sometimes, you just need to share, and sometimes you need to keep it in your memory
Minggu, 19 Desember 2021
Minggu, 12 Desember 2021
Minggu, 05 Desember 2021
Sekali lagi,
Bagian terbaik yang bisa Allah berikan adalah berjuang. Untuk apapun, untuk segala hal yang telah Allah berikan kesempatannya.
Memang tapi tak berarti akhirnya berjuang adalah satu satunya karunia yang Allah beri dalam kehidupan. Karena ikhtiar seringkali disalahgunakan. Ia bisa menjadi tolak ukur keberhasilan yang akhirnya berujung kesedihan.
Menyedihkan bila ikhtiar terbaik dilakukan, namun akhirnya justru tak dapat didapatkan. Lalu dalam diri berkata, Allah tidak sayang kepada ku.
Lalu, sangat rugi seseorang yang berhasil, kemudian ia berkata, Allah sedang sayang pada ku. Atau yang lain lagi berkata, ini karena usaha usahaku belajar keras.
Bukankah segala sesuatunya berasal dari Allah?
Bukankan segala rahasia, yang Allah nyatakan atau sembunyikan, yang ia tampak jelas maupun tidak, semuanya benar-benar hanya dari Allah?
Bukankah keberhasilan akan menjadi sebuah kegagalan tanpa kesehatan? Lalu ditengah keberhasilan yang terpampang jelas, kemudian muncul rasa sombong dan tinggi hati, akhirnya Allah berikan sakit yang besar sehingga ia tidak mampu melanjutkan perjuangan lagi.
Semuanya mungkin, kan?
Khawatir sekali, takut sekali, bahkan hina sekali, apabila telah diberikan kesempatan lalu bersombong diri bahwa segalanya datang dari dirinya karena ikhtiar terbesar, ibadah terbanyak ataupun karena Allah sedang sayang.
Allah tetapkan segala sesuatu, karena itu baik untuk kita. Dan itu cukup. Karena Allah lebih tau. Kalaupun akhirnya takdirnya bergeser dari tidak menjadi ya, maka itu pula adalah kehendak Allah. Sesempurna dan seterbaik skenario Allah tanpa perlu kita minta.
Bahwa Allah tau, sedang kita tidak.
Maka lanjutkan berjuang, dengan hanya mengharap ridho Allah. Dengan hanya berdoa agar Allah hanya berikan yang terbaik. Dengan hanya berdoa agar apapun kehendakNya, semoga Allah ridho kepada kita dan kita pun ridho kepada Allah.
In syaa Allah...
Sabtu, 04 Desember 2021
Kalo dipikir pikir,
Hidup itu selalu penuh dengan ujian.
Ujian tulis, ujian lisan, biasanya si itu. Dan gak jarang, setiap ujian itu akan mengantarkan pada bentuk kehidupan yang bisa jadi 100% berubah. Atau bahkan mengantarkan pada lokasi tempat kita berkontribusi sampai nanti Allah bilang cukup.
Saya percaya si bahwa Allah selalu akan mengantarkan pada kebaikan. Memberikan yang baik bahkan yang lebih baik lagi. Memang kitanya aja yang banyak mau. Ini itu pengen. Udah dapet yang dipengen, eh ada lagi yang dipengen. Atau udah dapet yang dipengen, eh abis itu ngeluh sama tempatnya wkwk.
Namanya juga manusia, Allah maklum, in syaa Allah.
Atau, kalo udah usaha, ini itu ikhtiar, eh ternyata gak didapet tu apa yang diinginkan, abis itu rasanya kaya dunia mau berakhir. Padahal sebenernya mah engga.
Gitu kan ya.
Kalo lagi waras, sebenernya bisa aja mikir begini. Kalo lagi waras, kalo lagi sadar kita ini cuma hamba. Kalo lagi menyadari gak bisa mengubah takdir selain dengan cara merayu Allah.
Ya kan.
Kalo muncul error nya,
Bye deh.
Bubar.
Sedih, patah hati, dll.
Sesedih itu.
Tapi Allah maklum, Allah sendiri kok yang bilang kalo manusia tempatnya berkeluh kesah.
Semaklum-maklumnya Allah, jangan sampe kita jadi keliatan kaya gak punya Tuhan. Coba deh, betapa jahatnya kita kalo merasa Allah baik jika hanya kita diberikan yang kita mau aja oleh Allah. Kalo Allah berikan sesuatu yang lain, yang lebih luar biasa diluar keinginan kita, kita merasa bahwa Allah gak sayang sama kita.
Padahal tadi, Allah selalu berikan yang terbaik.
Jadi, mari tetep berusaha, mari tetep berdoa, mari tetep berikhtiar, agar apapun yang Allah berikan, maka itu yang terbaik. Dan agar Allah ridho terhadap kita, Kita pun ridho terhadap Allah.
In syaa Allah, itu aja yang kita butuhkan di dunia ini. Hanya Allah, yang lainnya itu hanya fasilitas menuju Allah. Jadi, Allah hanya akan mendekatkan pada sesuatu yang mendekatkan kita pada Allah.
In syaa Allah
Kamis, 02 Desember 2021
Yang selalu saya simpan dalam hati dan hanya diketahui oleh orang orang yang Allah antarkan kepada blog ini, bahwa hari ini, akhirnya, setelah sekian lama menolak, mengusahakan, juga dikuatkan, didoakan, dan lain sebagainya.
Selasa, 30 November 2021
Kadang, setelah dipikir pikir, Allah memberikan yang terbaik bahkan dari cara Allah mengambil ayah kembali.
Ada, tidak sedikit orang yang kehilangan keluarga atau orang penting lainnya dengan cara yang tiba-tiba. Tapi Allah tau, bahwa ada pula, yang tidak sanggup melaluinya. Maka ujiannya adalah persiapan menuju kesana.
Tidak mudah memang, mendampingi yang sedang sakit. Tapi selama prosesnya, ada hati yang pelan pelan Allah kuatkan. Allah persiapkan agar nanti, ketika kehilangan salah satu ciptaanNya, tetap dapat bergantung sepenuhnya hanya kepadaNya.
Agar tetap, dalam hati, bahwa apapun keputusanNya, pasti baik. Agar segala bentuk kesedihan, mampu dikalahkan dengan segala bentuk ketaqwaan dan kekuatan. Karena Allah.
Bahwa kehilangan secara tiba-tiba, pasti sulit. Berat. Dan tidak menutup kemungkinan akhirnya hilang arah.
Satu lagi, akhirnya,.
Entah apakah salah bersyukur karena Allah berikan "yang termudah" agar saya mampu melaluinya.
Bukankah Allah Maha Baik?
Bahkan, dipikir pikir, selalu.
Ketika kaki gemetar membuka pintu ruang ICU, Allah berikan pertanda naik turunnya perut ayah. Allah tunjukan, bahwa ayah "masih ada" walaupun tak lagi "ada."
Lalu, hanya selang beberapa jam, setelah semuanya selesai, hadir, Allah panggil diwaktu terbaik.
Bukankah Allah Maha Baik?
Allah tidak ambil ayah ketika anaknya ini sendirian di rumah sakit. Tapi Allah ambil ayah, tepat ketika anak anak, istri, kakak dan keponakan ayah sudah ada di rumah sakit.
Juga, Allah Maha Baik.
Betapa banyak hal yang perlu diurus bahkan di rumah sakit saja, tapi Allah hadirkan sepupu dan sodara sodara lainnya yang juga siap membantu mengurus kepulangan ayah ke rumah, juga ke tempat ayah terakhir.
Kalau dipikir pikir, banyak sekali kemudahan bersamanya.
Yah, gimana kondisinya?
Yah, doain ya,
Yah, aku mau ujian.
Yah, aku mau berangkat, anterin dong.
Yah, anterin aku ke tol dong.
Yah, udah makan?
Ayah ngapain si.
Ayah lagi ngapain?
Ih ayah bawa apaaaa.
Yah, kupasin buah dong.
Yah, aku belom makan.
Yah, martabak enak kali ya.
Yah cobain masakan aku 😂
Gausah yah, aku sendiri aja.
Yah, aku gabisaaa, bikinin ini yaah
Ih ayah ih
Lah ayah 😂
Yaampun ayaaaah
I miss you a lot.
Semoga kita bisa ketemu di surga Allah nanti ya Yah, 💕
Senin, 15 November 2021
Kamis, 04 November 2021
Ternyata gue yang terakhir kali ketemu ayah ketika ayah menuju gak ada.
Gak kepikiran apapun si selain bilang terimakasih dan ayah bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang dan mudah, jangan merasa kesulitan, kita semua akan nungguin ayah.
Kok bisa ya saat itu tidak menangis sama sekali sedangkan sekarang ketika mengingat kembali justru airmata gabisa berenti 😂
Kalo lagi keingetan, bahkan tilawah pun gak sanggup bersuara
Nyari sesuatu yang bisa dishare biar tenang,
Abis doain justru malah makin merasa kehilangan
Bahkan sampe sekarang, kehilangan ayah gak pernah jadi sesuatu hal yang pernah dibayangkan.
What if...
Senin, 25 Oktober 2021
Jumat, 15 Oktober 2021
Allah itu, gak selalu kita mengerti dan pahami makna bahasa cintaNya. Karena manusia seringkali hanya hidup untuk masa sekarang. Sedangkan Allah berbahasa untuk setiap zona waktu yang ada.
Sekarang, kita bisa lihat bahwa ada hal hal yang menyakitkan, tapi besok lusa ternyata membawa berkah. Atau kemarin kita bahagia karena satu hal, tapi besok justru menyedihkan. Ini, bisa jadi, karena pengetahuan manusia terbatas. Dan perasaan tidak ada yang abadi, sedangkan Allah maha mengetahui.
Tidak mudah memang, mengakui bahwa Allah yang maha mengatur segalanya, lebih tau tentang diri kita. Terlebih karena apa yang membuat kita bahagia sekarang seringkali dipandang sebagai sesuatu yang membahagiakan selamanya. Padahal, besok besok tidak.
Lucu kan?
Penguasaan zona waktu sekarang manusia inilah yang seringkali membuat bahasa takdir Allah sulit terbaca. Jadi, seringkali perlu refleksi mendalam terhadap kejadian yang satu dengan kejadian yang lainnya. Melihat pola, sebab akibat, kekurangan dan kelebihan serta hal hal yang tidak terbaca lainnya diwaktu sekarang saat kejadian tersebut terjadi.
Jika berhasil, maka bahasa cinta Allah akan lebih mudah sedikit sedikit dipahami. Bisa saja dengan cara yang luar biasa seperti tiba-tiba terilhami atau bahkan dengan renungan panjang panjang sampai pada tahapan, apa ya makna bahasa takdir Allah yang ini?
Kalau masih sulit, tidak apa-apa. Ternyata dalam Al Quran sudah secara jelas ditukis, bisa jadi kita menyukai sesuatu padahal itu tidak baik untuk kita dan bisa jadi kita tidak menyukai sesuatu padahal itu baik untuk kita.
Tau darimana kita bahwa itu baik atau tidak untuk kita tanpa kita merasakan secara langsung? Bukankah harus didapatkan dulu atau ditolak dulu?
Nah itu, bahasa cinta dan juga bahasa takdir Allah.
Bukan untuk dibaca dan dipahami oleh mereka yang mengaku beriman tapi tidak mau diuji. Bukan untuk mereka yang mengaku hambaNya tapi mengabaikan kewajiban padaNya.
Lantas, sudah seberapa banyak kita coba memahami bahasa bahasa cintaNya?
Atau, gini deh, sebelum jauh jauh memahami bahasa cintaNya.
Sudah sejauh apa berkomunikasi denganNya? Seberapa sering?
Kamis, 07 Oktober 2021
Kembali Memulai, dengan ikhlas.
Perjuangan itu bisa dimulai dari mengikhlaskan, dengan sadar. Bahwa tak selamanya ikhtiar yang membawa angan tercapai, namun doa doa. Bukan juga doa-doa yang kita lantunkan, bahkan disepertiga malam terakhir penuh dengan air mata.
Bisa jadi, apa yang diperjuangkan kemudian berhasil didapatkan justru karena keikhlasan. Ikhlas membantu tanpa ada harap kebaikan berbalik. Ikhlas menerima hal yang kenyataannya berat namun karena kesabaran justru Allah balas berlipat. Ikhlas, yang tanpa sadar karena sudah dilakukan berulang, akhirnya hanya terjadi saja.
Hanya ikhlas, tanpa mengusahakan ikhlas.
Ikhlas yang terbiasa, yang akhirnya tidak sadar bahwa kita sedang mengikhlaskan sesuatu.
Dan kembali, perjuangan yang dimulai dengan keikhlasan, maka ridho dan cita hanya akan mengarah kepada Sang Maha.
Apapun, katanya, apabila itu baik bagi agamanya, bagi kehidupannya, bagi Tuhannya, dan bahkan bisa membuat dia lebih dekat dengan Tuhannya, maka ia akan memperjuangkan dengan ikhlas.
Namun apabila sebaliknya, bahkan ia akan tetap berjuang dengan ikhlas. Karena ia tau, hasil akhir adalah tugas Tuhannya. Baginya, baik atau tidak, hanya Tuhannya yang tau. Dan dia hanya berusaha dengan ikhlas.
Maka, kali ini mari kita berjuang kembali, dengan ikhlas. Tanpa khawatir hasil akhir, karena itu bukan urusan kita. Mari lakukan yang terbaik walaupun insecurity itu hadir, walaupun overthinking itu menyapa, walaupun airmata mengalir.
Tak apa, kita lanjutkan saja perjuangan, sampai selesai, sampai nanti Tuhan yang putuskan. Apakah itu untukmu atau untuknya.
Sabtu, 21 Agustus 2021
Sabtu, 07 Agustus 2021
Apa Nanti Masih tetep bisa bilang Alhamdulillah?
Saat ayah masuk rumah sakit, langsung keinget temen yang lebih dulu ditinggal orangtuanya. Ayah sakitnya cukup parah, jadi pikiran negatif selalu datang. Bahkan baru dihari kedua. Saat itu langsung keinget banget betapa pernah ngingetin temen untuk kuat, sabar dan banyak-banyak doain orangtuanya.
Sabtu, 26 Juni 2021
Rabu, 23 Juni 2021
Rabu, 14 April 2021
Selasa, 13 April 2021
Hari Pertama, tahun kedua.
Day #1 Ramadhan
Ini hari pertama, ramadhan kedua, di tengah tahun kedua pandemi.
Banyak sekali yang terjadi, seperti era new normal yang semakin akrab, berkumpul tidak lagi takut takut, tempat wisata, jalan jalan, mall mall, sudah dibuka dengan harapan ekonomi kembali membaik dan kita bisa hidup berdampingan bersama corona.
Tujuannya seperti itu.
Vaksin sedang digalakan, orang yang bepergian jauh wajib tes lebih dulu. Segala ikhtiar dilakukan sebagai usaha pencegahan menyebarluasnya virus ini.
Sudah memasuki tahun kedua kita lebih banyak di rumah. Bagi yang pekerjaannya memungkinkan untuk bekerja dari rumah.
Sudah memasuki tahun kedua juga, orang orang struggle dengan pekerjaannya.
Sudah memasuki tahun kedua, para tenaga kesehatan lebih lama di rumah sakit daripada di rumah.
Sudah memasuki tahun kedua dan kita masih hidup sampai saat ini, setidaknya ketika saya menulis ini dan ketika kalian membacanya.
Mari berefleksi, apakah kesempatan yang Allah berikan telah kita manfaatkan dengan baik?
Apakah kemudian kita lebih banyak mengembangkan diri daripada menjadikannya sebagai kesempatan untuk beristirahat panjang tanpa akhir?
Maka benarlah, setiap kalimat pembuka para mc/moderator / pembawa acara. Bahwa nikmat sehat adalah nikmat yang mahal. Yang selalu perlu disyukuri terus menerus.
Begitu kira kira.
Dihari pertama ramadhan ini,
Mari kita berniat agar kita mendapatkan ampunan yang banyak dari Allah.
Agar kita menjadi hambaNya yang menang, yang mendapatkan ridho berbonus surgaNya.
Aamiin aamiin, in syaa Allah.
Selasa, 06 April 2021
Handle with Care - Jodi Picoult
Rabu, 17 Maret 2021
Agar Bidadari Cemburu Padamu - Salim A Fillah
Buku ini bekas, dibeli tahun 2019 waktu ada senior di sejarah UI jual jualin bukunya. Katanya, daripada dipendem di lemari mending dijualin dan hasil jualannya akan disumbangkan kemana ya...lupa.
Pas banget, pengen baca buku ini, tapi belum ada yang minjemin. Akhirnya kebelilah beberapa buku dengan harga yang sangat minimal, lupa berapa.
Buku ini terbit lama, kayanya pas masih SD. Tapi baru dibaca beberapa minggu lalu. Karena baru meluangkan waktu aja buat ngebacanya.
Ustadz Salim, selalu gitu ya, tulisannya. Penuh hikmah dari shiroh. Bahasanya sastra, untaian katanya tidak terduga, pengibaratannya luar biasa tak pernah disangka. Indah.
Buku ini, layak, sangat layak, dibaca oleh setiap perempuan. Siswi, mahasiswi, istri, mami mami atau yang masih sendiri.
Banyak sekali, pengingat, bahwa Islam datang dengan syariat yang memuliakan perempuan. Sayang, hari ini banyak sekali yang justru memandang Islam mengecilkan peran perempuan.
Padahal, ada sangat banyak sekali hal hal yang pada masa romawi, Yunani, arab jahiliyah, mesir kuno, bahkan sampai masa dark ages juga renaissance Eropa, mereka sangat tidak memuliakan perempuan.
Lalu Rasulullah hadir dengan Al Quran dan pemuliaannya pada perempuan. Pembatasan poligami hanya 4, sebelumnya tidak diatur. Hukum waris yang sepersekian, sebelumnya perempuan malah tidak dapat warisan.
Bukan bukan, kita perlu memahami sesuai konteks zamannya. Dan sampai hari ini Islam masih relevan. Bahkan sampai kiamat. Akan selalu ada hikmah dibalik alasan persaksian perempuan harus dua orang untuk menggantikan satu orang laki-laki. Ada hikmahnya pasti kenapa Allah mengizinkan memiliki istri empat walaupun pasti berat bagi setiap hati.
Kita hanya perlu banyak banyak belajar untuk memahami jika belum mampu taat seperti para sahabat. Orang orang yang ketika datang syariat langsung mengerjakan tanpa bertanya kenapa 😊
Ah ya,
Perempuan sholihah, tentu jauh lebih menarik - di surga - dibandingkan bidadari yang banyak itu. Jadi, jangan khawatir kalo nanti laki-laki dapat banyak bidadari. Kita, in syaa Allah, akan selalu lebih indah.
Ya belom tau juga si, tapi nanti di surga kita cerita cerita ya 🤭
Semoga,
Kita semua jadi orang orang yang dirindukan surga dan membuat bidadari cemburu 😊
Sabtu, 13 Maret 2021
Nafsu
Selasa, 09 Maret 2021
Taman Kehidupan - Amar Ar Risalah
Saat berkunjung ke rumah salah satu senior, saya melihat buku ini, yang ramai di story wa dan instagram. Akhirnya saya baca beberapa paragraf random. Sepulang dari rumah kakak tingkat saya itu, saya putuskan membeli buku ini.
Saya hubungi penulisnya, alhamdulillah, fast respon. Saya diberikan kontak yang mengurus pengiriman. Tertulis bahwa bukunya PO 14 hari. Yasudah. Saya pernah menunggu yang lebih lama dari ini. Eh.
Ternyata, hanya beberapa hari ini, CP mengirimkan resi. Dua hari kemudian sampailah buku ini di rumah. Cepat, tepat dan sangat dimudahkan.
Buku ini langsung memotong jalur antri buku yang mau dibaca. Selesai satu buku yang sedang dibaca, saya menyegerakan baca buku ini.
Deg. Selalu begitu, kalau baca kisah kisah Rasulullah. Gambaran nyata dari kisah yang tertulis seolah terpampang jelas dihadapan. Sampai lupa bahwa saya sedang membaca, bukan menonton.
Tidak kurang, sahabat, begitu gaya penulis menyapa pembacanya, kita sama sama diajak berefleksi bersama. Memetik segala hikmah dari shiroh yang mungkin lupa kita kaitkan dalam kehidupan hari ini. Agar kisah-kisah panjang Rasulullah tidak hanya sekedar kisah pengantar tidur atau sekurang kurangnya sebagai romantisme masa lalu.
Namun, kisah Rasulullah harus banyak banyak kita ambil hikmah dan kita jadikan cermin besar untuk refleksi diri sebelum mengoreksi orang lain. Agar, pada kisah Rasulullah dan sahabat-sahabatnya tentu saja, kita dapat menjadi pejuang pejuang Islam, yang mungkin hari ini bukan pejuang yang mengangkat senjata, namun pejuang yang terus mengajak kebaikan agar beribadah kepada Allah terasa nikmat dan menggiurkan.
Bukankah Allah menciptakan manusia dan jin hanya untuk beribadah kepada Allah?
Kamis, 04 Maret 2021
Sang Pangeran dan Janissary Terakhir
Sebuah review.
Senin, 01 Maret 2021
28 Februari 2021
Kamis, 25 Februari 2021
Alhamdulillah, another step...
Selasa, 23 Februari 2021
Memetik Hikmah Part Sekian......
Kamis, 18 Februari 2021
,Recall Memories,
Seperti baru kemarin semangat itu ada, menggebu-gebu. Tersenyum senang duduk manis diantara orang orang baru. Dalam hati tekad kuat untuk segera mengakhiri apa yang telah dimulai terus meningkat.
Tersenyum senang, sekalipun tak pernah merasa kesulitan. Masalah justru ada menjadi hiburan. Tugas yang menumpuk jadi tantangan. Kegiatan lain yang menambah sibuk dianggap sebagai sampingan.
Seperti baru kemarin dan hari ini semangat itu terus ada. Bedanya, langkahnya sudah jauh, pertemuannya bukan dengan orang yang itu itu lagi. Tapi semangatnya masih sama.
Kesini-sini, menuju detik detik terakhir, akhirnya airmata malah makin banyak. Doa doa yang dilangitkan justru makin detail. Harapan dan kenyataan berbanding terbalik namun manusia tak mampu merubah takdir. Akhirnya menangis lagi.
Keringat dan airmata.
Bahkan dibilang berdarah-darah pun tak berlebihan. Sesulit itu memang.
Kali ini, ketika ujungnya hampir terlihat, melihat ke belakang justru jadi menyenangkan. Ingin sekali ku sampaikan pada diriku dua tahun lalu bahwa semua akan berakhir baik pada waktunya.
Ingin sekali aku menemui diriku yang sedang menangis berbulan bulan lalu karena ikhtiar ternyata tak berujung harapan yang menjadi nyata. Ingin sekali ku ceritakan bahwa usahanya tak akan pernah sia sia. Diriku saat itu hanya sedang ketakutan dengan masa depan. Padahal apa yang ku rasakan sekarang adalah buah dari usaha usaha ku dulu.
Hai, husna beberapa bulan yang lalu.
Kamu tentu tidak akan pernah membaca ini.
Tapi hari ini aku tulis ketika usahamu hampir bertemu ujungnya.
Telah sampai titik ini, kamu hebat Na.
Terimakasih sudah berjuang.
Terimakasih untuk selalu percaya dan melakukan yang terbaik.
Terimakasih sudah lelah namun terus berjuang.
Terimakasih untuk selalu menjadi diri sendiri.
Terimakasih telah mampu beraktivitas yang banyak dan telah sampai ke titik ini.
Terimakasih semua yang sudah mendengarkan keluh kesah, menemani saat airmata mengalir, mendukung saat lemah, menguatkan saat hampir runtuh.
Rasanya haru,
Seperti baru kemarin namun ternyata sudah terlalu lama semuanya berlalu. Dan sesuatu yang baru lagi sudah menanti.
Menyenangkan sekali perasaan ini.
Lega namun rindu.
Masih ingin merasakan namun ingin segera lepas.
Tak ingin berpisah namun tak mau mengulang kembali.
:)
Senin, 15 Februari 2021
Menjadi Hamba Allah itu, indah...
Pada suatu hadits, Rasulullah menyampaikan tentang indahnya menjadi muslim. Ketika diberikan ujian dia bersabar, ketika diberikan kelapangan ia bersyukur.
Bukankah segala-galanya benar benar hanya tentang Allah?
Rabu, 10 Februari 2021
Aku merasakannya lagi.
Ternyata hanya butuh kesan untuk membuat dia ada lagi.
Kali ini doaku, jika memang harus lagi aku terjebak emosi, maka biar ini jadi yang terakhir.
Ini hebat, karena aku merasakannya lagi......
Selasa, 19 Januari 2021
We have our own steps, sampai di titik ini pun, mari bersyukur.
Senin, 18 Januari 2021
3 Tahun Lalu
Ah waktu,
Kamu kadang cepet, kadang juga lambat.
Kamu selalu ada, tapi sering juga dilupakan gitu aja.
Padahal kamu berharga. Sampai tak ternilai.
Tiga tahun lalu kita bener bener ada dimoment yang sama. Mau ujian. Bedanya, waktu itu skripsi dikerjakan dalam jangka waktu 6 bulanan. Sekarang udah mau setahun, enam bulan gak disentuh, akan sangat wajar kalo banyak lupa.
Waktu itu tiga tahun lalu,
Ada banyak pertanyaan muncul di kepala. Iya, biasanya orang deg degan pas mau ujian, gue malah bingung abis ini ngapain. Sekarang, setelah semuanya berlalu, setelah waktu leway gitu aja tanpa terasa, kembali dititik yang sama. Namun jelas dengan perasaan yang beda.
Banyak hal yang berubah, gak sedikit yang juga tetap di tempatnya. Tapi malem ini beda, bukan lagi tentang setelah ini apa.
Pertanyaan yang justru muncul, kenapa sesantai ini (karena ini bukan sinonim dari tenang). Ah rupanya ada yang datang tiba tiba menghancurkan perasaan tenang atau santai ini.
Btw, terimakasih untuk teman teman strategis yang sudah menemani saya ngomongin Indonesia lagi. Boleh lah kita balik ke pertanyaan setelah ini akan melakukan apa.
Mohon doanya.
Mudah mudahan Allah berikan yang terbaik.
Rabu, 13 Januari 2021
Udah Gatau Mau Ngapain Lagi:(
There are moments in our life that we end up saying, "udah gatau mau ngapain lagi."
Sama, gue juga. Sering malah. Kadang abis ngajar, kadang pas lagi ngobrol, pas curhat atau juga dicurhatin. Endingnya langsung, "udah gatau mau ngapain lagi."
Kalimat itu biasanya keluar pas kita emang udah di ujung banget. Segala macem ikhtiar udah dilakukan, tips dari tokoh a b c d udah semua dipraktekin tapi gak juga nemu jalan keluar.
Ah gue pernah banget ada dititik itu. Belom lama, masih anget. Baru beberapa hari lalu. Itu rasanya ya kaya....
Ya Allah apalagi ini 😭😭😭
Dan bener, maksudnya kita udah melakukan segala. Hal yang kita bisa. Kita sudah ikhtiar semampu kita. Bahkan segala yang terbaik sudah juga diberikan. Tapi masih gak bisa juga itu tercapai.
Keluarlah kalimat "udah gatau mau ngapain lagi."
Sayangnya, gak semua orang sadar apa yang harus dilakukan setelah udah gatau mau ngapain lagi ini. Sama, gue juga. Kaya segala macem ilmu ilang aja gitu.
Nah, akhirnya gegara mau curhat sama orangtua juga malu, mau nangis depan ibu juga takutnya bikin sedih, akhirnya gue nelfon kakak gue, terus curhat dan nangis. Tapi abis itu mereka bisa apa? Ya gak bisa ngapa ngapain juga 😂😂😂
Cuma emang si setelah curhat rada lega, barangkali ketika udah sampai pada titik udah gatau mau ngapain lagi ini, curhat bisa jadi salah satu solusi menenangkan pikiran.
Akhirnya, pas juga itu maghrib, terus gue sholat, doa dan tilawah. Itu semua dilakukan sambil nangisin hal yang udah gatau mesti diapain lagi itu. Dan, entah ilham darimana, akhirnya gue sampai pada titik lanjutannya.
Kalo udah gatau mau ngapain lagi, berarti memang ikhtiar kita barangkali sudah sampai ujung. Sudah mendekati mastatho'tum, semampu kita. Ya emang mau ngapain pun juga udah gak bisa, orang udah mentok. Terus? Ya balik ke Allah.
Gue membayangkan menyerahkan ke Allah segalanya aja kaya orang malu gitu. Takut ngerepotin. Ngerti gak si? Seringnya kita terlalu pede sama diri sendiri sampe lupa bahwa Allah yang menentukan segalanya.
Kita kira, ikhtiar kita nih udah cukup. Padahal yang membuat kita berhasil itu ya Allah aja. Gue saat itu, mau menyerahkan ke Allah sambil berair mata dan bilang, "ya Allah, hambaMu udah ikhtiar nih. Minta tolong selesaikan dengan caraMu ya Allah."
Itu minta ke Allah nya kaya ada batu besar di pundak yang udah kita ikhtiarkan sampe ke puncak, terus tiba-tiba puncaknya ilang, dan nyerahin batunya ke Allah. "ya Allah ini udah mau sampe puncak tapi puncaknya ilang. Tolong ya Allah sampaikan batu ini ke puncak."
Dan saat melepaskan batu itu, kita gak langsung akhirnya rebahan. Tapi kita tau bahwa Allah juga mau liat hambaNya ikhtiar dan berdoa terus. Mulailah amalan amalan modus yang kita juga gaenak banget sebenernya ke Allah. Jadi kaya ada maunya sendiri ke Allah.
Nitipin batu biar Allah yang sampaikan ke puncak terus kita sambil nungguin Allah meletakkan batu ke puncak, kita nanem pohon. Niatnya biar Allah letakkan batu ke puncak aja. Kita gak ada niatan buat reboisasi, penghijauan atau apapun. Cuma biar Allah letakkan batu ke puncak aja.
Duh, itu rasanya gaenak banget. Gak tulus. Modus. Tapi emang Allah sukanya yang begitu tau. HambaNya saling menolong sesama.
Dan bener kan.
Udah gatau mau ngapain lagi ini akan selesai kalo diserahkan ke Allah. Cuma emang kita suka pede banget aja, percaya kalo bisa sendiri. Eh ujungnya barudeh panik. Nangis nangis.
Sekarang paham, entar lagi paling diulang lagi nih sampe dapet pelajaran lagi. Kebiasaan emang.
Dear me,
Jangan gitu ya, menyerahkan ke Allah itu harus dari awal. Ikhtiar itu harus, tapi yang membuat kita berhasil itu Allah. Yang membuat kita tidak mendapatkan yang kita inginkan itu Allah. Karena Allah tau yang terbaik buat kita. Lakukan yang kamu suka, cintai, ikhtiarkan segalanya. Tapi ikhlaskan ke Allah hasilnya. Jika itu baik, maka akan datang kepadamu dengan caraNya. Kalo bukan dan tidak baik, peecayalah bahwa Allah maha kuasa. Mengatur dunia dan seisinya.
Minggu, 10 Januari 2021
Berserah Diri
Dulu, sewaktu awal awal ikut kegiatan kampus yang akhirnya ngebikin gue keluar rumah jauh gak sama keluarga, gue banyak merenung.
Gue gak pernah ngekos, selalu sama orangtua, jalannya juga kalo yang jauh jauh selalu sama orangtua. Tapi sejak ngampus, jakarta bogor keretaan udah kaya makanan sebulan bulan. Keluar kota agenda tertentu juga kaya agenda tahunan yang hampir selalu ada.
Dan disetiap perjalanan, gue belajar banyak. Terutama tentang berserah. Ternyata, setelah gue baca, safar atau perjalanan jauh, sejatinya adalah ujian dari Allah. Makanya kita gak boleh minta oleh oleh sama yang lagi safar karena kita sendiri gak akan tau kondisi kita kaya gimana. Perjalanan itu ujian.
Pikiran gue kalo lagi gak diajak ngobrol orang gak dikenal itu kemana mana. Macem refleksi abis abisan. Bahkan diawal awal sampe negatif thinking, seandainya a maka a, seandainya b maka b dst. Makanya gue gak bisa jauh dari hp kalo lagi dalam perjalanan, gue selalu berharap gak ada kabar. No news is a good news.
Gue juga baca, orang yang sedang dalam perjalanan kata Allah doanya dikabulkan. Jadi, gue banyak banyak doa setiap dalam perjalanan. Minta segala hal yang barangkali udah dikabulkan cuma gue lupa hehe.
Gue gak kepikiran tu kenapa pas lagi safar Allah mengabulkan doa doa hambaNya. Di perjalanan kesekian gue menemukan jawabannya.
Oiya, pasrah.
Karena sejak keluar dari rumah, melangkahkan kaki ke kendaraan berikutnya, hati langsung berserah. Pasrah pada setiap ketetapan Allah. Bahkan sampe ke doa doa keluar rumah, gue coba renungi.
Ah iya, keluar rumah sejatinya sedang berusaha menerapkan pasrah bahwa setiap kehendak tidak selalu berjalan mulus. Ada keinginan orang lain yang juga hendak dicapai dan barangkali berlawanan dengan keinginan kita hingga akhirnya menjadi perjalanan atau kegiatan diluar rumah tidak mudah.
Maka dari itu, penting untuk selalu berdoa agar mampu berpasrah dan berdoa setiap keluar rumah. Dilanjutkan dengan kebersyukuran setiap sampe rumah. Minimal setelah parkir motor atau sampe depan rumah, langsung mengucapkan hamdalah.
Alhamdulillah sampai rumah.
Terlebih lagi perjalanan pesawat. Walaupun sudah lebih dari sekali, naik pesawat selalu menakutkan walaupun gak sampai bikin ketakutan. Tingkat kepasrahan naik pesawat selali lebih tinggi. Berada dekat dengan langit mengantarkan pada kepasrahan yang berlipat ganda.
Bumi yang rasanya jauh, padahal jadi tempat berpijak sehari hari. Diberi kesempatan untuk melihat bumi dari atas guna bersadar diri bahwa tidak akan menjadi besar sesuatu yang keberadaannya hanya setitik.
Namun, uniknya, dalam setiap perjalanan keluar dari rumah, selain berharap keselamatan dan keberkahan, terselip pula harapan jika memang sudah tiba waktunya, maka doanya adalah mendapatkan pahala syahid. Harapannya adalah husnul khotimah.
Unik memang, berharap selamat namun juga berharap diberikan syahid.
Dan, semoga, niat selalu terjaga dan hati selalu berpasrah hingga akhirnya kita bisa mengalami surganya ❤️
Kamis, 07 Januari 2021
... Modus...
Modus.
Akhirnya, kesini sini, doa amal ibadah semakin memiliki modusnya sendiri. Abis sholat, doa yang banyak kebanyakan buat keuntungan dunia. Beramal sesuatu biar Allah kasih balasan yang lebih lagi. Bahkan sampe nolongin orang biar Allah tolongin kita juga.
Modus ini sempet banget bikin merasa berdosa dan jadi gaenak sama Allah, tapi tetep butuh gitukan._.
Akhirnya kegelisahan akan modus ini gue tanyakan ke yang berwenang dan jawabannya
"itu bagus husna. Allah emang suka hambaNya berbuat baik, berdoa, minta sama Allah. Melakukan sesuatu sambil berharap Allah berikan kebaikan sama dirinya. Itu boleh. Allah gak akan marah. Apalagi ketika hati udah sepenuhnya bergantung sama Allah setiap melakukan amal."
Hmm, akhirnya gue sekarang juga gitu lagi. Manjang manjangin doa abis sholat biar Allah kabulkan doa dan harapan yang banyak itu. Amalan amalan sampai pada bantuin orang, berbuat baik, biar Allah suka aja. Biar urusan gue diurusin Allah aja. Soalnya Allah berkali-kali banget bilang di Al Quran kalo Allah menyukai orang orang yang berbuat baik.
Terus, kaya sekarang, puyeng banget brow ngurusin jadwal. Sampe pengen bgt rebahan nyelesain drama wkwk.
Apa daya, jam 9 juga udah ngantuk. Jetlag abis corona terus banyak aktivitas jadi gini, lemah banget wkwk apa gegara udah tua ya