Sabtu, 04 April 2020

Ada yang bahasanya halus, beirama merdu, selalu terlihat baik, padahal diam diam dia melakukan yang sebaliknya.

Ada yang tulisannya bermakna, kalimatnya indah dirasa, satu satu menyentuh hati sampai berbunga bunga. Tapi dalam hening dia berbuat sebaliknya. 

Ada yang bicaranya lantang, seolah semangatnya tak pernah hilang, keinginannya untuk membuat muslim menjadi sebaik baik umat semakin terang. Tapi dalam kesendirian dia berbuat sebaliknya. 

Itu aku. 
Itu pasti aku. 
Itu jelas aku. 

Begitu memang, bagiku dipandang manusia memang indah. Dirasakan kebermanfaatannya oleh manusia lain memang membuatku berbunga bunga. Sedang diriku tak pernah sadar bahwa aku pelan pelan berjalan menuju neraka. 

Begitu memang, bagiku amalan ku sudah cukup banyak. Ibadah tak juga perlu ditambah tambah, hafalan apalagi, sulit. Tapi Allah Maha Maklum, Allah pasti memamklumi. Sedang diriku tak pernah sadar bahwa surga berada diarah sebaliknya langkah kakiku.

Begitu memang, terlihat sholehah sudah cukup. Posting yang baik baik pun membantu. Tak pasang foto diri sendiri, cukup nasihat nasihat islami. Ah, aku semakin merasa baik. Sedang diriku tak sadar seluruh pahala amal kebaikan sudah hilang entah kemana.

Begitu memang. 
Aku.

Tak usahlah menjadi yang terbaik, berada di dekat orang baik pun cukup membuat ku terlihat baik. Ah, mudah sekali pencitraan ini. Dan aku semakin jauh dari bertemu denganNya. 

Begitu kira kira, 
Hidupku di tengah isolasi diri. 

Ku pikir aku yang tak punya waktu, 
Rupanya itu aku yang tak mau. 
Atau, 
Yang Maha Kuasa tak suka lihat ibadahku?
Ibadah yang modus, yang sekedar ingin mendapatkan dunia.

Ah, itu pasti aku, itu pasti aku, sudah jelas itu aku. Di dunia ini mana ada orang lain yang bisa menjadi semunafik itu, kecuali diriku? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar