Kamis, 23 Mei 2019

Pagi ku berkabar duka, tentang seseorang yang telah berpulang. Melanjutkan hidup di masa berikutnya.

Aku pernah berfikir, selama apa kita "menunggu" kiamat di alam sana?

Apa yang akan terjadi di diri kita selama masa "penantian" itu?

Sesekali ku lihat nisan bertuliskan tahun tahun kepulangan yang jauh lebih lama dibandingkan usiaku.

Bagaimana nasib ku kelak?
Apa yang akan ku lakukan ketika tiba nanti waktu ku yang akan masuk ke dalam sana?
Lancarkah lisan ku?
Ataukah penuh siksaan.

Sedari dini, aku selalu berdoa agar Sang Pemilik diri ini mengizinkan ku berpulang dalam kondisi sebaik-baiknya sampai ke surga. Walaupun ku sadari bahwa tak jarang ku dengan sengaja berbuat dosa atau lalai karena menyepelekan kesalahan.

Sekali waktu aku berkhusnudzon bahwa dosa ku telah diampuni, kemudian aku berfikir lagi apa iya pantas dosa dosa ku diampuni dengan ibadah yang sangat minimal ini?

Kepulangan gurunda, ulama, dan yang mampu menggerakkan masa menuju kebaikan membuat banyak orang kali ini mengingat kematian. Aku kemudian iri, sungguh hebat seorang ulama, bahkan kepulangannya untuk melanjutkan hidup berikutnya pun tetap menjadi nilai dakwah.

Aku berkhusnudzon kemudian iri dengan mereka yang kemudian mempersiapkan kepulangannya.

Aku pernah memikirkan bahwa sejak masa Rasulullah, telah disampaikan bahwa kiamat sudah dekat, sebentar lagi. Pun juga sampai hari ini, walaupun makin dekat, tetap tak ada yang yang tau.

Aku berfikir, bagaimana jika ternyata sebentar lagi itu masih 200 tahun lagi? Usiaku paling jauh mungkin 63 sesuai standar usia Rasulullah. Lalu dalam masa penantian menuju kiamat, apa yang akan terjadi dengan diriku, jasadku dan segudang hal lainnya.

Ya Allah,
Semoga segala sesuatu yang baik, selalu Engkau berikan bersama hamba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar