mengelu elu kan bung karno sehingga melupakan jasa bung hatta. Bahkan, dalam salah satu obrolan yang dituliskan oleh anak pertama bung hatta disampaikan bahwa nama Soekarno - Hatta adalah nama dari satu orang. Dan Hatta merupakan nama belakang dari Soekarno.

Mungkin kalo saya gak baca buku ini, saya gak akan tau ya kalo ternyata peran bung hatta begitu disingkirkan. Bahkan ketika soeharto naik jadi presiden, isu tentang bung hatta mau menggulingkan soeharto pun sempat center. Hal ini mengakibatkan soeharto memberikan undangan kepada bung hatta. Tapi memang dasarnya bung hatta yang kalem, isu isu seperti itu dapat dihadapi dengan tenang.

Saya senang membaca buku ini, karena rasanya jadi lebih mengenal bung hatta. Terlebih lagi saya mengenal nya sebagai sosok seorang ayah, keren kan?

Dan mungkin saya agak membandingkan dengan bung karno, anak bung hatta terlihat tanpa drama drama politik walaupun sebenarnya mereka suka geregetan dengan Indonesia. Dibandingkan dengan anak bung karno yang banyak terjun ke dunia politik namun sepertinya tidak sesuai dengan tujuan awal. Menjadikan kekuasaan sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan. Eh tapi, bung karno pun diakhir hidupnya mengangkat dirinya jadi presiden seumur hidup kan ya?

Uwes uwes, nanti pusing ngomongin politik hahahha.
Tapi buku ini termasuk ringan kok, saya jadi kaya diceritain langsung dan visa membayangkan sendiri keakraban keluarga bung hatta.

Dari bung hatta saya belajar bahwa tidak harus menjadi yang terlihat di depan untuk bergerak. Dimana pun kamu, apapun posisimu, selalu lakukan yang terbaik untuk Indonesia. Dan sumpah sakti untuk tidak menikah sampai indonesia merdeka itu, ma syaa Allah. Panutan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar