Jumat, 24 Mei 2019

Si Korban Keegoisan

Mereka tak tau apa apa,
mereka tak bisa memilih,

Mereka ingin marah, tapi tak pernah tau pada siapa amarah harus disampaikan.
Mereka ingin menggugat, ingin menuntut, ingin menyampaikan apa yang selama ini dipendam sendirian.

Mereka seingin itu akan banyak hal, namun tak ada tempat untuk menyalurkan....

Barangkali ada yang pernah menanyakan,

Kenapa?
Ada apa?
Mau cerita?

Dan berbagai pertanyaan yang seolah olah menunjukkan kepedulian.

Namun, bersama hadirnya pertanyaan itu, justru mereka segera menerbitkan senyum yang selama ini disimpannya baik baik. Bagi mereka bahkan kebaikan dunia tak perlu diberikan senyuman.

Hanya saja pertanyaan pertanyaan yang seolah peduli itu mampu dengan mudahnya menghasilkan senyuman. Dan tak ada satupun yang bertanya apa makna senyum itu.

Terlebih lagi jawaban sederhana tidak apa apa yang kemudian muncul. Sebuah senyuman yang hadir bersama jawaban tidak apa apa yang hadir atas pertanyaan kenapa mu itu, justru menunjukkan sebuah kejelasan suatu masalah.

Barangkali karena terlalu rumit, tak ada kata yang mampu ia sampaikan atau bagian terburuknya adalah,

Memang kamu peduli?
Paling kamu hanya ingin tau kan?
Kemudian menyampaikan nya ke semua orang.
Atau palingan kamu tidak jauh jauh dari ingin memenuhi hasrat kekepoanmu dan semua selesai setelah kau tau. Dengan satu dua nasihat kau pikir semua selesai.
Tidak semudah itu ferguso.

Itu bagian termenakutkannya.
Ketika senyum, kemudian katanya tidak apa apa, padahal di dalam hati mereka menanyakan ketulusan.

Sudah terlalu banyak yang mengecewakannya, jadi lebih baik tidak memberi tahu apa pun pada siapapun.

Begitu katanya,
Begitu pikirnya.

Akhirnya mereka diam dengan diri mereka sendiri.
Merusak, membebaskan, melepaskan dengan cara cara yang menurut orang kebanyakan tidak benar. Tapi akhirnya dia merasakan yang namanya hidup. Berbuat semaunya, melakukan sesuatu seenaknya.

Mereka lalu berpikir pendek,

"oh jadi ini rasanya jadi orang tua. Berbuat sesuka hati, melakukan sesuatu tanpa memikirkan orang lain. Masa bodoh ada tangggung jawab kemudian. Asalkan tidak bahagia, tinggalkan. Asalkan bahagia, lakukan. Menyenangkan sekali jadi orang tua. Tak peduli dengan anak anak yang pernah mereka harapkan. Ah apa benar pernah berharap memiliki anak?

Menyenangkan betul menjadi diri sendiri, tanpa peduli apa yang dipikirkan orang. Asik sekali rupanya menjadi egois."

Miris, mereka memilih jalan yang itu.
Memutuskan menjadi nakal kata orang orang, padahal sejatinya mereka hanya korban atas keegoisan. Atas keputusan orang orang yang berkeluarga tanpa disertai ilmu yang memadai. Mereka tidak memilih, mereka tidak meminta, mereka tidak tau besok lusa hidupnya menjadi seperti itu.

Namun ada pula orang orang yang mendapatkan kasih sayang dari mereka yang penyayang. Mereka terselamatkan hingga akhirnya menjadi sebaik baik manusia. Menjadi jawaban bahkan menyerukan pentingnya edukasi sebelum memutuskan untuk hidup bersama kekasih hati.

Pentingnya sebuah kesabaran, kepercayaan dan kemampuan lainnya agar dalam suatu hubungan tak lagi ada yang namanya korban.

Mereka menjadi sebaik baik manusia, mereka menyerukan pada kebaikan dan mengajak menjauhi pelarian negatif. Mereka benar-benar sebaik baik manusia dalam keterbatasan kasih sayang.

Ku berkaca pada setiap kisah nyata maupun maya. Ku memetik hikmah dari setiap ketakutan dan ketaatan. Ku menuliskan kisah dari setiap yang ku tau, ku ingin tau, dan ku pikirkan.

Kali ini ku ingat tentang mereka yang menjadi korban orang tuanya hingga akhirnya menghilang tanpa kabar.

Aku dari sini mendoakan semoga kamu baik baik saja dan terus bahagia sampai surga.

Ku pun menambah satu list baru dalam doa, agar kelak, besok lusa atau jika Allah beri kesempatan di bumi, semoga keberadaan ku tak pernah menghasilkan air mata dan kecewa pada hati setiap manusia. Terutama dia yang Allah titipkan dengan kepercayaanNya untuk ku belajar memetik segudang hikmah berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar