Senin, 10 Agustus 2015

Mbah ku, Kadar Ismani

Mbah kung, katanya asli jawa, begitu juga dengan mbah uti. Karena migrasi, akhirnya pindah ke lampung. Entah tahun berapa.

Ayah ku lahir tahun 60, itu pun hanya prediksi. Maklum, orang dulu, tangga lahir tak terlalu diperhitungkan.

Aku akan sedikit bercerita, tentang mbah mbah yang telah menyumbangkan gen nya, hingga akhirnya lahirlah aku.

Tugas pertama pengantar ilmu Sejarah, benar benar bermanfaat. Aku jadi kenal mbah lebih banyak.

Mbah kung, meninggal jauh sebelum aku lahir. Jauh sebelum ayah bertemu dengan ibu. Mbah meninggal di masjid baru, di dekat rumah. Kata ayah, mbah adalah imam pertama di masjid itu sekaligus orang pertama yang disholatkan disitu.

Mbah kenal dengan Buya Hamka, bahkan sering bertemu di al azhar kebayoran. Mbah juga rasa rasanya mengenal YISC Al azhar, tempat dimana akhirnya anak dan cucu cucunya menimba ilmu.

Mbah seorang pejuang, pernah dituduh sebagai anggota PKI, juga pernah dikejar kejar oleh PKI. Padahal mbah, tak setitik pun berhubungan dengan PKI.

Mbah orangnya keras, ayah beserta pakde, om dan tante juga. Hingga akhirnya menurun kepada ku, hehehe.
Mbah melarang ayah ke Jakarta, namun ayah menhabaikan larangan itu dan tetap berlayar ke jakarta hingga akhirnya daftar polisi dan dikirim ke Kalimantan. Lalu ayah dan ibu bertemu disana.

Mbah bersama rekannya mendirikan yayasan penddikan di Lampung.
Mbah Kadar Ismani, benar benar orang yang hebat. Walaupun tak pernah bertemu di dunia, namun aku sangat merasakan semangat juangnya dihidup ku.

Kamu, coba deh kenali generasi sebelum mu, pasti rasanya mengagumkan. Sensasinya luar biasa, mengenali bahwa ternyata generasi sebelum mu, sangat sangat sangat hebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar